Minggu, 18 Agustus 2013

SINTAKSIS BAHASA INDONESIA SANG PERBA


BAHASA INDONESIA “SINTAKSIS” Makalah ini di Kerjakan Untuk Memenuhi Salahsatu Tugas Dari Dosen Pembingbing : Ai Nuraeni, S.Pd, M.Pd Di Susun Oleh : 1. Rahmat Hidayat 2. Nur Rizal Gilang Perdana 3. Ayu Khoerunisa 4. Tin Tin Kusmiranti PROGRAM STUDI BAHASA INDONESIA UNIVERSITAS GARUT TAHUN 2012 – 2013 DAFTAR ISI Daftar isi …………………………………………………… 1 Bab I Pendahuluan .....…………………………………....... 2 A. Latar Belakang .…………………………………………. 2 B. Rumusan Masalah ……………………………………… 2 C. Tujuan Penul…………………………………………….. 2 Bab II Pembahasan ………………………………………… 3-4 A. Struktur kategori dan makna frase………………….. 4-5 B. Pengertian Sintaksis…………………………………… 5 C. Struktur Sintaksis …......…………………………... 6 Bab III Penutup ................................................................. 7 Kesimpulan ....................................................................... 7 Daftar Pustaka................................................................... 7 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mengapa suatu bahasa satuan sintaktis yang menjadi unsur kalimat? Masing-masing frase dan klause. Sesuai dengan fungsinya sebagai unsur dan satuan sintaktis, keduanya dibahas menurut pemakaiannya dalam kalimat. Pertanyaan ini muncul sebagai pemahaman tentang struktur frase dan klause yang dapat menunjang kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik. Materi kuliah ini akan bermanfaat bagi Anda untuk mempelajari mata kuliah membaca dan menulis. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian sintaksis? 2. Bagaimana mempelajari dan manfaat tentang sintaksis? 3. Bagaimana membedakan antara frase dan klause? C.Tujuan Penulis Dapat mengidentipikasi struktur klause yang tepat dalam kalimat tunggal. Setiap kegiatan pastilah ada tujuan tertentu yang ingin dicapai,demikian juga yang dilakukan penulis dalam perbuatan makalah ini.Adapun tujuan penulis membuat makalah ini adalah bertujuan untuk: 1. Dapat mengidintipikasi makna struktur flase bahasa indonesai 2. Menjelaksan tentang frase klause,kalimat 3. Dapat mengidentifikasi jenis flase bahasa indonesia menurut struktur fungsionalnya 4. Dapat mengidentipikasi jenis pelase indonesia menurut struktur menurut kategorinya 2 BAB.II PEMBAHASAN Pengertian flase adalah satuan sintaktik yang terdapat sebuah gatra kalimat. Menurut struktur fungsionalnya,flase dapat digolongkan atas flase endosentrik dan flase eksosentik. Flase eksosentik adalah flase yang mempunyai distribusi dan fungsi yang sama dengan salah satu atau semua unsur langsungnya.flase yang mempunyai distribusi dan fungsi yang sama dengan salah satu unsurnya termasuk flase bertingkatnya. Salah satu ungsur flase bertingkat berfungsi sebagai unsur yang diterangkan (D), dan unsur lainya berfungsi sebagai unsur yang menerangkan. Berdasarkan urutannya,struktur flase bertingkat ada yang berpola DM, dan ada pula yang berpola MD. Flase yang mempunyai distribusi dan fungsi yang sama dengan semua unsur langsungnya termasuk flase endosentrik yang setara. Dalam hal ini unsur-unsur langsung flase tersebut mempunyai tugas yang sama. Bahasa tentang strutur katagori dan makna flase dapat disederhanakan seperti berikut. Katagori frase ditentukan berdasarkan kata gori atau jenis kata yang memiliki distribusi yang sama dengan frase yang bersangkutan. Kategori frase (FB), misalnya, mempunyai disteribusi yan sama dengan kategori atau jenis kata benda (KB), kesamaan distribusi ini dijelaskan menurut kemungkinan gatra kmungkinan yang di tenpati frase atau kalimat tersebut 3 Sesuai dengan pola dasar kalimat, ada enam kategori frase yang digunakan utuk mengisi garta-gatra kalimat. Masing-masing adalah frase benda (FB), frase kerja (FK), frase sifat (FS), frase bilangan (FB1), frase keterangan (FKt), dan frase depan (FD). A. Struktur kategori dan makna frase Struktur kategori frase dijelaskan oleh hubungan di antara kategori unsur-unsurnya. Pola dasar struktur kategorinya ditentukan oleh kategori unsur-unsur langsung frase yang dimaksud.unsur langsung sebuah frase bisa berupa kata dan bisa pula berupa frase. Frase yang menjadi unsur sebuah frase yang melenkapinya merupakan frase bawahan. Untuk membedakan kedudukan kedua macam frase itu,digunakasan istilah “frase atasan” dan”frase bawahan”. Sehubungan dengan itu, dalam pola dasar struktur kategori frase,unsur langsung frase hanya disebutkan kategorinya, tanpa disebutkan satuan gramatisnya. Contoh:FB=b+b. Struktur makna sebuah frase menunjukan makna frase berdasarkan hubungan struktural di antara unsur langsung frase tersebut. Frase kepala desa dan kepala manusia mempunyai struktur pengsiunