Jumat, 20 September 2013

Agama Sebagai Doktrin Sang Perba


Agama Sebagai Doktrin, agama sebagai produk budaya, agama sebagai produk sosial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Studi Islam adalah system fenomena keagamaan Islam. System keagamaan artinya menkaji konsep-konsep keagamaan baik sebagai nilai maupun doktrin agama Islam. Fenomena keagamaan itu sendiri adalah perwujudan sikap dan perilaku manusia yang berhubungan dengan nilai dan doktrin tadi. Berarti studi Islam merupakan suatu usaha pengkajian terhadap aspek-aspek keagamaan Islam maupun aspek sosiologis yang menyangkut fakta-fakta empiris dalam kehidupan manusia yang timbul akibat dialog antara nilai agama keagamaan dengan realitas kehidupan manusia. Islam dapat dikaji, dimana Islam merupakan sebuah doktrin, Islam sebagai produk budaya dan bahakan Islam juga merupakan produk interaksi social. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Islam sebagai doktrin? 2. Bagaimana Islam sebagai produk budaya? 3. Bagaimana Islam sebagai produk interaksi social? BAB II PEMBAHASAN A. Agama Sebagai Doktrin Kata doktrin berasal dari bahasa inggris doctrine yang berarti ajaran.[1] Dari kata doctrine itu kemudian dibentuk kata doktina;, yang berarti yang berkenaan dengan ajaran atau bersifat ajaran. Selain kata doctrine sebgaimana disebut diatas, terdapat kata doctrinaire yang berarti yang bersifat teoritis yang tidak praktis. Contoh dalam hal ini misalnya doctrainare ideas ini berrati gagasan yang tidak praktis.[2] Studi doktinal ini berarti studi yang berkenaan dengan ajaran atau studi tentang sesuatu yang bersifat teoritis dalam arti tidak praktis. Mengapa tidak praktis? Jawabannya adalah karena ajaran itu belum menjadi sesuatu bagi seseorang yang dijadikan dasar dalam berbuat atau mengerjakan sesuatu. Uraian ini berkenaan dengan Islam sebagai sasaran atau obyek studi doctrinal tersebut. Ini berarti dalam studi doctrinal kali yang di maksud adalah studi tentang ajaran Islam atau studi Islam dari sisi teori-teori yang dikemukakan oleh Islam. Islam di definisikan oleh sebagian ulama sebagai berikut: "al-Islamu wahyun ilahiyun unzila ila nabiyyi Muhammadin Sallahu`alaihi wasallam lisa`adati al-dunya wa al-akhirah" (Islam adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman untuk kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat).[3] Berdasarkan pada definisi Islam sebagaimana di kemukakan di atas, maka inti dari Islam adalah wahyu. Sedangkan wahyu yang dimaksud di atas adalah al-Qur`an dan al-Sunnah. Al-Qur`an yang kita sekarang dalam bentuk mushaf yang terdiri tiga puluh juz, mulai dari surah al-Fatihah dan berakhir dengan surah al-Nas, yang jumlahnya 114 surah. Sedangkan al-Sunnah telah terkodifikasi sejak tahun tiga ratus hijrah. Sekarang ini kalau kita ingin lihat al-Sunnah atau al-Hadist, kita dapat lihat di berbagai kitab hadist. Misalnya kitab hadist Muslim yang disusun oleh Imam Muslim, kitab hadist Shaleh Bukhari yang ditulis Imam al-Bukhari, dan lain-lain. Dari kedua sumber itulah, al-Qur`an dan al-Sunnah, ajaran Islam diambil. Namun meski kita mempunyai dua sumber, sebagaimana disebut diatas, ternyata dalam realitasnya, ajaran Islam yang digali dari dua sumber tersebut memerlukan keterlibatan tersebut dalam bentuk ijtihad. Dengan ijtihad ini, maka ajaran berkembang. Karena ajaran Islam yang ada di dalam dua sumber tersebut ada yang tidak terperinci, banyak yang diajarkan secara garis besar atau global. Masalah-masalah yang berkembang kemudian yang tidak secara terang disebut di dalam dua sumber itu di dapatkan dengan cara ijtihad. Dengan demikian, maka ajaran Islam selain termaktub pula di dalam penjelasan atau tafsiran-tafsiran para ulama melalui ijtihad itu. Hasil ijtihad selama tersebar dalam semua bidang, bidang yang lain. Semua itu dalam bentuk buku-buku atau kitab-kitab, ada kitab fiqih, itab ilmu kalam, kitab akhlaq, dan lain-lain. Sampai disini jelaslah, bahwa ternyata ajaran Islam itu selain langsung diambil dari al-Qur`an dan al-Sunnah, ada yang diambil melalui ijtihad. Bahkan kalau persoalan hidup ini berkembang dan ijtihad terus dilakukan untuk mencari jawaban agama Islam terhadap persoalan hidup yang belum jelas jawabannya di dalam suatu sumber yang pertama itu. Maka ajaran yang diambil dari ijtihad ini semakin banyak. Studi Islam dari sisi doctrinal itu kemudian menjadi sangat luas, yaitu studi tentang ajaran Islam baik yang ada di dalam al-Qur`an maupun yang ada di dalam al-Sunnah serta ada yang menjadi penjelasan kedua sember tersebut dengan melalui ijtihad. Jadi sasaran studi Islam doctrinal ini sangat luas. Persoalannya adalah apa yang kemudian di pelajari dari sumber ajaran Islam itu. B. Islam Sebagai Produk Budaya Agama merupakan kenyataan yang dapat dihayati. Sebagai kenyataan, berbagai aspek perwujudan agama bermacam-macam, tergantung pada aspek yang dijadikan sasaran studi dan tujuan yang hendak dicapai oleh orang yang melakukan studi. Cara-cara pendekatan dalam mempelajari agama dapat dibagi ke dalam dua golongan besar, yaitu model studi ilmu-ilmu social dan model studi budaya. Untuk yang pertama telah dibahas didalam sub bab yang lalu, sedagkan yang kedua akan menjadi pembahasan saat ini. Tujuan mempelajari agama Islam juga dapat dikategorikan ke dalam dua macam, yang pertama, untuk mengetahui, memahami, menghayati dan mengamalkan. Kedua, untuk obyek penelitian. Artinya, kalau yang pertama berlaku khusus bagi umat Islam saja, baik yang masih awam, atau yang sudah sarjana. Akan tetapi yang kedua berlaku umum bagi siapa saja, termasuk sarjana-sarjana bukan Isalam, yaitu memahami. Akan tetapi realitasnya ada yang sekedar sebagai obyek penelitian saja. Untuk memahami suatu agama, khususnya Islam memang harus melalui dua model, yaitu tekstual dan konstektual. Tekstua, artinya memahami Islam melalui wahyu yang berupa kitab suci. Sedangkan kontekstual berarti memahami Islam lewat realitas social, yang berupa perilaku masyarakat yang memeluk agama bersangkutan. Studi budaya di selenggarakan dengan penggunaan cara-cara penelitian yang diatur oleh aturan-aturan kebudayaan yang bersangkutan. Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan yang dipunyai oleh manusia sebagai mahkluk social yang isinya adalah perangkat-perangkat model-model pengetahuan yang secara selektif dapat digunakan untuk memahami dan menginterprestasi lingkungan yang di hadapi, dan untuk mendorong dan menciptakan tindakan-tindakan yang diperlukan.[4] Islam merupakan agama yang diwahyukan Allah SWT. Kepada Nabi Muhammad SAW.sebagai jalan hidup untuk meraih kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Agama islam disebut juga agama samawi . selain agama Islam, Yahudi dan Nasrani juga termasuk ke dalam kategori agama samawi. Sebab keduanya merupakan agama wahyu yang diterima Nabi Musa dab Nabi Isa sebagai utusan Allah yang menerima pewahyuan agama Yahudi dan Nasrani. Agama wahyu bukan merupakan bagian dari kebudayaan. Demikian pendapat Endang Saifuddin Anshari yang mengatakan dalam suatu tulisannya bahwa: "agama samawi dan kebudayaan tidak saling mencakup; pada prinsipnya yang satu tidak merupakan bagian dari yang lainnya; masing-masing berdiri sendiri. Antara keduanya tentu saja dapat saling hubungan dengan erat seperti kita saksikan dalam kehidupan dan penghidupan manusia sehari-hari. Sebagaimana pula terlihat dalam hubungan erat antara suami dan istri, yang dapat melahirkan putra, namun suami bukan merupakan bagian dari si istri, demikian pula sebaliknya."[5] Atas dasar pandangan di atas, maka agama Islam sebagai agama samawi bukan merupakan bagian dari kebudayaan (Islam), demikian pula sebaliknya kebudayaan Islam bukan merupakan bagian dari agama Islam. Masing-masing berdiri sendiri, namun terdapat kaitan erat antara keduanya. Menurut Faisal Ismail, hubungan erat itu adalah bahwa Islam merupakan dasar, asas pengendali, pemberi arah, dan sekaligus merupakan sumber nilai-nilai budaya dalam pengembangan dan perkembangan cultural. Agama (Islam)lah yang menjadi pengawal, pembimbing, dan pelestari seluruh rangsangan dan gerak budaya, sehingga ia menjadi kebudayaan yang bercorak dan beridentitas Islam.[6] Lebih jauh Faisal menjelaskan bahwa walaupun memiliki keterkaitan, Islam dan kebudayaan merupakan dua entitas yang berbeda, sehingga keduanya bisa dilihat dengan jelas dan tegas. Shalat misalnya adalah unsure (ajaran) agama, selain berfungsi untuk melestarikan hubungan manusia dengan Tuhan, juga dapat melestarikan hubungan manusia dengan manusia juga menjadi pendorong dan penggerak bagi terciptanya kebudayaan. Untuk tempat sholat orang membangun masjid dengan gaya arsitektur yang megah dan indah, membuat sajadah alas untuk bersujud dengan berbagai disain, membuat tutup kepala, pakaian, dan lain-lain. Itulah yang termasuk aspek kebudayaan.[7] Proses interaksi Islam dengan budaya dapat terjadi dalam dua kemungkinan. Pertama adalah Islam mewarnai, mengubah, mengolah, an memperbaharui budaya. Kedua, justru Islam yang diwarnai oleh kebudayaan. Masalahnya adalah tergantung dari kekuatan dari dua entitas kebudayaan atau entitas keislaman. Jika entitas kebudayaan yang kuat maka akan muncul muatan-muatan local dalam agama, seperti Islam Jawa. Sebaliknya, jika entitas Islam yang kuat mempengaruhi budaya maka akan muncul kebudayaan Islam.[8] Agama sebagai budaya, juga dapat diihat sebagai mekanisme control, karena agama adalah pranata social dan gejala social, yang berfungsi sebagai kontro, terhadap institus-institus yang ada. Dalam kebudayaan dan peradaban dikenal umat Islam berpegang pada kaidah: Al-Muhafadhatu ala al-qadim al-shalih wa al-akhdzu bi al jaded al-ashlah, artinya: memelihara pada produk budaya lama yang baik dan mengambil produk budaya baru yang lebih baik.[9] Oleh karena itu, dapat di simpulkan bahwa hasil pemikiran manusia yang berupa interprestasi terhadap teks suci itu disebut kebudayaan, maka sisitem pertahanan Islam, system keuangan Islam, dan sebagainya yang timbul sebagai hasil pemikiran manusia adalah kebudayaan pula. Kalaupun ada perbedaannya dengan kebudayaan biasa, maka perbedaan itu terletak pada keadaan institusi-institusi kemasyarakatan dalam Islam, yang disusun atas dasar prinsip-prinsip yang tersebut dalam al-Qur`an. C. Islam Sebagai Produk Interaksi Sosial Islam sebagai sasaran studi social ini dimaksudkan sebagai studi tentang Islam sebagai gejala social. Hal ini menyangkut keadaan masyarakat penganut agama lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala social lainnya yang saling berkaitan. Dengan demikian yang menjadi obyek dalam kaitan dengan Islam sebagai sasaran studi social adalah Islam yang telah menggejala atau yang sudah menjadi fenomena Islam. Yang menjadi fenomena adalah Islam yang sudah menjadi dasar dari sebuah perilaku dari para pemeluknya. M. Atho Mudzhar, menulis dalam bukunya, pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, bahwa ada lima bentuk gejala agam yang perlu diperhatikan dalam mempelajari atau menstudi suatu agama. Pertama, scripture atau naskah-naskah atau sumber ajaran dan symbol-simbol agama. Kedua, para penganut atau pemimpin atau pemuka agama, yaitu yang berkenaan dengan perilaku dan penghayatan para penganutnya. Ketiga, ritus-ritus, lembaga-lembaga dan ibadat-ibadat, seperti shalat, haji, puasa, perkawinan dan waris. Keempat, alat-alat, organisasi-organisasi keagamaan tempat penganut agama berkumpul, seperti NU dan lain-lain.[10] Masih menurut M. Atho Mudzhar, agama sebagai gejala social, pada dasarnya bertumpu pada konsep sosiologi agama. Sosiologi agama mempelajari hubungantimbal balik antara agama dan masyarakat. Masyarakat mempengaruhi agam, dan agama mempengaruhi masyarakat. Tetapi menurutnya, sosiologi sekarang ini mempelajari bukan masalah timbale balik itu, melainkan lebih kepada pengaruh agama terhadap tingkah laku masyarakat. Bagaimana agama sebagai system nlai mempengaruhi masyarakat.[11] Meskipun kecenderungan sosiologi agama. Beliau member contoh teologi yang dibangun oleh orang-orang syi`ah, orang-orang khawarij, orang-orang ahli al-Sunnah wa al-jannah dan lain-lain. Teologi-teologi yang dibangun oleh para penganut masing-masing itu tidak lepas dari pengaruh pergeseran perkembangan masyarakat terhadap agama. Persoalan berikutnya adalah bagaimana lita melihat masalah Islam sebagai sasaran studi social. Dalam menjawab persoalan ini tentu kita berangkat dari penggunaan ilmu yang dekat dengan ilmu kealaman, karena sesungguhnya peristiwa-peristiwa yang terjadi mengalami keterulangan yang hampir sama atau dekat dengan ilmu kealaman, oleh karena itu dapat diuji. Jadi dengan demikian menstudi Islam dengan mengadakan penelitian social. Penelitian social berada diantara ilmu budaya mencoba memahami gejala-gejala yang tidak berulang tetapi dengan cara memahami keterulangan. Sedangkan ilmu kealaman itu sendiri paradigmanya positivism. Paragdima positivism dalam ilmu ini adalah sesuatu itu baru dianggap sebagai ilmu kalau dapat dimati (observable), dapat diukur (measurable), dan dapat dibuktikan (verifiable). Sedangkan ilmu budaya hanya dapat diamati. Kadang-kadang tidak dapat diukur atau diverifikasi. Sedangkan ilmu social yang diangap dekat dengan ilmu kealaman berarti juga dapat diamati, diukur, dan diverifikasi. Melihat uraian di atas, maka jika Islam dijadikan sebagai sasaran studi social, maka harus mengikuti paragdima positivism itu, yaitu dapat diamati gejalanya, dapat diukur, dan dapat diverifikasi. Hanya saja sekarang ini juga berkembang penelitian kualitatif yang tidak menggunakan paragdima positivisme. Ini berarti ilmu social itu dianggap tidak dekat kepada ilmu kealaman. Jika halnya demikian, maka berarti dekat kepada ilmu budaya ini berarti sifatnya unik. Lima hal sebagai gejala agama yang telah disebut di atas kemudian dapat dijadikan obyek dari kajian Islam dengan menggunakan pendekatan ilmu social sebagaimana juga telah dungkap diatas. Masalahnya tokoh agama Islam, penganut agama Islam, interaksi antar umat beragama, dan lain-lain dapat diangkat menjadi sasaran studi Islam. BAB III KESIMPULAN Islam sebagai doktrin, di definisikan oleh sebagian ulama sebagai berikut: "al-Islamu wahyun ilahiyun unzila ila nabiyyi Muhammadin Sallahu`alaihi wasallam lisa`adati al-dunya wa al-akhirah" (Islam adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman untuk kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat). Agama samawi dan kebudayaan tidak saling mencakup; pada prinsipnya yang satu tidak merupakan bagian dari yang lainnya; masing-masing berdiri sendiri. Antara keduanya tentu saja dapat saling hubungan dengan erat seperti kita saksikan dalam kehidupan dan penghidupan manusia sehari-hari. Sebagaimana pula terlihat dalam hubungan erat antara suami dan istri, yang dapat melahirkan putra, namun suami bukan merupakan bagian dari si istri, demikian pula sebaliknya Islam sebagai sasaran studi social ini dimaksudkan sebagai studi tentang Islam sebagai gejala social. Hal ini menyangkut keadaan masyarakat penganut agama lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala social lainnya yang saling berkaitan. DAFTAR PUSTAKA Tim Penyusun: Studi Islam IAIN Sunan Ampel Surabaya. Pengantar Studi Islam. 2005.Surabaya: IAIN AMPEL PRESS SURABAYA Endang Saifuddin Anshari. Pokok-pokok Pikiran Tentang Islam.cet. 1 9Bnadung: C.V. Pelajar. 1996) Masyhur Amin, Ismail S. Ahmad (ed), Dialog Pemikiran Islam dan Empirik, LAKPESDAM. Yogyakarta, cet. I, 1993, Faisal Ismail, Paragdima Kebudayaan Islam Studi Kritis dan Refleksi Historis (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1998), M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam;dalam Teori dan Praktek. 1998 (Pustaka Pelajar, Yogyakarta) [1] Baca: John M. Echols dan Hasan Shadily, kamus Inggris Indonesia, 1990, Gramedia, Jakarta, hal. 192 [2] Ibid [3] M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam;dalam Teori dan Praktek. 1998 (Pustaka Pelajar, Yogyakarta) hal.19. [4] Persudi Suparlan. "Kebudayaan dan Pembengunan" dalam kapan Agama dan Masyarakat, Balitbang Agama. Departemen Agama. Jakarta. 1991-1992. Hal.85 [5] Endang Saifuddin Anshari. Pokok-pokok Pikiran Tentang Islam.cet. 1 9Bnadung: C.V. Pelajar. 1996), hlm.46 [6] Faisal Ismail, Paragdima Kebudayaan Islam Studi Kritis dan Refleksi Historis (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1998), hlm. 43-44. [7] ibid [8] Simuh. Islam dan Pergumulan Budaya Jawa (Jakarta: Teraju, 2003)hlm.8. [9] Masyhur Amin, Ismail S. Ahmad (ed), Dialog Pemikiran Islam dan Empirik, LAKPESDAM. Yogyakarta, cet. I, 1993, hal. VI. [10] M. Atho Mudzhar. Pengantar Studi Islam dalam Teori dan praktek, hal.13-14

Minggu, 18 Agustus 2013

SINTAKSIS BAHASA INDONESIA SANG PERBA


BAHASA INDONESIA “SINTAKSIS” Makalah ini di Kerjakan Untuk Memenuhi Salahsatu Tugas Dari Dosen Pembingbing : Ai Nuraeni, S.Pd, M.Pd Di Susun Oleh : 1. Rahmat Hidayat 2. Nur Rizal Gilang Perdana 3. Ayu Khoerunisa 4. Tin Tin Kusmiranti PROGRAM STUDI BAHASA INDONESIA UNIVERSITAS GARUT TAHUN 2012 – 2013 DAFTAR ISI Daftar isi …………………………………………………… 1 Bab I Pendahuluan .....…………………………………....... 2 A. Latar Belakang .…………………………………………. 2 B. Rumusan Masalah ……………………………………… 2 C. Tujuan Penul…………………………………………….. 2 Bab II Pembahasan ………………………………………… 3-4 A. Struktur kategori dan makna frase………………….. 4-5 B. Pengertian Sintaksis…………………………………… 5 C. Struktur Sintaksis …......…………………………... 6 Bab III Penutup ................................................................. 7 Kesimpulan ....................................................................... 7 Daftar Pustaka................................................................... 7 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mengapa suatu bahasa satuan sintaktis yang menjadi unsur kalimat? Masing-masing frase dan klause. Sesuai dengan fungsinya sebagai unsur dan satuan sintaktis, keduanya dibahas menurut pemakaiannya dalam kalimat. Pertanyaan ini muncul sebagai pemahaman tentang struktur frase dan klause yang dapat menunjang kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik. Materi kuliah ini akan bermanfaat bagi Anda untuk mempelajari mata kuliah membaca dan menulis. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian sintaksis? 2. Bagaimana mempelajari dan manfaat tentang sintaksis? 3. Bagaimana membedakan antara frase dan klause? C.Tujuan Penulis Dapat mengidentipikasi struktur klause yang tepat dalam kalimat tunggal. Setiap kegiatan pastilah ada tujuan tertentu yang ingin dicapai,demikian juga yang dilakukan penulis dalam perbuatan makalah ini.Adapun tujuan penulis membuat makalah ini adalah bertujuan untuk: 1. Dapat mengidintipikasi makna struktur flase bahasa indonesai 2. Menjelaksan tentang frase klause,kalimat 3. Dapat mengidentifikasi jenis flase bahasa indonesia menurut struktur fungsionalnya 4. Dapat mengidentipikasi jenis pelase indonesia menurut struktur menurut kategorinya 2 BAB.II PEMBAHASAN Pengertian flase adalah satuan sintaktik yang terdapat sebuah gatra kalimat. Menurut struktur fungsionalnya,flase dapat digolongkan atas flase endosentrik dan flase eksosentik. Flase eksosentik adalah flase yang mempunyai distribusi dan fungsi yang sama dengan salah satu atau semua unsur langsungnya.flase yang mempunyai distribusi dan fungsi yang sama dengan salah satu unsurnya termasuk flase bertingkatnya. Salah satu ungsur flase bertingkat berfungsi sebagai unsur yang diterangkan (D), dan unsur lainya berfungsi sebagai unsur yang menerangkan. Berdasarkan urutannya,struktur flase bertingkat ada yang berpola DM, dan ada pula yang berpola MD. Flase yang mempunyai distribusi dan fungsi yang sama dengan semua unsur langsungnya termasuk flase endosentrik yang setara. Dalam hal ini unsur-unsur langsung flase tersebut mempunyai tugas yang sama. Bahasa tentang strutur katagori dan makna flase dapat disederhanakan seperti berikut. Katagori frase ditentukan berdasarkan kata gori atau jenis kata yang memiliki distribusi yang sama dengan frase yang bersangkutan. Kategori frase (FB), misalnya, mempunyai disteribusi yan sama dengan kategori atau jenis kata benda (KB), kesamaan distribusi ini dijelaskan menurut kemungkinan gatra kmungkinan yang di tenpati frase atau kalimat tersebut 3 Sesuai dengan pola dasar kalimat, ada enam kategori frase yang digunakan utuk mengisi garta-gatra kalimat. Masing-masing adalah frase benda (FB), frase kerja (FK), frase sifat (FS), frase bilangan (FB1), frase keterangan (FKt), dan frase depan (FD). A. Struktur kategori dan makna frase Struktur kategori frase dijelaskan oleh hubungan di antara kategori unsur-unsurnya. Pola dasar struktur kategorinya ditentukan oleh kategori unsur-unsur langsung frase yang dimaksud.unsur langsung sebuah frase bisa berupa kata dan bisa pula berupa frase. Frase yang menjadi unsur sebuah frase yang melenkapinya merupakan frase bawahan. Untuk membedakan kedudukan kedua macam frase itu,digunakasan istilah “frase atasan” dan”frase bawahan”. Sehubungan dengan itu, dalam pola dasar struktur kategori frase,unsur langsung frase hanya disebutkan kategorinya, tanpa disebutkan satuan gramatisnya. Contoh:FB=b+b. Struktur makna sebuah frase menunjukan makna frase berdasarkan hubungan struktural di antara unsur langsung frase tersebut. Frase kepala desa dan kepala manusia mempunyai struktur pengsiunan yang sama (DM) dan struktur kategori yang sama pula (FB=b+b). Walaupun demikian,kedua frase itu dibedakan oleh makna strukturalnya. Mkna strukturalnya kepala desa menunjukan “pelaku” dengan “penderita”,sedangkan frase kapala manusia menunjukan hubungan “bagian” dengan keseluruhan “.frase sawah ladang dan makan minum, misalnya, merupakan frase setara. 4 Perbedaanya terletak pada struktur kategorinya. Frase makan minum berstruktur kategori FB=b+b, sedangkan frase makan minum berstruktur kategori FK=k+k. Makna struktural kedua frase itu menunjukan hubungan “penjumlahan” atu “pemilihan”, kejelasanmakna strutural frase tersebut dapat di tegaskan melalui pemakaian kata penghubungan “dan”, “atau”. Struktur kalimat sederhana ditentukan adanya gtra wajib dengan unsur-unsurnya yang wajib pula. Dalam pemakaian kalimat struktur kalimat sederhana dapat diperluas dengan dua macam cara: a. Memperluas unsur gatra dengan menambahkan unsur-unsur pilihan yang sesuaia dengan kategori dan makna strukturalnya. b. Memperluas struktur kalimat sederhana dengan gatra tambahan yang bersifat mana suka atau pakultatif Ketidak pahaman dalan mengguakan cara pertama menyebabkan timbulnya kalimat-kalimat yang kacau struturalnya. Kekacauan ini biasanya terjadi pada pemakaian kata “adalah” dan perluasan GB yang berpasangan dengan K transitif. Untuk mengatasi hal itu, diperlukan adanya pengetahuan tentang kesesuaian unsur fungsional dengan kategori dan makna strukturalnya. B. Pengertian Sintaksis Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti “dengan” dan kata tattein yang berarti “menempatkan”. Jadi, secara etimologi berarti: menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat 5 C. Struktur Sintaksis Secara umum struktur sintaksis terdiri dari susunan subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (K) yang berkenaan dengan fungsi sintaksis. Nomina, verba, ajektifa, dan numeralia berkenaan dengan kategori sintaksis. Sedangkan pelaku, penderita, dan penerima berkenaan dengan peran sintaksis. Eksistensi struktur sintaksis terkecil ditopang oleh urutan kata, bentuk kata, dan intonasi; bisa juga ditambah dengan konektor yang biasanya disebut konjungsi. Peran ketiga alat sintaksis itu tidak sama antara bahasa yang satu dengan yang lain. 6 BAB III PENUTUP Kesimpulan Memahami apa itu Sintaksis sangat penting, dan di dalam memahaminya terdapat metode yang menjelaskan tentang Sintaksis. Sintaksis Bahasa Indonesia terdapat struktur pengertian yang diantaranya : a. Frase Bahasa Indonesia dan struktur fungsi b. Struktur kategori dan makna frase c. Struktur (K) frase dalam kalimat tunggal. Mudah-mudahan makalah yang kami buat bayak manfaatnya bagi kita semua dan bisa mengamalkannya dalam hidup untuk menyempurnakan ibadah kita. (Amin).. DAFTAR PUSTAKA Arifin, Zaenal dan Junaiyah. 2008. Sintaksis. Jakarta: Grasindo Ramlan, M. 1985. Sintaksis. Yogyakarta: C.V. Karyono Tarigan, Henry Guntur. 1984. Pengajaran Sintaksis. Bandung: Angkasa

SUNAH SEBAGAI AGAMA ISLAM


METODOLOGI STUDI ISLAM “SUNAH SEBAGAI SUMBER AGAMA ISLAM” Makalah ini di Kerjakan Untuk Memenuhi Salahsatu Tugas Dari Dosen Pembingbing : Masripah, Dra, M.Si Di Susun Oleh : 1. Rahmat Hidayat 2. Muhamad Ridwan 3. Santi Nurnengsih 4. Sofa Sopiah 5. Siti Masturoh PROGRAM STUDI METODOLOGI STUDI ISLAM UNIVERSITAS GARUT TAHUN 2012 – 2013 DAFTAR ISI Daftar isi …………………………………………………… 1 Kata Pengantar ...................................................................... 2 BAB I Pendahuluan .....………………………………….................. 3 A. Latar Belakang .………………………………………….. 3 B. Rumusan Masalah ……………………………………….. 3 C. Tujuan Penulisan………………………………………...... 3 BAB II Sunah Sebagai Sumber Agama Islam ....................................... 4 A. Rasulullah Sebagai Sumber Sunnah ..................................... 4 B. Kedudukan dan Fungsi Sunnah……………………………... 5 1. Kedudukan Hadis / Sunah …......……………………… 5-9 2. Fungsi Hadis / Sunah Terhadap Al-Qur’an .......................... 9-13 C. Kodifikasi Pendekatan Memahami Sunah .................................. 13 Bab III Kesimpulan ................................................................. 14 Daftar Pustaka................................................................... 15 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Sunah Sebagai Sumber Agama Islam”. Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Studi Islam. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Garut, Oktober 2012 Penyusun 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman Nabi umat Islam sepakat bahwa Sunah merupakan salahsatu sumber ajaran Islam di samping Al-Qur’an. Belum atau tidak ada bukti sejarah yang menjelaskan bahwa Sumber Ajaran Islam. Bahkan pada masa Al-Khurafa’al Rasyidin dan Bani Umayah belum terlihat secara jelas sekelompok kecil uamat Islam yang menolak sunah sebagai salahsatu Sumber Ajaran Islam. Mereka itu kemudian dikenal sebagai orang – orang yang berpaham ingkar Sunah. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang merupakan sumber sunah? 2. bagaimana fungsi dan kedudukan sunnah? C. Tujuan Adapun tujuan penyusunan makalah ini agar penyusun dapat: 1. Mengerti arti atau pengertian dari pada sunnah 2. Mengerti kedudukan Hadits atau Sunnah 3. Memahami fungsi dan kedudukan sunah 3 BAB II SUNNAH SEBAGAI SUMBER AGAMA ISLAM A. RASULULLAH SEBAGAI SUMBER SUNNAH Sunnah menurut bahasa artinya adalah metode dan jalan, baik terpuji atau tercela. Assunnah menurut para Fuqaha’ adalah suatu perintah yang berasal dari Nabi SAW namun tidak bersifat wajib dia adalah salah satu dari hukum talkifi yang lima, wajib, sunnah, haram, makruh,d an mubah. Asunnah menurut ulama ushul fiqih adalah apa yang bersumber dari nabi SAW selain Al-Qur’an, baik berupa perkataan, perbuatan, atau pengakuan beliau. Sedangkan pengertian assunnah menurut ulama hadits adalah apa yang disandarkan kepada Nabi SAW baik berupa perkataan, perbuatan, sifat, atau sirah beliau. Pendapat lain dari para ahli ushul mengatakan bahwa sunnah adalah segala sesuatu yang bersumber dari nabi SAW, baik ucapan, perbuatan maupun ketetapan yang berhubungan dengan hukum atau ketentuan-ketentuan Allah yang disyari’atkan kepada manusia. Berdasarkan definisi tentang assunah yang telah disajikan, para ahli hadits menyamakan antara sunnah dengan hadits. Para ahli hadits membawa makna sunnah ini kepada seluruh kebiasaan nabi SAW baik yang melahirkan hukum syara’ ataupun tidak. Para ulama Ushuliyyin jika antara sunnah dan hadits dibedakan, maka bagi mereka hadits adalaha sebatas sunnah qouliyyah-nya nabi saja. Ini berarti sunnah cakupannya lebih luas dari hadits sebab sunnah mencakup perkataan, perbuatan, dan penetapan (taqrir) rasul yang bisa dijadikan dalil hukum syar’i. Para ahli Ushuliyyin mendefinisikan hadits seperti yang telah disajikan oleh para ahli hadits, yaitu mereka memandang Rasulullah sebagai uswatun hasannah (contoh atau teladan yang baik). Oleh karenanya, mereka menerima secara utuh segala yang dibeikan tentang diri Rasulullah SAW apakah yang diberitakan itu berhubungan dengan hukum syara’ atau tidak. Berdasarkan pengertian dan pendapat di atas jelaslah bahwa sunah adalah segala sesuatu yang bersumber dari rasulullah, baik itu perkataannya, pebuatannya, ataupun pengakuannya termasuk semua kebiasaan nabi yang menghasilkan hukum syara’ ataupun tidak. Dari ketiga definisi di atas kita dapat menjawab bahwa benar apabila rasulullah adalah sebagai sumber sunnah. Dengan kata lain ini dikarenakan sunnah adalah apa-apa yang dikatakan rasul, diperbuat rasul dan disepakati atau diakui rasul. Sehingga benar jika rasul adalah sebagai sumber sunnah. 4 B. KEDUDUKAN DAN FUNGSI SUNNAH 1. Kedudukan Hadits/ Sunnah Seluruh umat islam telah sepakat bahwa sunnah/ hadits merupakan salah satu sumber ajaran islam. Ia menempati kedudukannya setelah Al-Qur’an. Keharusan mengikuti sunnah atau hadits bagi umat islam baik yang berupa perintah atau larangan sama halnya dengan kewajiban mengikuti Al-Qur’an. Hal ini dikarenakan sunnah/ hadits adalah Mubayyin terhadap Al-Qur’an, oleh karena itu siapapun tidak akan bisa memahami Al-Qur’an tanpa dengan memahami dan menguasai hadits/ sunnah. Begitu pula dalam memahami atau menggunakan hadits tanpa Al-Qur’an. Karena Ak-Qur’an merupakan dasar hukum pertama yang di dalamnya berisi garis besar syari’at. Dengan demikian antara Al-Qur’an dan Hadits memiliki kaitan yang sangat erat, yang untuk memahami dan mengamalkannya tidak bisa dipisah-pisahkan atau berjalan sendiri-sendiri. a. Dalil Al-Qur’an Banyak ayat Al-qur’an yang menerangkan tentang kewajiban untuk tetap teguh beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Iman kepada Rasulullah sebagai utusan Allah SWT merupakan satu keharusan dan sekaligus kebutuhan setiap individu. Dengan demikian Allah akan memperkokoh dan memperbaiki keadaan mereka. Dalam surat Ali Imran ayat 17 diterangkan : “(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur” (QS. Ali Imran : 17). Dalam ayat lain diterangkan pula : “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun” (Qs. An-nisa: 136). Selain Allah memerintahkan umat islam agar percaya kepada Rasul SAW, juga menyerukan agar mentaati segala bentuk perundang-undangan dan peraturan yang dibawanya, baik berupa perintah maupun larangan. Tuntutan taat dan patuh kepada Rasul SAW ini sama halnya tuntutan taat dan patuh kepada Allah SWT. Seperti dijelaskan dalam surat Ali Imron Ayat 32, yaitu : “Katakanlah: “Ta’atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir” (QS. Ali Imron : 32). 5 Dalam surat An-Nisa ayat 59 Allah juga berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” (QS. An-Nisa : 59). Dalam surat Al-Hasyr ayat 7 Allah juga berfirman : “..Apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya” (QS. Al-Hasyr : 7). Masih banyak ayat lain yang menjelaskan tentang perintah untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya, seperti surat Al-Maidah ayat 92 dan An-Nur ayat 54. Dari beberapa ayat di atas dapat disimpulkan dan ditarik suatu pemahaman bahwa ketaatan kepada Rasulullah adalah mutlak sebagaimana ketaatan kepada Allah SWT. Begitupula dengan ancaman dan peringatan bagi yang durhaka. Ancaman Allah sering disejajarkan dengan ancaman karena durhakan kepada Rasul-Nya. Disamping ayat-ayat yang menjelaskan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Ada beberapa ayat dalam Al-Qur’an yang menjelaskan untuk mentaati Rasul secara Khusus dan terpisah, karena pada dasarnya ketaatan kepada Rasul berarti adalah ketaatan kepada Allah. Seperti yang disebutkan dalam surat An-Nisa ayat 80, bahwa manifestasi dari ketaatan kepada Allah adalah dengan mentaati Rasul-Nya. “Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah mentaati Allah. dan Barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), Maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka” (QS. An-Nisa’ : 80). Dalam surat Ali Imrin ayat 31 juga ditegaskan bahwa konsekuensi logis dari kecintaan manusia kepada Allah adalah dengan mentaati rasul-Nya. “Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Ali Imron : 31). Ungkapan-ungkapan pada beberapa ayat di atas menunjukkan betapa pentingnya kedudukan hadits sebagai sumber ajaran Islam yang dimanifestasikan dalam bentuk aqwal, afal, dan taqarir Rasul SAW. 6 b. Dalil Hadits Rasul SAW Kedudukan hadits/ sunnah sebagai sumber ajaran agama islam, selain dapat dilihat dan dikaji berdasarkan beberapa ayat Al-Qur’an, juga dapat dilihat dan dikaji dengan hadits atau sunnah Rasulullah SAW itu sendiri. Banyak hadits yang menggambarkan hal ini dan menunjukkan perlunya ketaatan pada perintahnya (Rasul). Dalam satu pesan Rasul berkenaan dengan keharusan menjadikan hadits atau sunnah rasul sebagai pedoman hidup di samping Qur’an. Rasulullah bersabda sebagai berikut (yang artinya) : “Aku tinggalkan dua pusaka kepada kalian. Jika kalian berpegang teguh kepada keduanya, ciscaya tidak akan tersesat, yaitu kitab Allah (Al-Qur’an) dan sunnah Rasul-Nya”. (HR. Al-Hakim dan Abu Hurairah). Dalam hadits lain disebutkan bahwa (yang artinya) : “Kalian wajib berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah khulafa ar-rasyidin yang mendapat petunjuk berpegang teguh lah kamu sekalian dengannya”. (H.R. Abu Daud). Dalam salah satu taqrirnya rasul juga memberikan petunujuk kepada umat islam, bahwa dalam menghadapi berbagai persoalan hukum dan kemasyarakatan, kedua sumber ajaran yakni Al-Qur’an dan Hadits/ Sunah Rasul merupakan sumber asasi. Ini terlihat dalam dialog yang terjadi pada Rasul dan Muadz bin Jabal menjelang keberangkatannya ke Yaman. Rasul dalam hal ini bertanya kepada Muadz dan membenarkan semua jawabannya. Dari beberapa pernyataan di atas juga dapat ditarik pemahaman bahwa Hadits/ sunnah tetap memiliki peranan yang penting sebagai sumber hukum agama islam setelah Al-Qur’an yang ditinjau berdasarkan sunnah/ hadits Rasul itu sendiri. c. Kesepakatan Ulama (Ijma’) Umat islam dan para ulama telah sepakat bahwa hadits/ sunnah adalah sebagai salah satu dasar hukum dalam beramal. Penerimaan mereka terhadap hadits/ sunnah sama seperti penerimaan mereka terhadap Al-Qur’an sebagai sumber dalam beramal. Namun ada beberapa kalangan dari umat islam yang menentang bahwasannya hadits/ sunnah adalah sebagai salah satu sumber dalam beramal. Kalangan tersebut adalah orang-orang yang menyimpang dan para pembuat kobohongan. Kesepakatan umat islam dalam mempercayai, menerima, dan mengamalkan segala ketentuan yang terkandung di dalam hadits berlaku sepanjang zaman, sejak Rasulullah masih hidup dan sepeninggalnya, masa Khulafa Ar-Rasyidin, tabi’in, tabi’ut tabi’in, atba’u tabi’in, serta masa-masa selanjutnya, dan tidak ada yang mengingkarinya sampai sekarang. Kebanyakan dari mereka tidak hanya mengamalkan isi kandungan hadits/ sunnah, tetapi mereka juga menghafalnya, mentadwin, dan menyebarluaskan dengan segala upaya kepada generasi-genarasi selanjutnya. Dengan ini diharapkan bahwa tidak akan ada satu hadits pun yang tercecer dari pemeliharaannya, begitupula tidak akan ada satu hadits palsu pun yang mengotorinya. 7 Banyak kisah diantara para sahabat yang menunjukkan adanya kesepakatan menggunakan hadits/ sennah rasul sebagai sumber hukum islam, antara lain dikisahkan pada kisah di bawah ini. Pertama, ketika Abu Bakar dibaiat menjadi khalifah, ia pernah berkata “Saya tidak meninggalkan sedikitpun sesuatu yang diamalkan atau dilaksanakan oleh Rasulullah, sesungguhnya saya takut tersesat bila meninggalkan perintahnya”. Kedua, pernah dinyatakan kepada Abdullah bin Umar tentang ketentuan sholat safar dalam Al-Qur’an. Ibnu Umar menjawab “Allah SWT telah mengutus Nabi Muhammad SAW kepada kita dan kita tidak mengetahui sesuatu. Maka sesungguhnya kami berbuat sebagaimana Rasulullah SAW berbuat”. Sikap para sahabat tersebut, seutuhnya diwarisi oleh generasi selanjutnya secara berkesinambungan. Segala apa yang diterima dan diperoleh dari generasi sebelum-Nya, kemudia diwariskan seutuhnya kepada generasi berikutnya baik semangat, sikap, maupun aktifitas mereka terhadap hadits/ sunnah Rasul SAW. Dibawah ini adalah kisah para tabi’in dan tabi’ut tabi’in dalam menyampaikan pesan dan saran-sarannya kepada umat dan murid yang dibinannya. Pertama, Al-A ‘masy berkata “Kalian harus mengikuti as-sunnah dan mengajarkannya kepada anak-anak. Hal ini karena, pada saatnya nanti merekalah yang akan memelihara agama untuk kepentingan manusia”. Kedua, Abu Hanifah berkata “Jauhilah pendapat ra’yu tentang agama Allah SWT!, kalian harus berpegang kepada as-sunnah. Barangsiapa yang menyimpang daripadanya, niscaya dia akan sesat”. Kisah diatas merupakan kisah yang menunjukkan sikap dan pandangan para ulama tentang hadits/ sunnah, yang menggambarkan betapa perhatian dan pandangan mereka yang sangat tinggi terhadap hadits/ sunnah sebagai sumber ajaran agama islam. d. Sesuai dengan Petunjuk Akal Kerasulan Nabi Muhammad yang telah diakui dan dibenarkan oleh umat islam menunjukkan bahwa Nabi Muhammad membawa misi untuk menegakkan amanat dari Dzat yang mengangkat kerasulan itu, yaitu Allah SWT. Dari aspek akidah Allah SWT bahkan menjadikan kerasulan ini sebagai salah satu dari prinsip keimanan. Dengan demikian, manifertasi (konsekuensi logis) dari pengakuan dan keimanan itu mengharuskan semua umtanya mentaati dan mengamalkan segala peraturan dan perundang-undangan serta inisiatif beliau, baik yang beliau ciptakan atas bimbingan wahyu maupun hasil ijtihadnya sendiri. Di dalam mengemban misinya itu, terkadang beliau hanya sekedar menyampaikan apa yang diterima dari Allah SWT, baik isi maupun formulasinya dan terkadang pula atas inisiatif sendiri dengan bimbingan ilham dari tuhan. Namun juga tidak jarang beliau membawakan hasl\il ijtihad semata-mata mengenai suatu masalah yang tidak ditunjuk oleh wahyu dan juga tidak dibimbing oleh ilham. Kesemuanya itu merupakan hadits/ sunnah Rasul yang terpelihara dan tetap berlaku sampai ada nas yang menasakhnya. 8 Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa hadits merupakan salah satu sumber hukum dan sumber ajaran Islam yang menduduki urutan kedua setelah Al-Qur’an. Sedangkan bila dilihat dari kehujjahannya hadits melahirkan hukum dzanni kecuali hadits yang mutawatir. 2. Fungsi Hadits/ Sunnah Terhadap Al-Qur’an Berdasarkan kedudukannya, Al-Qur’an dan Hadits sebagai pedoman hidup dan sumber ajaran islam, antara satu dengan yang lainnya jelas tidak dapat dipisahkan. Al-Qur’an sebagai sumber pertama memuat ajaran-ajaran yang bersifat umum dan global yang perlu dijelaskan lebih lanjut dan terperinci. Di sinilah Hadits menempati kedudukan dan fungsinya sebagai sumber ajaran kedua. Al-Hadits/ Sunnah menjadi penjelas (Mubayyin) is kandungan Al-Qur’an. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat An-Nahl ayat 44, yang berbunyi : “Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia”. (QS. An-Nahal : 44). Ada bermacam-macam fungsi Hadits/ sunnah terhadap Al-Qur’an. Malik bin Anas menyebutkan bahwa fungsinya ada lima yaitu, bayan at-taqrir, bayan at-tafsir, bayan at-tafshil, bayan al-basth, bayan at-tasyri. Kemudian Imam Syafi’i menyebutkan bahwa fungsi Hadits/ Sunnah terhadap Al-Qur’an ada lima macam pula, yaitu bayan at-tafshil, bayan at-takhshish, bayan at-ta’yin, bayan at-tasyri’, dan bayan an-nasakh. Sementara Imam Al-Hambal menyebutkan empat fungsi, yaitu bayan at-ta’kid, bayan at-tafsir, bayan at-tasyri’, dan bayan at-takhshish. a. Bayan At-Taqrir Bayan at-taqrir disebut juga bayan at-ta’kid dan bayan al-itsbat. Yang dimaksud dengan bayan ini adalah menetapkan dan memperkuat apa yang diterangkan di dalam Al-Qur’an. Fungsi hadits dalam hal ini hanya memperkokoh isi kandungan Al-Qur’an. Contoh dari fungsi hadits ini dapat dilihat dalam surat Al-Maidah ayat 6, yaitu : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki,..”. (QS. Al-Maidah : 6). Ayat di atas ditaqrir oleh hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhori dan Abu Huarairah, yang berbunyi (yang artinya) : “Rasul SAW bersabda : Tidak diterima shalat seseorang yang berhadas sebelum ia berwudhu”. Menurut sebagian ulama, bahwa bayan taqrir atau bayan ta’kid ini disebut juga bayan al-muwafiq li naskh al-kitab al-karim. Hal ini karena munculnya hadits-hadits itu sesuai dengan untuk memperkokoh nash Al-Qur’an. 9 b. Bayan At-Tafsir Yang dimaksud dengan bayan at-tafsir adalah penjelasan hadits terhadap ayat-ayat yang memerlukan perincian atau penjelasan. Lebih lanjut adalah pada ayat-ayat yang mujmal, muthlaq, dan ‘am. Maka fungsi hadits pada hal ini adalah untuk memberikan perincian (tafshil) dan penafsiran terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang masih mujmal, memberikan taqyid ayat-ayat yang masih muthlaq, dan memberikan takhshihs ayat-ayat yang masih umum. 1. Merinci ayat-ayat yang mujmal Yang mujmal artinya yang ringkas atau singkat. Dari ungkapan yang singkat ini terkandung banyak makna yang perlu dijelaskan. Ini dikarenakan bahwa dalam ungkapan yang ringkas ini masih belum jelas makna yang dimaksudkannya, kecuali setelah adanya penjelasan atau rincian. Dengan kata lain ungkapannya masih bersifat global yang memerlukan mubayyin. Dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang masih bersifat mujmal, antara lain adalah ayat-ayat yang menjelaskan firman Allah SWT untuk menjalankan shalat, puasa, zakat, jual beli, nikah, qishas, dan lain-lain. Ayat-ayat yang menjelaskan hal tersebut umumnya masih bersifat global atau dijelaskan hanya secara garis besarnya saja. Atau walaupun diantaranya sudah ada perincian namun masih memerlukan perincian lanjut yang lebih pasti. Hal ini disebabkan karena dalam masalah-masalah tersebut tidak dijelaskan misalnya, bagaimana cara mengerjakannya, apa sebabnya, apa syarat-syaratnya, atau apa halangan-halangannya dan sebagainya. Maka Rasulullah SAW dalam hal ini menafsirkan dan menjelaskannya secara terperinci. Misal nya dalam hal sholat Rasul memberikan penjelasan dalam hadits-nya, “sholatlah sebagaimana kalian melihatku sholat” Dari perintah mengikuti shalatnya dari hadits tersebut, Rasulullah kemudian memberinya contoh shalat yang dimaksud secara sempurna. Bahkan bukan hanya itu beliau juga melengkapinya dengan berbagai kegiatan lainnya yang dilakukan sejak sebelum shalat sampai dengan sesudahnya. Dengan demikian, maka hadits di atas menjelaskan bagaimana seharusnya shalat dilakukan, sebagai perincian dari perintah Allah SWT dalam surat Al – baqoroh ayat 43 yang berbunyi : “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’” (QS. Al-Baqarah : 43). Masih berkaitan dengan ayat tersebut, Rasul juga memberikan penjelasan tentang zakat secara lengkap, baik yang berkaitan dengan jenis dan ukurannya, sehingga menjadi suatu pembahasan yang memiliki kajian yang cukup luan. 10 1. Men-Taqyid Ayat-ayat yang Muthlaq Kata muthlaq artinya kata yang menunjuk pada hakikat kata itu sendiri apa adanya, dengan tanpa memandang jumlah maupun sifatnya. Men-taqyid yang muthlaq artinya membatasi ayat-ayat yang mutlaq dengan sifat, keadaan, atau syarat-syarat tertentu. Ini dapat dilihat pada surat Al-Maidah ayat 38 yang berbunyi : “laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah..” (QS. Al-Maidah : 38). Ayat tersebut di-taqyid¬-kan dengan sabda Rasulullah (yang artinya) : “Tangan pencuri tidak boleh dipotong melainkan pada (pencurian) seperempat dinar atau lebih”. (H.R. Mutafaq ‘alaih, hadits ini menurut lafazh muslim). 1. Men-Takhshish Ayat yang ‘Am Kata ‘am, ialah kata yang menunjuk atau memiliki makna dalam jumlah yang banyak. Sedangkan kata takhshish atau khash ialah kata yang menunjukkan arti khusus, tertentu tau tunggal. Yang dimaksud dengan men-takhshish yang ‘am adalah membatasi keumuman ayat Al-Qur’an sehingga tidak berlaku pada bagian-bagian tertentu. Contoh pada hal ini terdapat dalam suran An-Nisa ayat 11 yang berbunyi : “Allah mensyari’atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan” (QS. An-Nisa : 11). Ayat ini di-takhshish-kan oleh sabda Rasulullah SAW (yang artinya) : “Pembunuh tidak berhak menerima harta warisan”. (H.R. Ahmad). c. Bayan At-Tasyri At-tasyri artinya pembuatan, mewujudkan, atau menetapkan atauran atau hukum. Maka yang dimaksud dengan bayan at-tasyri adalah penjelasan hadits yang berupa mewujudkan, mengadakan, atau menetapkan suatu hukum atau aturan-aturan syara’ yang tidak didapati nashnya dalam Al-Qur’an. Rasul SAW dalam hal ini berusaha mewujudkan suatu kepastian hukum terhadap beberapa persoalan yang muncul pada saat itu, dengan sabdanya sendiri. 11 Contoh dari hadits/ sunnah Rasul yang termasuk kedalam kelompok ini diantaranya adalah hadits tentang penetapan haramnya mengumpulkan dua wanita bersaudara (antara isteri dengan bibinya), hukum merajam pezina yang masih perawan, hukum membasuh atas sepatu di saat berwudhu, hukum tentang ukuran zakat fitrah, dan hukum tentang hak waris bagi seorang anak. Bayan ini oleh sebagian para ulama juga disebut dengan bayan za’id ‘ala al-kitab al-karim (tambahan-tambahan terhadap nash Al-Qur’an). disebut sebagai tambahan karena sebenarnya di dalam Al-Qur’an ketentuan-ketuan pokok akan suatu hukum sebenarnya sudah ada, sehingga datangnya hadits tersebut hanyalah berupa tambahan terhadap pokok-pokok tersebut. d. Bayan Nasakh An-nasakh secara bahasa memiliki beberapa arti, yakni dapat berarti sebagai al-ibthal (membatalkan), al-Ifalah (menghilangkan), ¬at-tahwil (memindahkan), atau ai-tagyir (mengubah). Diantara para ulama terjadi perbedaan dalam mendifinisikan bayan an-nasakh. Perbedaan ini terjadi karena perbedaan mereka dalam memahami arti nasakh dari sudut kebahasaan. Menurut ulama muttaqoddimin bahwa yang dimaksud dengan ¬bayan an-nasakh adalah adanya dalil syara’ yang datangnya hukum. Dari perngertian di atas, bahwa ketentuan yang datang kemudian dapat menghapus ketentuan yang datang terdahulu. Hadits sebagai ketentuan yang datang kemudian dari pada Al-Qur’an dalam hal ini dapat menghapus ketentuan dan isi kandungan Al-Qur’an. Diantara para ulama ada yang membolehkan adanya nasakh Hadits terhadap Al-Qur’an juga berbeda pendapat dalam jenis hadits yang digunakan untuk men-nasakh-nya. Dalam perbedaan ini, mereka terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu : 1. membolehkan men-nasakh Al-Qur’an dengan hadits ahad. Pendapat ini diantaranya dikemukakan oleh para ulama muttaqadimin dan Ibn Hazm serta sebagian pengikut Zhahiriyah; 2. membolehkan men-nasakh dengan syarat, bahwa hadits tersebut adalah hadits muttawatir. Pendapat ini diantaranya dipegang oleh Mu’tazailah; 3. ulama membolehkan men-¬nasakh dengan hadits masyhur, tanpa harus dengan hadits muttawatir. Pendapat ini dipegang oleh ulama hanafiah. Contoh hadits ini adalah hadits Rasulullah SAW dari Abu Ummamah al bahili, yang artinya : “Sesungguhnya Allah telah memberikan kepada tiap-tiap orang haknya (masing-masing). Maka, tidak ada wasiat bagi ahli waris”. (H.R. Ahmad dan Al-Arba’ah, kecuali An-Nasa’i. Hadits ini dinilai hasan oleh Ahmad dan At-Turmudzi). 12 Hadits ini menurut mereka men-nasakh isi Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 180 tentang wasiat, yang berbunyi : “Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, Berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma’ruf[..” (QS. Al-Baqarah : 180) Kewajiban melakukan wasiat kepada kaum kerabat dekat berdasarkan surat Al-Baqarah ayat 180 di atas, di-nasakh hukumnya oleh hadits yang menjelaskan, bahwa ahli waris tidak boleh dilakukan wasiat. C. KODIFIKASI PENDEKATAN MEMAHAMI SUNNAH Kodifikasi atau tadwin artinya ialah pencatatan, penulisan atau pembukuan hadits. Secara individual perncatatan hadits telah dilakukan sejak masa Rasulullah SAW. Namum dalam pembahasan kali ini, yang dimaksud dengan kodifikasi adalah penulisan secara resmi berdasarkan perintah khalifah, dengan melibatkan beberapa anggota yang ahli dalam bidang ini. Bukan yang dilakukan secara perorangan atau untuk kepentingan pribadi. Kegiatan ini dimulai pada masa pemerintahan islam ketika dipimpin oleh Khalifah Umar bin Abdul Azis (Khalifah ke-8 dari kekhalifahan bani Umayyah). Melalui instruksinya kepada Abu Bakr bin Muhammad bin Amr bin Hazn (Gubernur Madinah) dan para ulama madinah agar memperhatikan dan mengumpulkan Hadits dari para penghafalnya. Khalifah mengisnstruksikan kepada Abu Bakar Ibn Muhammad bin Hazm (177 H) agar mengumpulkan hadits-hadits yang ada pada Amrah binti Abdurrahman al-Asy’ari (98 H, murid kepercayaan Siti ‘Aisyah) dan al-Qosim bin Muhammad bin Abi Bakr (107 H). Instruksi yang sama ditunjukkan kepada Muhammad bin Syihab Az-Zuhri (124 H) yang dinilainya orang yang lebih banyak mengetahui hadits dibandingkan orang yang lainnya. Peranan para ulama dalam mengumpulkan hadits sangat mendapatkan penghargaan dari seluruh umat islam khususnya Az-Zuhri. Mengingat pentingnya perenannya, ulama di masanya memberikan komentar bahwa jika tidak ada dia, diantara hadits-hadits pasti sudah banyak yang hilang. Namun sayangnnya karya kedua tabi’in ini lenyap tidak sempat diwariskan kepada generasi sekarang. 13 BAB III KESIMPULAN Latar Belakang Pemikiran Munculnya Usaha Kodifikasi Hadits/ Sunnah Ada tiga hal pokok yang mendasari Khalifah Umar bin Abdul Azis mengambil kebijakan ini, yaitu : 1. ia khawatir hilangnya hadits-hadits dengan meninggalnya para ulama di medan perang, hal ini merupakan faktor yang paling utama mengingat bahwa ulama pada saat itu bukan hanya sebagi pengajar ilmu agama, namun juga turut mengambil bagian bahkan mengambil bagian penting dalam peperangan; 2. ia khawatir akan tercampurnya antara hadits-hadits yang shahih dengan hadits-hadits yang palsu; 3. bahwa dengan semakin meluasnya daerah kekuasaan islam, sementara kemampuan para tabi’in antara yang satu dengan yang lainnya tidak sama jelas memerlukan adanya usaha kodifikasi ini. Dengan melihat berbagai permasalahan yang muncul, sebagai akibat terjadinya pergolakan politik yang sudah cukup lama, dan mendesakanya kebutuhan untuk mengambil keputusan ini guna menyelamatkan hadits-hadits dari pemusnahan dan pemalsuan. Umar bin Abdul Azis merupakan pelopor dalam penulisan-penulisan hadits. Karena, ada beberapa riwayat yang mengatakan bahwa dia pun ikut andil dalam penulisan hadits ini. Bahkan ia memiliki tulisan hadits-hadits yang ia terima. 2. Pembukuan Hadits/ Sunnah Pada Kalangan Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in Setelah Ibn Syihab az-Zuhri Diantara para ulama setelah az-Zuhri, ada ulama ahli hadits yang berhasil menyusun kitab tadwin yang bisa diwariskan kepada generasi sekarang, yaitu Malik bin Anas (93 – 179 H) di Madinah, dengan kitab hasil karyanya yang dinami Al-Muwaththo. Kitab tersebut selesai disusun pada tahun 143 H dan para ulama menilainya sebagi kitab tadwin yang pertama. Dari kenyataan yang terjadi bahwa terdapat garis perbedaan antara karya-karya ulama sebelum Az-Zuhri dengan karya-karya ulama setelahnya. Karya ulama setelah Az-Zuhri yang tidak terlepas dari campur tangan Az-Zuhri sendiri dapat mewariskan karyanya tetap terpelihara sampai sekarang. Sedangkan karya-karya ulama sebelumnya hanya sampai di tangn murid-muridnya dan tidak dapat diwariskan ke generasi yang lebih jauh. 14 DAFTAR PUSTAKA Suparta,Munzier. 2002. Ilmu Hadits. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. Said Agil Husain Al-Munawar,1996. Ilmu Hadits. Jakarta. Gaya Media Pratama. Syaikh Manna’ Al-Qaththan. 2004. Pengantar Studi Ilmu Hadits Edisi Terjemah. Jakarta. Pustaka Alkautsar 15

DASAR PEMAHAMAN DAN PENGEMBANGAN


BOOK REPORT Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas Garut Dosen : Ai Nuraeni. M.Pd. “KTSP : KURIKULUM TINGKAT KESATUAN” (DASAR PEMAHAMAN DAN PENGEMBANGAN) Disusun Oleh: ADE PERDI 2406212001 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS AGAMA ISLAM (FAI) UNIVERSITAS GARUT 2013 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Buku....................................................................................................................1 B. Alasan Memilih Buku.........................................................................................................1 C. Gambaran Sekilas Isi Buku.................................................................................................1 BAB II RESUME BUKU A. KTSP ; Landasan, Prinsip, Kompunen................................................................................2 1. Apa landasan penyusunan KTSP?...............................................................................2 2. Apa saja prinsip dan acuan pengembangan KTSP?.....................................................5 3. Apa saja kompunen KTSP?.........................................................................................5 B. Silabus ; Landasan, prinsip, kompunen, dan pengembangan .............................................6 1. Apa itu silabus?............................................................................................................6 2. Apa landasan pengembangan silabus?.........................................................................7 3. Apa saja prinsip pengembangan silabus?.....................................................................7 4. Bagaimana langkah- langkah teknis pengembangan silabus?.....................................9 5. Bagaimana pengalokasian unit waktu dalam silabus?...............................................10 6. Bagaimana pengembangan silabus selanjutnya?.......................................................10 7. Apa saja kompunen silabus?......................................................................................10 C. Pemetaan kompetensi dasar, analisis alokasi waktu, program tahunan (prota )/ program semester ( promes ), dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)................................12 1. Apa langkah berikutnya setelah silabus tersusun?.....................................................12 2. Apa itu pemetaan kompetensi dasar per unit?............................................................13 3. Apa itu analisis alokasi waktu?..................................................................................14 4. Apa itu program tahunan (Prota) dan program semester ( Promis )?........................14 5. Apa itu rencanapelaksanaan pembelajaran ( RPP ?)..................................................14 D. Prinsip, ciri, dan cara mengelola KBM, cara meyediakan pengalaman belajar, cara memilih strategi pembelajaran..........................................................................................15 1. Apa prinsip dan ciri kegiatan belajar mengajar ( KBM ) dalam KTSP?.................15 2. Bagaimana cara mengelola KBM?..........................................................................18 3. Bagaimana cara menyediakan pengalaman belajar bagi siswa?..............................20 4. Bagaimana cara memilih strategi pembelajaran?...................................................22. E. Penilaian Kelas..................................................................................................................25 1. Apa itu penilaian kelas?...........................................................................................25 2. Apa saja ciri penilaian kelas?...................................................................................26 3. Bagaimana kriteria penilaian kelas?........................................................................26 4. Apa saja cara yang harus diperhatikan dalam melakukan penilaian kelas?............26 5. Apa saja bentuk dan teknik yang bisa diterapkan dalam penilaian kelas?..............26 BAB III PENUTUP Kesimpulan...............................................................................................................................30 TANGGAPAN PENILAIAN BUKU.....................................................................................30 GLOSARIUM BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Buku Judul Buku : KTSP Kurikulum tingkat satuan pendidikan Penulis : Masnur Muslich Penerbit : Sinar Grafika Offset PT bumi aksara JL. Sawo Raya No. 80 Jakarta 13220 Terbitan : Catatan pertama , april 2007 ISBN (13) 978-979-010-159-3 ISBN (10) 979-010-159-7 B. Alasan Pemilihan Buku Alasan saya memilih buku ini karena buku ini dapat di mudah di mengerti dan sebagai wawasan sebagai calon guru. Juga dapat dijadikan panduan yang baik dalam sistem pengajaran. Dalam setiap buku pasti begitu banyak kelebihan dan kekuranganya, begitu juga saya telah menemukan kelebihan dalam buku ini sehingga sangat menarik untuk dibahas dalam resensi yang ditugaskan kepada penulis. Tidak hanya berguna untuk saya sendiri saya yakin dan saya berharap semoga buku ini pula dapar bernanfaat untuk para pembaca. C. Gambaran Sekilas Isi Buku Pada dasarnya, tujuan buku kurikulum tingkat satuan pendidikan ( KTSP ) adalah bagai mana membuat siswa dan guru lebih aktif dalam pembelajaran. Selain murid harus aktif dalam kegiatan belajar dan mengajar. Guru juga harus aktif dalam memancing kreativitas, anak didiknya sehingga berdialog dua arah terjadi dengan dinamis. KTSP yang merupakan hasil penyempurnaan dari kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum oprasional yang di susun dan dilakasanakan oleh masing masing_masing satuan pendidikan/sekolah. Yang penegakannya pada standar isi dan kompetensi. Departemen pendidikan nasional mengharapkan paling lambat tahun 2009/2010, semua sekolah telah melaksanakan KTSP. Banyak hal yang telah dilakukan depdiknas untuk menyukseskan program KTSP ini, namun pada kenyataan sampai sekarang manyik banyak sekolah yang merasa sulit untuk mengimplemasikannya, kebingungan para kepala sekolah dan juga para guru. Merupakan bukti bahwa perlu dilakukan sosialisasi yang lebih intens. Diterbitkan buku yang mengusung judul KTSP ( kurikulum tingkat satuan pendidikan ) dasar pemahaman dan pengembangan, diharapkan dapat membantu meningkatkan pemahaman para guru, kepala sekolah, termasuk pengawas sekolah, komite sekolah dan dewan sekolah. Buku yang sangat aplikatif ini menjawab pertanyaan mendasar tentang KTSP, yaitu apa sebenarnya KTSP dan bagaimana mengembangkannya _ beserta contoh_ sehinggamampu memaksimalkan seruruh potensi yang dimiliki sekolah. BAB II RESUME BUKU A. KTSP; Landasan, Prinsip, Komponen Dan Ttrukrur 1. Apa Landasan Penyusunnan Ktsp? KTSP (Kurikulum tingkat satuan pendidikan) disususn dalam rangka amanat yang tertuang dalam undang undang nomor 20 tahun 2003 tentang pendidikan dan pemerintahan rebublik indanesia nomor 19 tahun 2005 tentang pendidikan. Tentang penyusunan, KTSP jenjang pendidikan mengacu pada materi pendidikan nomor 22 tahun 2006 tentang standar satuan pendidikan dasar dan menengah,peraturan nasional nomor 23 tahun 2006 tentang standar kopetensi. Lulusan untuk satuan dasar pada panduan yang di susun oleh badan standar nasional pendidikan (BSNP). Apa saja bunyi uu, pp, dan peraturan menteri yang terkait dengan penyusunana KTSP? Undang undang republik indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang pendidikan pasal 1 ayat (19);pasal 18 ayat (1). (2). (3); pasal 32 ayat (1), (2), (3).pasal 35 ayat (2). Pasal 1 Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan.isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiataan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pasal 18 1) Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. 2) Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. 3) Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA). Sekolah menengah kejuruan (SMK)> dan madrasah aliyah kejuruan (MAK). Atou bentuk lain yang sederajat. Pasal 32 1) Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran proses pembelajaran karena kelainan fisik,. Emosional, Metal, sosial, dan /atou memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. 2) Pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik dierah terpencil atou terbelakang, masyarakat adat yang terpencil,dan/atou mengalami bencana alam ,dan bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi. 3) Ketentuan mengenai pelaksanaan pendidikan khusus dan pendidikan layananan khusus sebagai mana yang dimaksud ayat (1) dan ayat (1) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Pasal 35 (2) standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum. Tenaga pendidikan,karena sarana prasarana, pengelolaan.dan pembiyayaan. Jika Demikian, Apa itu KTSP? KTSP merupakan penyempurnaan dari 2004 kurikulum (KBK) kurikulum oprasional yang disusun dilaksanakan oleh masing masing satuan pendidikan/sekolah, departemen pendidikan nasional paling lambat tahun 2009/2010 semua sekolah telah melaksanakan KTSP. Terkait penyusunabn KTSP, BNSP telah membuat panduan penyusu KTSP, panduan ini acuan bagi pendidikan SD/MI/SDLB/.SMP,SMA,SMK dalam pengembangan kurikulum yang akan dilaksanakan satuan pendidikan yang bersangkutan. Penyusunan KTSP dipercayakan pada setiap tinkat satuan pendidikan hampir senada prinsip implesentasi KBK (kurikulum 2004 ) yang pengelolaan kurikulum berbasis sekolah (KBS). Prinsip diimplementasikan untuk memperdayakan daerah sekolah dalam merencanakan, melaksanakan ,dan pengelola serta menilai pembelajaran KBS mengacu pada,kesatuan dalam kebijaksanaan “ yang dimaksud” dalam kebijakan keberagaman dalam pelaksanaan di maksud dengan kesatuaan dalam dokumen KBK dikeluarkan oleh departemen pendidikan nasional ,keberagaman dalam pelaksanaan di tandai dengan keberagaman di kembangkan oleh sekolah masing masing sesuai dengan karektaristik sekolahnya. Dengan pengelolaan KBS, banyak pihak /instansi yang akan berperanan dan bertanggung jawab melaksanaannya, yaitu sekolah,guru,dines pendidikan kabupaten atou kota,dinas pendidikan provinsi dan depniknas, pada KTSP. Kewenangan dan pengelola kurikulum lebih di perbesar. 2. Apa Saja Prinsip Dan Acuan Pengembangan Ktsp? KTSP di kembangkan prinsip sebagai berikut. • berpusat pada potensi,perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. • beragam dan terpadu. • tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan . • relevan dengan kebutuhan kehidupan. • menyeururuh dan berkeseimbangan. • belajar sepanjang hayat Selain itu, KTSP disususn dengan acuan oprasional sebagai berikut. a) Peningkatan iman dan takwa serta ahlak mulia dan takwa serta ahlak mulia keimanan ketakwaan serta ahlak mulia menjadi dasar kepribadiaan peserta didik serta secara utuh, kurikulum disusun secara memungkinkan mata pelajaran dapat menunjang iman dan takwa serta ahlak mulia. b) Meningkatkan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik Kurikulum disusun memungkinkan pengembangan potensi minat kecerdasan, intelektual,emosional, sprietual, dan kinestik pesrta didik. c) Tuntunan pembangunan daerah dan nasional Pengembangan kurikulum memerhatikan keseimbangan tuntunan pembangunan daerah nasional. d) Agama kurikulum harus di kem bangkan untuk meningkatkan toleransi dan kerukunan umat beragama serta memperhatikan norma agama yang yang berlaku di linkungan sekolah. 3. Apa saja kompunen KTSP? KTSP ada empat kompunen yaitu (1) tujuan pendidikan tingkat satuan pandidikan (2) struktur muatan KTSP, (2) kalender pendidikan dan (4) silabus dan rencana pelaksanaan pengajaran (RPP). Kompunen 1 :tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan Rumusan pendidikan tingkat satuan pendidikan mengacu pada tujuan umum pendidkan berikut. 1. Tujuan pendidikan dasar adalah neletakan dasar kecerdasaan pengetahuan. Kepribadian, ahlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri, 2. Tujuaan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasaan pengetahuaa, kepribadiaan, ahlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. 3. Tujuan pendidikan menengah kejuruaan adalah meningkatkan kecerdasan. Pengetahuan, kepribadiaan ahlak mulia. Kompunen 2 ; struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan Struktur kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar menengah tertuang dalam stan dar isi, yang di kembanngkan dari kelompok mata pelajaran. Kelompok mata pelajaran melaksanakan melalui muatan dan kegiatan pembelajaran di uraikan dalam PP NO. 19 tahun 2005 tentang setandar nasional pendidikan pasal 7. Muatan kurikulum tingkat satuaan dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik pada satuaan pendidikan. Kompunen 3 ; kalender pendidikan Satuaan pendidikan dapat menyusun kalender pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah, karekteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat, dengan memerhatikan pendidikan. Kompunen 4 ; silabus dan rencana pelaksanaan pengajaran Silabus merupakan standar kopetensi dan kopetensi dasar materi pokok, kegiataan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian berdasarkan silabus inilah inilah guru bisa mengembangkannya menjadi rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) akan di terapkan kegiatan belajar mengajar (KBM) bagi siswanya. B. Silabus ; Landasan, Prinsip, Kompunen , Dan Pengembangan 1. Apa itu silabus? Silabus dapat didefinisikan sebagai garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok isi materi pembelajaran (salim, 1987 : 98) istilah istilah silabus di gunakan untuk menyebut produk perkembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari standar kopetensi dan kopetensi dasar ingin dicapai, pokok pokok serta uraian yang perlu di pelajari siswa dalam rangka pencapaian kopetensi dasar. Seperti kita ketahui,dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran, terlebih dahulu perlu di tentukan standarkopetensi yang berisikan kebulatan pengetahuan, sikap, keterampilan yang ingin dicapai, materi harus yang harus dipeulajari, pengembangan belajar harus dilakukan, dalam sistem evaluasi mengetahui pencapaian standar kopetensi. Dengan kata lain, pengembangan kurikulum dan pembelajaran menjawab pertanyaan; a) Apa yang akan diajarkan (standar kopetensi, kopetensi dasar, dan materi pelajaran)? b) Bagai mana cara mengajarkannya ( pengalaman belajar, metodie media)? c) Bagai cara mengetahui pencapaianya (evaluasi atou sistem penilaian )? Berdasarkan gambaran dinyatakan bahwa silabus merupakan pejabaran stannsar kopetensi dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaiab kopetensi untuk penilaian, alikasi waktu, dan sumber belajar. Dalam inpletasinya, silabus di jabarkan rencada pelaksanaan pembelajaraan, dilaksanakan, dievaluasi,dan ditindaklanjuti oleh masing masing masing guru,selin itu, silabus dikaji dan di kembangkan secara berkelanjutan dengan memperhatian hasil evaluasi hasil belajar. 2. Jika Demikian,apa manfaat pengembangan silabus? Silabus bermanfaat sebagai pedoman pengembangan pembelajaran,seperti pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran,dan pengembangan sistem penilaian,silabus merupakan sumber pokok dalam penyusunan tencana pembelajaran,baik rencana pembelajaran satu setandar kopetensi maupun untuk kopetensi dasar,silabus bermangfaat pembelajaraan,misalnya pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil,untuk mengembangkan sistem penilaian, dalam pembelajaran berbasis kopetensi sebagai mana dianut oleh KTSP, sistem penilaian selalu mengacu pada standar kopetensi dasar,dan materi pokok/ pembelajaran yang terdapat dalam silabus. 3. Apa landasan pengembangan silabus? Landasan pengembangan silabus adalah peraturan pemerintah indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan pasal 17 ayat (2) yang berbunyi berikut. Pasal 17 (2) sekolah dan komite sekolah. Atou madrasah dan komite madrasah, pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikann nasional dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kopetensi lulusan, di bawah supervisi dinas kabupaten/ atou kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD.SMP SMA dan SMK, departemen yang mengenai urusan pemerintahaan agama untuk MI, MTS, MA, dan MAK. 4. Apa Saja Prinsip Pengembangan Silabus? Silabus merupakan salah satu produk pengembangan kurikulum dan pembelajaran yang bersisikan garis materi pembelajaran, prisip yang mendasari pengembangan silabus antara lain; ilmiah, relevan, sitematis, konsisten, memadai, aktual dan kontekstual, fleksibel, dan menyeruruh. a) Ilmiah Keseruruh materi dan kegiatan menjadi muatan dalam silabus benar dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan, untuk mencapai kebenaran ilmiah tersebut, dalam penyusunan silabus selayaknya dilibatkan para pakar di bidang keilmuan masing masing mata pelajaran, hal ini di maksudkan agar materi pelajaran yang di sajikan dalam silabus sahih. b) Relevan Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai ada keterkaitan dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional dan spritual peserta didik. c) Sistemmatis Kompunen kompunen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kopetensi. d) Konsisten Adanya hubungan konsisten ( ajek, taat asas) antara kopetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian. e) Memadai Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar sumber belajar dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kopetensi. f) Aktual dan kontektual Cakupan indikator,materi pokok, pengalaman belajar, bersumber belajar, dan sistem penelian memerhatikan perkembangan ilmu, teknilogi dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi. g) Fleksibel Keseruruhan kompenen sibabus dapat mwengakomodasi keragaman peserta didik serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntunan masyarakat. h) Menyeruruh Kompunen silabus mencakup keseruruhan ranah kopetensi (kognitif,afektif, pasikomotor) 5. Bagaimana Langkah Langkah Teknis Pengembangan Silabus? Secara teknis, langkah pengembangan silabus tahapan sebagai berikut. Langkah pertama, mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana yang tercantum pada standar isi, memerhatikan hal hal berikut; a) Urutan berdasarkan hieraki konsep disiplin ilmu dan tingkat kesulitan materi; b) Keterkaitan antastandar kompetensi dasar dalam mata pelajaran; c) Keterkaitan standar kompetensi dasar antarmata pelajaran. Langkah Kedua, Mengidentifikasi materi pokok Mengidentifikasi materi pokok yang menunjang pencapaian standar kopmpetensi dan kompetensi dasar dengan mempertimbangkan ; a) Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan sprietual peserta didik; b) Keber manfaatan bagi peserta didik; c) Struktur keilmuan; d) Kedalaman dan keluasan materi; e) Revansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; f) Alokasi waktu. Langkah ketiga, mengembangkan pengalaman belajar Pengaalaman belajar merupan kegiatan mental fisik yang dilakukan peserta didik dalam berinteraksi dengan sumber berajar melalui pendekatan pembelajaran yang bervereansi dan mengaktifkan peserta didik, pengalaman belajar juaga mencereminkan pengelolaan pengalaman belajar peserta didik. Langkah keempat, merumuskan indikator keberhasilan belajar Indikator merupakan penjabaran dari kompetensi dasar yang menunjukan tanda tanda perubahan dan respons yang dilakukan atou di tampilkan oleh peserta didik. Langkah kelim,penentuan jenis menilaan Penilaian pencapaian kopetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator, penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, sikap, penilaian hasil karya atou produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Langkah keenam, menentukan alokasi waktu Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu dan alokasi waktu mata pelajaran perminggu dengan mempertimbangkan jumlah kopetensi dasar, kelusan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepetingan kompetensi dasar. Alokasai waktu yang di cantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk menguasai kopetensi dasar. 6. Bagaimana Pengelokasian Unit Waktu Dalam Silabus? Pengalokasian waktu dalam silabus mengikutu cara berikut. a) Silabus mata pelajaran disusun berdasarkan seruruh alokasi waktu yang disediakan untuk mata pelajaran selama penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuaan pendidikan. b) Implementasi pembelajaran per semester menggunakan penggalan silabus sesuai dengan standar kompetensi dasar untuk mata pelajaran dengan alokasi waktu yang tersedia pada silabus berdasarkan satuan kompetensi. 7. Bagaiman Pengembamgan Silabus Selajutnya? Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing masing guru. Dalam rangka pemantapan lebih lanjut, silabus harus dikaji dan dikembangkan secara berkeanjutan dan terus menerus dengan memerhatikan masukan dari hasil evaluasi hasil belajar, hasil evaluasi rencana pembelajaran, oleh karena itu tahapan pengambangan silabus diawali dari perencanaan, perbaikan, pemantapan, sampai pada penilaian pelaksanaan. 8. Apa Saja Kompenen Silabus? Berdasarkan langkah langkah pengembangan silabus (sebagaimana diuraikan pada butir E), format silabus paling tidak memuat sembilan kompenen, yaitu identifikasi, standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, pengalaman belajar, indekator, penilaian, alokasi waktu, sember/ bahan /alat. a) Komponen indentifikasi Pada kompenen identifikasi yang prerlu diisi adalah nama sekolah, nama mata pelajaran, kelas, dan semester. b) Kompenen Standar kompetensi Pada kompenen standar kompetensi, yang perlu dikaji adalah standar kompetensi mata pelajaran yang bersangkutan dengan memperhatikan hal hal berikut. 1) Urutan berdasarkan hieraki konsep disiplin ilmu dan tingkat kesulitan materi. 2) Keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran. 3) Keterkaitan standar kompetensi dan kopetensi dasar antarmata pelajaran. c) Kompunen Kompetensi dasar Pada kompunen kompetensi dasar, yang perlu dikaji adalah kompetensi dasar mata pelajaran dengan memperhatikan hal hal berikut. 1) Urutan berdasarkan hieraki konsep disiplin ilmu dan tingkat kesulita materi. 2) Keter kaitan antar standar kompetensi dasar dalam mata pelajaran. 3) Keterkaitan standar dan kopetensi dasr antar mata pelajaran. d) Komponen materi pokok Pada kompenen materi pokok, yang dilakukan adalah mengedentifikasi materi pokok dengan mempertimbangkan; 1) Tingkat perkembangan fisik, intelektual,emosional, sosial, dan sprietual peserta didik; 2) Kebermanfaatan bagi peserta didik; 3) Struktur keilmuan; 4) Kedalaman dan keluasan materi; 5) Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; 6) Alokasi waktu. e) Komponen pengalaman belajar Pada komponen pengalaman belajar, yang perlu di perhatikan adalah rambu- rambu berikut. 1) Pendekatan pembelajaran yang bervariansi dan mengaktifkan peserta didik. 2) Pengalaman belajar memuat kecakapn hidup yang perlu dikuasai pesrta didik. 3) Rumusannya mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar pesrta didik. f) Komponen Indikator Pada komponen indikator, yang perlu di perhatikan adalah rambu- rambu berikut. 1) Indikator merupakan penjabaran dari KD yang menunjukkan tanda- tanda, perbuatan atou respons yang dilakukan atou ditampilkan oleh peserta didik. 2) Indikator dikembangkan sesuai dengan karakterristiksatuan pendidikan, 3) Rumusan indikator menggunakan kerja oprasional yang terukur dan dapat diobservasi. 4) Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian. g) Komponen jenis penilaian Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, sikap, penilaian hasil karya berupa proyok atou produk, penggunaan portifolio, dan penilaian diri, jenis penilaian yang dipilih pada rumusan indikatornya. h) Komponen alokasi waktu Pada komponen alokasi waktu, hal hal berikut perlu dipertimbangkan 1) Penentuan alokasi waktu pada setiap kopetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. 2) Alokasi waktu yang di cantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk menguasai kompetensi dasar. i) Komponen sumber berajar Pada komponen belajar, hal hal berikut perlu dipertimbangkan. 1) Sumber belajar adalah rujukan, objek dan bahan yang di gunakan untuk kegiatan pembelajaran. 2) Sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial dan budaya. 3) Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kopetensi dan kopetensi dasar serta materi pokok, kegiatan pembelajarn dan indikator pencapaian kompetensi. C. Pemetaan Kompetensi Dasar, Analisis Alokasi Waktu, Program Tahunan (Prota)/ Program Semester (Program),Dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 1. Apa Langkah Berikutnya Setelah Silabus Tersusun? Langkah berikutnyan silabus tersusun menntusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) akan tetapi, sebelum RPP di susun, ada berapa tahapan kegiatan yang di lakukan guru agar RPP yang di susun bisa efektif dan efisien, yaitu sebagai berikut. a) Melakukan pemetaan kompetensi dasar per unit. b) Melakukan analisis alokasi waktu. c) Menyusun program tahunan dan program semester. d) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Keempat tahapan kegiatan ini dilakukan secara hierakis karena hasil setiap tahapan kegiatan merupakan acuan yang dasar dari tahapan kegiatan berikutnya. Apa Itu Pemetaan Kompetensi Dasar Per Unit? Pemetaan kompetensi dasar per unit adalah penataan semua kompetensi dasar tertuang dalam silabus mata pelajaran kedalam unit pembelajaran, dengan melakukan pemetaan kompetensi dasar ini akan diketahui unit pembelajaran terdapat dalam matapelajaran dan jam perajaran pada setiap unit, pengetahuaan terhadap waktu setiap unit akan memudahkan guru pengembangan materi pembelajaran ketika menyusun RPP. Apa yang Harus Di perhatikan dalam Pemetaan Kompetensi dasar per unit? Hal yang harus diperhatikan guru dalam pemetaan kompetensi dasar per unit adalah sebagai berilut. a) Pengurutan kompetensi dasar sesuai dengan prisipkeilmuan, dan pendidikan dan kadar kesulitan, b) Penyatuan kompetensi dasar yang sejenis. c) Pemberian jumlah waktu jam pembelajaran setiap unit dengan melihat hasil pengembangan silabus. d) Pembagian silabus waktu atou jam pembelajaran yang tersedia ( dalam satu tahun atou satu semester ) kesemua unit secara proporsional. 2. Apa Itu Analisis Alokasi Waktu? Analisis alokasi waktu yang pelacakan jumlah minggu dalam semester/ tahun pembelajaran terkait dengan pemenfaatan waktu pembelajaran tertentu, pelacakan ini di arahkan pada jumlah minggu efektif. Kepastian jumlah minggu efektif pada semester tahun pembelajaran pada setiap unit pembelajaran yang telah dipetakan sebelumnya. Apa Saja yang Perlu Diperhtikan dalam Analisis Alokasi Waktu? Hal yang perlu diperhatikan guru dalam analisis alokasi waktu adalah sebagai berikut. a) Penentuan jumlah minggu pada setiap bulan dalam semester atou tahun pembelajaran dengan melihat kalender umum. b) Penentuan jumlah minggu yang tidak epektip pada setiap bulan dalam semester/ tahun pembelajaran dengan melihat kalender pendidikan. c) Penentuan jumlah minggu yang efektif pada setiap bulan dalam semester/tahun pembelajaran yang telah dipetakan sebelunya (lihat hasil pemetaan kompetensi dasar per uni). 3. Apa Itu Program Tahunan (Prota) Dan Program Semester ( Promes )? Program tahunan (prota ) dan program semester ( promis ) adalah rencana umum pembelajaran mata pelajaran setelah diketahui kepastiaan jumlah jam efektif tahun / semester, penyusunaan prota promis ini berdasarkan hasil analisis alokasi waktu yang ditetapkan sebelunya hasil penetaan kompetensi dasar per unit. Hasil penyusunaan prota promis inilah yang nantinya sebagai dasar untuk penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran ( RPP ). Pada sisi lain, berdasarkan prota dan promis pula nantinya kepala sekolah atou pengawas biasa mengetahui / mengontrol apakah unut pembelajran telah dilaksanakan oleh guru atou belum. Apa yang Patut Dilakukan Guru dalam Penyusunan Prota dan promis? hal yang patut di lakukan guru pada penyusunan prota promis adalah sebagai berikut. a) Mendaftar kompetensi dasar pada setiap unit berdasarkan pemetaan kompetensi dasar per unit yang telah di susun. b) Mengisi jumlah jam pelajara setiap unit berdasarkan hasil analisis alokasi waktu yang telah disusun. c) Menentukan materi pembelajran pokok pada setiap kompetensi dasar, yang didapatkan dari pengembangan silabus yang telah disusun atou dari karektivitas guru. 4. Apa Rencana Pelaksanaan Pembelajara ( Rpp ) Rencana pelaksanaan pembelajaran ( RPP ) adalah rancangan pembelajaran mata pembelajaran per unit akan di terapakan guru dalam pembelajaran di kelas, berdasarkan RPP inilah seorang guru ( baik yang menyusun RPP itu sendiri maupun yang bukan ) diharapkan bisa menerapkan pembelajaran secara terprogram,oleh karena itu, RPP harus mempunyai tahap ( Aplicable ) yang tinggi, pada sisi lain dalam menjalankan profesinya. Apa Saja Langkah yang Patut Dilakukan Guru dalam Penyusunan Rencana pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )? Langkah yang patut dilakukan guru dalam penyususunan RPP sebagai berikut. a) Ambilah satu unit pembelajaran yang akan diterapkan dalam pembelajaran. b) Tulis standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam unit tersebut. c) Tentukan alokasi waktu yang yang diperlukan untuk mencapai indikator tersebut. d) Tentukan indikator untuk mencapai kompetensi dasar tersebut. e) Rumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut, f) Tentukan materi pembelajaran yang akan di berikan dikenakan kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. g) pilihan metode pembelajaran yang dapat mendukung sifat materi dan tujuan pembelajaran. D. Prinsip, Ciri, dan Cara Mengelola KBM, Cara Menyediakan Pengalaman Belajar, Cara Memilih Strategi pembelajaran 1. Apa Prinsip Dan Ciri Kegiatan Belajar Mengajar ( Kbm ) Dalam Ktsp? Prinsip Kegiatan Belajar Mengajar ( KBM ) Kegiata belajar mengajar ( KBM ) di rancang dengan mengikuti prisip khas yang edukatif, yaitu kegiatan yang berfokus pada kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atou pemahaman, dengan demikian, dalam KBM, guru memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritas atou haknya dalam membangun gagasan. Berikut di kemukakan lima prinsip kegiatan belajar mengajar yang bisa memperdayakan potensi siswa. a) Prinsip pertama; kegiatan yang berpusat pada siswa Pendidikan pada dasarnya adalah proses pengembangan potensi peserta didik. Oleh karena itu. Pembelajran hendaknya dirancang untuk mengembangkan potensi tersebut. Siswa terlahir dengan memiliki potensi rasa ingin tahu, imajinasinya, dan fitrah ber-tahun, rasa ingin tahu dan ijiminasi merupakan model dasar untuk bersikap peka, merupakan cikal bakal untuk bertakwa kepada tuhan, Mendorong siswa untuk mengungkapkan pengalaman, pikiran, perasaan, dan bereksprensi merupakan wujud upaya pengembangan potensi tersebut. b) Prinsip kedua; belajar melalui berbuat “Belajar yang sukses lahir dari mengerjakannya” KBM perlu menyediakan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari hari atou dunia kerja yang terkai dengan penerapan konsep, kaidah, dan prinsip ilmu yang di pelajari, oleh kerena itu, semua siswa di harapkan memperoleh pengalaman langsung melalui pengalaman indrawi yang memungkinkan memperoleh informasi dari melihat, mendengar, meraba mencicipi dan mencium,dalam hal topik.jika ini juga tidak mungkin, sebaiknya siswa dapat memper oleh pengalaman belajar melalui kegiatan mendengar adalah pilihan terakhir. c) Prinsip ketiga; mengembangkan kecerdasan intelektual emosional, spritual, dan emosional, dan sosial Pemahaman siswa tentang sesuatu, yang yang terbangun ketika terjadi peristiwa belajar, akan lebih baik apabila ia berinteraksi dengan teman temanya, interaksi dapat ditingkatkan dengan belajar kelompok, penyampaian gagasan oleh siswa dapat mempertajam, memperdalam, mementapkan, atou penyumpurnakan gagasan tersebut karena karena memperoleh tanggapan dari siswa lain atou guru, d) Prisinsip keempat; sepanjang hayat Siswa memerlukan kemampuan belajar sepanjang hayat untuk bisa bertahan berhasil menghadapi setiap masalah sambil menjalani proses kehidupan sehari hari oleh karena itu siswa untuk dapat melihat dirinya kekuranganya untuk kemudian dapat mensyukuri apa yang telah di anugrahi tuhan kepadanya. e) Prinsip kelima; belajar mandiri dan belajar berkerja sama KBM perlu memberikan kepada siswa untuk bisa terbiasa belajar mandiri melalui penyelesaian tugas individu, pembuatan karya individual yang memungkinkan mereka berkompetisi secara sportif untuk memperoleh penghargaan hakiki, pada saat bersama, KBM juga perlu menyediakan tugas tugas mendorong siswa untuk bekerja dalam kelompok sehingga memungkinkan tumbuhnya semangat berkerja sama yang mendorong tubuhnya soladaritas terhadap orang lain. Ciri Kegiatan Belajaran Mengajar (KBM) Sebelum menjawab apa ciri KBM, perlu pemahaman terlebih dahulu tentang makna belajar dan makna mengajar, melalui pemahaman tentang makna belajar dan mengajar inilah ciri KBM dideskripsikan. Makna Belajar dan Mengajar Makna hakikat belajar seringkali hanya diartikan sebagai penyusun informasi sumber imformasi ( guru dan buku pelajaran ). Akibatnya, guru masi memaknai kegiatan mengajar sebagai kegiatan memindahkan informasi dari guru atou buku kepada siswa, proses mengajar lebih bernuansa memberitahu dari pada membimbing siswa menjadi tahu sehingga sekolah lebih berfungsi sebagai pusat pengembangan potensi siswa. Pandangan belajaryang lebih bersifat menyerap imformasi berakibat, pada prilaku mengajar yang lebih bersifat menuangkan imformasi, hal ini pada akhirnya dapat membuat siswa memiliki sifat ketergantungan pada orang lain, pada pandangan Visme, belajar diartikan sebagai proses membangun makna pemahaman terhadap imformasi atou pengalaman,proses membangun makna tersebut dilakukan sendiri oleh siswa dan dimantapkan bersama orang lain,proses itu saring dengan persepsi. Ciri pertama; mengalami dan eksplorasi Mengalami dan mengekplorasi berarti melibatkan berbagai indra; lihat, cium, dengar, raba, dan rasa, hal ini akan dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang suatu konsep dan meningkatkan daya bertahan pemahaman tersebut ( imformasi ) dalam fikiran siswa, pepatah berikut mungkin masih berlaku sampai saat ini. saya dengar, saya lupa; saya lihat, saya ingat; saya kerjakan, saya mengerti. Hasil penelitian berikut yang diungkapkan pada pramid pengalaman belajar memperkuat pernyataan bahwa belajar dengan cara mengalami langsung akan meningkatkan kebertahanan imformasi dalam fikiran kita. Ciri kedua; interaksi Gagasan yang dibangun, sebagai hasil dari proses belajar, berkemungkinan masih belum sempurna bahkan salah, berinteraksi dengan temannya memungkinkan si pembelajar memperbaiki kesalahan tersebut atou memperkaya gagasan yang dibangunnya,di samping itu, interaksi dapat merupakan wahana pengembangan kemampuan sosial siswa seperti berkomonikasi, menyanggah pendapat, dan menyampaikan pendapat secara santun. Ciri ketiga; komonikasi Gagasan yang benar atou salah baru akan di ketahui guru apabila siswa diberi kesempatan untuk mengomunikasikan atou mengekspresikannya, guru perlu mengetahui gagasan yang ada di benak siswa agar ia dapat terangsang mengembangkannya apabila gagasan salah. Di samping itu hal pokok yang perlu disadari guru adalah ekspresi gagasan merupakan kebutuhan mendasar manusia, oleh karena itu, pemejangan hasil karya siswa, meminta pendapat siswa, atau tidak mempertawakan pendapat siswa sekalipun lucu/ sederhana, merupakan beberapa cara/ kondisi yang dapat menghidupkan kegiatan komonikasi. Ciri keempat; refleksi Siswa perlu dibiasakan untuk merenungkan kembali apa apa yang akan dipikirkan dan dilakukannya agar mereka terlatih menilai diri sendiri ( pikiran dan tindakan ) dan tidak tergantung pada orang lai, pertanyaan guru seperti” mengapa demikian?” “ apa hal itu berlaku untuk ....?” dapat menimbulkan kegiatan refleksi pada diri siswa; atou setelah mempelajari satu atau beberapa konsep, siswa dimata menjawab pertanyaan pertanyaan berikut dan menulisnya. a) Apa yang saya pelajari dari kegiatan ini? ( belajar apa dari kegiatan ini? b) Bagaimana pengetahuan/ kemampuan baru terkait dengan pengetahuan lama? c) Apa manfaat kemampuan baru untuk keperluan dikemudian hari? Jawaban terhadap pertanyaan tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh guru dalam membimbing siswa untuk belajar selanjutnya, penjawaban atas pertanyaan tersebut sekaligus menjadi ajang pelatihan bagi siswa dalam mengungkapkan pikiran dan perasaannya serta menilai diri sendiri. 2. Bagaimana Cara Mengelola Kbm? Pengelolaan KBM di kelas meliputi tempat belajar ruang kelas, pengelolaan bahan,pengelolaan bahan pembelajaran, pengelolaan kegiatan dan waktu, pengelolaan siswa, dan pengelolaan sumber belajar, oleh karena itu, untuk menjawab cara mengelola KBM diarahkan pada keenam jenis pengelolaan tersebut. a) Cara pengelolaan tempat belajar/ ruang kelas Tempat belajra seperti ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan olrh PAKEM ( pendekatan pembelajaran yang aktif, keratif,efektif dan menyenangkan ). Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas, selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan menjadi motivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa yang lain, benda yang dipajangkan yaitu berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya, ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata membahanas suatu masalah. b) Cara pengelolaan bahan pelajaran Dalam mengelola bahan pembelajaran, guru guru perlu merencanakan tugas dan alat belajar yang memantang, pemberian umpan balik, dan penyediaan program penilaian yang memungkinkan semua siswa mampuuntuk berkemampuan kinerja ( performance ) sebagai hasil belajar, inti dari penyediaan tugas menantang ini adalah penyediaan seperangkat pertanyaan yang mendorong siswa bernalar atou melakukan kegiatan ilmiah. Para ahli menyebutkan jenis menyebutkan ini sebagai pertanyaan produktif, oleh karena itu, dalam pengelolaan bahan pelajaran guru perlu memiliki kemampuan merancang pertanyaan produktup dan mampu menyajikan pertanyaan sehingga memungkinkan semua siswa terlibat, baik secara mental maupun secara fisik. c) Cara pengelolaan kegiatan dan waktu Proses belajar dan mengajar proses belajar biasanya di kelompokan kedalam tiga kegiatan belajar ; kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan awal biasanya diisi dengan mengemukakan hal hal yang menarik minit siswa untuk belajar, membahas ulang pengetahuan prasyarat, atou menyampaikan imformasi awal dan penjelasan tegas secaran klasikal, pengetahuan prasyarat yang dibahas hendaknya betul betul dekat dengan konsep baru yang akan di pelajari, tidak terlalu jauh sehingga Waktu yang mengunakan menjadi singkat, ketika akan menemukan rumus luas daerah persegi pajang misalnya. Mulailah dengan mengikatkan kembali tentang pengertian persegi pajang, tidak dimulai dengan berbagai jenis bangun datar, penyampaian imformasi awal dan tugas hendaknya, jika perlu secara berlahan, imformasi dan tugas yang tidak jelas hanya akan membuat guru sibuk menjelaskan ulang imformasi tugas tersebut kesetiap ( kelompok ) siswa, sementara siswa sudah mulai bekerja, akibatnya, siswa memperhatikan penjelasan ulangan tersebut. d) Cara pengelolaan siswa Dalam rangka pengembangan kemampuan individual dan sosial, pengaturan siswa dalam belajar hendaknya berganti ganti antara lain belajar secara perorangan, berpasangan, dan berkelompok, pengertian pengaturan ini disesuaikan dengan karakteristik bahan ajar yang dipelajari, pada dasarnya setiap individu siswa harus berkembang kemampuannya secara oftimal, oleh karena itu,ketika mereka belajar secara berpasangan terutama berkelompok, guru harus mendorong tiap siswa untuk beroeran serta dalam kelompok tersebut, meminta siswa yang tidak aktif untuk memberikan pendapat terhadap pendapat siswa lain atau pengelompokan hasil kerja kelompok, merupakan contoh cara mendorong tersebut. e) Cara pengelolaan sumber belajar Dalam mengelola sumber belajar sebaiknya guru mempertimbangkan sumber daya yang ada disekolah dan melibatkan orang_orang yang ada didalam sekolah tersebut, pemanfaatan sumber belajar dari lingkungan sekitar diperlukan dalam upaya menjadikan sekolah sebagai bagian integral dari masyarakatnya setempat, sekolah bukanlah tempat yang terpisah dari masyarakatnya, dengan cara ini berfungsi sekolah sebagai pusat oembaruaan dan pembangunan sosial budaya masyarakat akan dapat diwujudkan, selain itu, lingkungan sangat kaya dengan sumber – sumber, media, dan alat bantu pelajaran, linkungan fisik, sosial, atau budaya merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. f) Cara pengelolaan perilaku mengajar “jika perasaan tertekan, maka kerja otak tidak akan tidak optimal, otak dibajak secara emosional . Kalimat di atas memberi pesan bahwa emosi sangat mempengaruhi kerja kognisi ( Otak ), oleh karena itu, hal yang paling harus dijaga adalah perilaku kita sebagai guru untuk tidak mengganggu emosi atou perasaan siswa,hasil penelitian internasional mengungkapkan bahwa kebutuhan anak mencakup 5 hal; 1) Dipahami, 2) Dihargai 3) Dicintai 4) Merasa bernilai, dan 5) Merasa aman 3. Bagaimana Cara Menyediakan Pengalaman Belajar Bagi Siswa? Mengalami langsung apa yang sedang dipelajari akan mengaktifkan lebih banyak indara dari pada hanya mendengarkan orang lain garu menjelaskan, membangun pemahaman dari pengamatan langsung akan lebih mudah dari pada membangun pemahaman dari uraian lisan guru, apa lagi jika siswa masih berada pada tingkat berpikir kongkrit. Tiga jenis pengalaman belajar Ketika guru berceramah, apakah semua siswa dalam kelas memperoleh pengelaman belajar, secara umum, mungkin hanya sebagian siswa yang memperoleh pengalaman belajar, sebagai siswa yang lain tentu tidak memperoleh pengalaman belajar, supaya semua siswa mengalami peritiwa belajar, guru perlu menyediakan beragam pengalaman belajar. 1) Pengalaman mental Berapa bentuk pengalaman mental dapat diperoleh antara lain melalui membaca buku, mendengarkan ceramah, mendengarkan berita radio, melakukan perenungan, menonton televisi atou filem. Pada pengalaman belajar melalui pengalaman mental, biasanya siswa hanya memperoleh imformasi melalui indra dengar dan liat. 2) Pengalaman fisikr, Pengalaman belajar jenis meliputi kegiatan pengamatan, percobaan, penelitiaan, kunjungan, karya wisata, pembuatan buku harian, dan beberapa bentuk kegiatan praktis lainya. 3) Pengalaman sosial Beberapa bentuk pengalaman sosial yang dapat dilakukan antara lain; melakukan wawancara dengan tokoh , bermain peran, berdiskusi, bekerja bakti, melakukan bazar pemeran, jual beli, pengumpulan dana untuk bencana alam. Tiga jenis situasi pengalaman belajar Dari sudut pandang kekonkretan (nonverbal ) dan keabstrakan ( verbal ), situasi pengalaman belajar dapat diklasifikasikan menjadi nyata situasi buatan, situasi lihat dengar,visualisasi verbal, dan audio verbal. a) Situasi nyata Apabila guru ingin meningkatkan pemahaman siswa tentang liku_ liku sidang tahunan MPR, khususnya tentang cara MPR membuat keputusan atou cara MPR menilai pidato pertanggung jawaban persiden maka siswa perlu diwa kegedung MPR untuk mengamati secara langsung sidang MPR, b) Situasi buatan Guru tidak selalu mampu menyediakan situasi nyata, sekolah di luar jakarta dan yang jauh dari jakarta tentu akan sulit menghindari sidang tahunan MPR, demikian, peningkatan pemahaman siswa tentang cara MPR membuat keputusan. c) Audio visual Cara ini menyajikan contoh situasi nyata atou contoh situasi buatan dalam sajian pengalaman belajar kalau sajian tayangan mengandung unsur cerita yang berkaitan dengan pengalaman dan ijiminasi siswa. d) Visualisasi verban Cara ini berkaitan dengan membaca buku pelajaran, buku sumber, ensklopedia, lembar kegiatan / lembar kerja, cerita, gerafik, table, pada beberapa buku biasanya tidak hanya menyajikan uraian teks, tetapi juga dilengkapi dengan beragam ilustrasi ( gambar ). e) Audio verbal Guru terbiasa menggunakan audio_ berbal dalam bentuk ceramah, pada keadaan ini, siswa senan tiasa mendengarkan penjelasan guru. Kekurangan atau kelemahan cara ini adalah ada sebagian siswa tidak mudah untuk menyampaikan imformasi yang diceramahkan guru dengan pengetahuan awal siswa. 4. Bagaimana Cara Memilih Strategi Pembelajaran? Strategi pembelajaran meliputu aspek yang lebih luas dari pada pembelajaran, strategi pembelajaran merupakan cara pandang dan pola pikir guru dalam mengajar, dalam mengembangkan beberapa hal pembelajaran paling tidak guru perlu mempertimbangkan bagai mana mengaktifkan siswa. Bagai mana mengaktifkan siswa? Peserta didik adalah sosok anak yang merupakan milik sang pencipta dan milik dirinya sendiri, keberhasilannya akan sangat tergantung dari pemanfaatan potensi yang dia miliki, karenaya, keaktifan peserta didik dalam menjalankan KBM merupakan salah satu kunci keberhasilan pencapaiaan tujuan pendidikan, tumbuhnya motivasi belajar aktif pada dirinya peserta didik, antara lain sebagi berikut. a) Penampilan guru yang hangat dan menumbuhkan partisipasi positif Sikap guru hangat, bersemangat, penuh percaya diri dan antusias, serta dimulai pola pandang bahwa peserta didik adalah manusia_ manusia cerdas berpotensi, merupakan faktorpenting yang akan meningkatkan partisipasi aktif peserta didik, sebagai bentuk penampilan guru akan membias mewarnai sikap para peserta didiknya. b) Peserta didik mengetahui maksud dan tujuan pembelajaran Apa bila peserta didik telah mengetahui tujuan dari pembelajaran yang sedang mereka ikuti, mereka mereka akan terdorong untuk melaksanakan kegiatan tersebut secara aktif, oleh karena itu, pada setiap awal kegiatan guru berkewajiban memberi penjelasan kepada peserta didik tentang apa dan untuk apa materi pelajaran harus mereka pelajari serta apa keuntungan yang akan mereka peroleh. c) Tersedia pasilitas, sumber belajar, dan lingkungan yang mendukung Apabila dalam kegiatan pembelajara telah tersedia fasilitas dan sumber belajar yang “menarik” dan “cujup” untuk mendukungbkelancaran KBM, hal itu akan menumbuhkan semangat belajar peserta didik. d) Adanya prinsip pengakuan penuh atas pribadi setiap peserta didik Agar kesadaran akan potensi, eksistensi, percaya diri pada peserta didik dapat terus tumbuh, guru berkewajiban menjaga situasi interaksi agar dapat berlangsung dengan berdasarkan dapat prisip pengakuaan atas pribadi setiap individu. e) Adanya konsistensi dalam penerapan aturan atau perlakuan oleh guru di dalam KBM Perlu diingat bagwa apabila terjadi kesalahan hal perlakuan oleh guru dalam pengelolaan kelas pada waktu yang lalu, hal tersebut berpengaruh negatif terhadap terhadap kegiatan selanjutnya, penerapan pengaturan yang tidak konsisten, tidak adil, atau kesalahan perlakuan yang lain ini akan berpengaruh terhadap tingkat keaktifan belajar peserta didik. f) Adanya pemberian penguatan dalam KBM Pengaturan adalah pemberiaan respons interaksi belajar mengajar, baik berupa pujian maupun sanksi, pemberian penguatan ini di maksudkan untuk lebih meningkatkan keaktifan belajar ini mencegah berluangnya kesalahan dari peserta didik. g) Jenis kegiatan pembelajaran menarik, menyenangkan,dan menantang Agar peserta didik dapat tetap aktif dalam mengikuti kegiatan atau melaksanakan tugas pembelajaran, perlu di pilih jenis kegiatan atau tugas yang sifatnya menarik atau menyenagkan bagi peserta didik di samping juga bersipat menantang, pelaksanaan kegiatan hendaknya bervariasi. Bagaimana menggali imformasi dari media cetak? Jika siswa diminta untuk mengerti memahami dan bukan sekedar mengingat imformasi yang di temukannya didalam buku pelajaran, bahan rujukan, surat kabar dan sebagainya maka mereka harus aktif mengumpulkan dan mengkaji imformasi yang tersedia. Sebaiknya guru tidak mengajukan pertanyaan dengan menggunakan kata_kata dan ungkapan yang mudah di temukan dalam teks atou naskah. Dengan cara tersebut. Bagaimana membandingkan dan mensintesiskan imformasi Pemahaman imformasi yang dikumpulkan dari berbagai sumber belajar dapat ditingkatkan jika siswa_siswa bekerja dalam kelompok dan setiap anggota kelompok diberi sumber belajarar yang berbeda untuk menggunakandalam mencari jawaban pada pertanyaan yang sama. Dengan cara ini, mereka akan mampu memberi jawaban yang memuaskan dari hasil kajian bersama. Bagaimana mengamati ( mengawasi ) secara aktif? Sering para siswa tidak berfikir dan belajar aktif pada waktu menonton vidio. Berapa orang menunjukan sejumlah pertanyaan kepada mereka untuk dijawab pada waktu mereka menonton vidio, jawabannya ada dalam tayangan vidio pertanyan seperti itu mudah dijawab dan jarang menuntut keterlibatan aktif.untuk menjamin para siswa berfikir aktif sewaktu menonton vidio, mintalah mereka untuk melakukan hal hal berikit. a) Menuliskan pertanyaan yang mereka pikirkan pada menonton vidio, b) Menulis contoh- contoh katagori tertentu dari peristiwa benda- benda atau hewan hewan, dan sebagainya. Bagaimana melakukan kerja praktik? Kerja peraktek menjadi bagian penting dari pembelajaran beberapa mata pelajaran, khususnya mata pelajaran sains,. Namun, kerja praktek tradisional pola resep atau dengan selangkah bukanlah strategi belajar yang efektif. Ada beberapa cara yang menjamin bahwa siswa secara aktif dalam kerja praktek mereka dan bahwa belajar dari pengalaman , yaitu sebagai berikut: a) Satu strategi sederhana adalah memperajari para siswa perintah dalam satu susunan acak. Mereka diberi tahu apa yang mereka temuka kemudian mereka di minta untuk memisahkan pemerintah kedalam susunan yang dapat di kerjakan sebelum mereka memulai ekspirimen. b) Sebelum ekpirimen, siswa hendaklah dimana meramalkan hasilnya, pada saat hasil sudah diperoleh, mereka diminta untuk memutuskan apakah hasilnya sesuai dengan ramalan, siswa hendaklah menjelaskan mengapa mereka mengharapkan hasil tersebut. c) Mereka dapat di perajari sesuatu pelaratan tepat dan sutu pertanyaan untuk diselidiki, kemudian, mereka merancang prosedur eksierimen, kemudian mereka merancang prosedur eksperimennya sendiri mengumpulkan data selanjutnya menyusun suatu kesimpulan. d) Mereka dapat diberi pertanyaan penelitiaan ekspirimen terbuka, yakni di beri hanya rincian topik yang sedang di bicarakan dan mungkin beberapa gagasan tentang beberapa aspek topik akan mereka selidiki. Dalam kegiatan seperti itu, mereka perlu merumuskan hipotesis, merancang metode eksperimen, memilih peralatan yang tepat, mengumpulkan data mengatur data dan menyusun kesimpilan. E. Penilaian Kelas 1. Apa Itu Penilaian Kelas? Secara umum penilaiaan adalah proses sistematis pengumpulan imformasi,analisis, dan interpetasi imformasi untuk memberikan keputusan terhadap kadar hasil kerja, dengan demikian, penilaian kelas merupakan proses pengumpulan dan pengumpulan imformasi oleh guru untuk penilaian keputusan terhadap hasil belajar. Penilaian berbasis kelas berorientasi pada kompetesi yang ingin dicapai dalam kegiatan belajar ( KBM ) di kelas, ketercapaian ini bisa mengacu pada patokan tertentu dan ketuntasan belajar, yang dilakukan melalui berbagai cara, misalnya melalui portopolio. Produk proyek kerja, penilaiann kelas pada KTSP mempunyai kekhasan berbagai berikut. a) Dari klasifikasi siswa bergeser ke pengembangan kemampuaan siswa, b) Lebih cenderung; penelian acuan kreteria. c) Kompetensi dan indikator menjadi acuan. d) Menerapkan berbagai macam penilaian. Terkait dengan percapaian kompetensi dan pelaporan, penilaian kelas mempunyai fungsi ndan kegunaan sebagai berikut. a) Alat penilaian penilaian disusun dalam rangka menciptakan kesempatan bagi siswa untuk memperlihatkan kemampuanya. b) Laporan kemajuan belajar siswa merupakan sarana komonikasi dan sarana kerja sama antara sekolah dan orang tua, yang bermanfaat bagi kemajuan siswa maupun pengembangan sekolah. c) Pelaporan hendaknya memuat; a. Rincian hasil belajar berdasarkan kreteria yang telah di tentukan. b. Memberikan imformasi yang jelas. c. Menjamin orang tua untuk segera mengetahui masalah dan pengembangan anaknya. 2. Apa Saja Ciri Penilaian Kelas? Ciri penilaian kelas adalah sebagai berikut. a) Proses penilaian merupakan bagian integral dari proses pembelajaran b) Strategi yang digunakan mencerminkan kemampuan anak secara autentik. c) Penilaiannya menggunakan acuan patokan kateria, hal ini dilakukan karena untuk mengetahui ketercapaian kopetensi siswa. d) Manfaatkan jenis imformasi. e) Menggunakan sistem pencatatatan yang berperiasi. 3. Bagaimana Kriteria Penilaian Kelas? Penilaian kelas harus memperhatikan kriteria berikut. a) Validitas, hasil penilaian dapat ditafsirkan sebagai apa yang akan di nilai. b) Reabilitas , hasil penilaiannya ajek, dan menggambarkan kemampuan untuk yang sesungguhnya. c) Fokus kompetensi, penilaian dilakukan untuk pencapaian kompetensi yang sesuai dengan kurikulum, dengan kurikulum, dan materinya terkait langsung dengan indikator pencapaian kompetensi. d) Komperensif, imformasi yang diferoleh cukup untuk membuat keputusan. e) Objektif, penilaian dilakukan secara adil, terencana, dan dan berkesenambungan 4. Apa Saja Cara Harus Diperhatikan Dalam Melakukan Penilaian Kelas? Penilaian merupakan suatu proses, yang dilakukan melalui perencanaan pengumpulan imformasi tentang hasil belajar siswa, bisa dilakukan dengan cara- cara berikut. a) Lihatlah kompetensi yang ingin di capai pada kurikulum. b) Pilihlah alat penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai. c) Ketika penelitian berlangsung, pertimbangan kondisi anak. d) Penilaian bisa dilakukan secara terpadu, dengan KBM. 5. Apa Saja Bentuk Dan Teknik Yang Bisa Diterapkan Dalam Penilaian Kelas? Ada berbagai bentuk dan teknik bisa dilakukan dalam penilaian kelas, yaitu penilaian kerja, penilaian hasilkerja, penilaian kerja, penilaian tes tertulis, penilaiam fortofolio, penilaian sikap. Penilaian kinerja ( performance ) Penilaian kinerja adalah penilaian hasil pengamatan penilaian terhadap aktivitas siswa sebagaimana, yang terjadi, penilaian ini biasanya digunakan untuk menilaian kemampuan untuk menilai kemampuan siswa dalam berpidato pembacaan puisi, diskusi siswa dalam, menari, memaikan alat musik, aktivitas olah raga. Menggunakan peraratan laboratarium, mengoperasikan suatu alat. Langkah langkah yang dilakukan dalam penilaian kinerja adalah sebagai berikut a) Identifikasi semua aspek penting b) Tuliskan semua kemampuan yang diperlukan c) Usahakan kemampuan yang akan dinilai dapat teramati dan tidak terlalu banyak d) Urutan kemampuan yang akan dinilai berdasarkan urutan akan diamati Penilaian kinerja menggunakan dua kemungkinan instrumen yaitu. a) Dafter cek (ya –tidak) b) Skala rentang ( sangat kompeten- kompeten- agak kompeten – tidak kompeten ) Penilaian penugasan ( proyek/ projeck ) Penilaian penegasan atou proyek merupakan penilian untuk mendapatkan gambaran kemampuan menyururuh umum secara kontekstual, mengenai kemampuan siswa dalam penerapan konsep dan pemahaman mata pelajaran tertentu. Berikut contoh penilaian proyek a) Investigasi matematik b) Pengaruh olah raga c) Praktek insvitigasi fisika d) Air di rumah kita e) Perencanaan tataruang di sekolah Apa saja tipe penilaian proyek? Ada dua tipe penilaian proyek yaitu sebagai berikut a) Penilaian proyek yang menekankan pada proses, misalnya ;  Merencanakan dan mengorganisikan insivitigasi.  Bekerja dalam tim b) Penilaian dalam proyek yang menekankan pada produk, misalnya;  Mengedentifikasikan dan mengumpulkan imformasi yang relevan.  Menganalisis dan menginterprestasi data.  Mengomonikasi hasil. Penilaian hasil kerja ( produk/ produck ) Penilaian hasil kerja atou produk merupakan, penilaian kepada siswa dalam mengontrol proses dan memanfaatkan menggunakan bahan untuk menghasilkan sesuatu. Apa yang akan dinilai? Penilaian dalam produk akan menilai kemampuan siswa dalam; a) bereksprrisasi dalam mengembangkan gagagsan dalam mendeusain. b) Memilih bahan_ bahan yang tepat. c) Menggunakan alat. d) Menunjukan inovasi dan kreasi, dan e) Memilih bentuk dalam karya seni. Apa saja fase dalam menghasilkan produk? a) Persiapan; siswa dapat dinilai dalam kemampuannya membuat perencanaan . b) Produksi ; siswa dapat dinilai dalamkemampuanya memilihnya dan menggunakannya memilih dan menggunakan bahan alat, dan tekmik. c) Refleksi; siswa dapat dinilai dalam hal estetika, keseimbangan produk, fungsional, keorsinilan. Penilaian tes tertulis ( paper & pen ) Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis, tes tertulis merupakan tes di mana sosial dan jawaban yang di berikan yang diberikan peserta didik, dalam bentuk tulisan, dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu merespons dalam bentuk penulis jawaban. Bagaimana teknik penilaian tertulis? Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu sebagai berikut. a) Soal memilih dengan jawaban.  Pilihan ganda  Dua pilihan ( benar – salah,ya –tidak )  Menjodohkan b) Soal dengan mensuplai- jawaban.  Isian atau melengkapi  Jawaban yang singkat atau pendek  Soal uraian Penilaian portofolio Portopolio merupakan kumpulan karya ( hasil kerja ) seorang siswa dalam priode tertentu . kumpulan perkembangan kemampuan siswa. Penilaian melalui koleksi karya siswa ini dilakukan secara sistematis dengan ciri- ciri berikut. a) Pengumpulan data melalui karya siswa. b) Pengumpulan dan penilaian dilakukan secara terus menerus. c) Porofolio bisa mereflesikan perkembangan berbagai kompetensi. d) Simpel- simpel karya ditentukan bersama siswa e) Penyimpanan karya secara baik dan efisien f) Menentukann krateria penilaian bersama siswa g) Siswa mendapatkan kesempatan untur memperbaiki karya. Penilaian sikap Penilaian terhadap perilaku dan keyakinan siswa terhadap sesuatu objek, fenomena, atau masalah. Penilaian ini dapat dilakukan dengan cara, antara lain; a) Observasi perilaku, misalnya tentang kerja sama, inisiatif, perhatian. b) Pertanyaan langsung, misalnya tanggapan terhadap tata tertib sekolah yang baru. c) Laporan pribadi, misalnya menulis pandangan tentang “kerusuhan antaretnis”. Demikianlah berbagai bentuk dan teknik penilaian kelas yang bisa digunakan penerapan pembelajaran pada KTSP. Bentuk bentuk dan teknik mana yang dipilih sangat bergantung pada indikator kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran dan strategi pembelajaran yang di kembangkan, sebagai pengingat, pada lampiran 5 di cantumkan daftar contoh alat penilaian, daftar ini bisa dipakai sebagai pegangan guru ketika ingin menerapkan jenis penilaian tertentu dalam KBM. BAB II PENUTUP A. Kesimpulan Mengacu pada hasil hasil yang di capai analisis data penguasaan materi pembelajaran pokok bahasan oleh para guru guru dan para murid Tanggapan Penilaian Isi Buku Tanggapan Penilaian Buku Menurut saya peribadi buku ini begitu banyak kelebihannya, buku ini sangat menarik dan mudah dipahami. Penulis tidak menemukan kata-kata yang sulit untuk dipahami, karena penulis dalam buku ini telah menyusunna dengan bahasa yang mudah dipahami setiap kalangan agar memudahkan pembaca dalam menelaahnya.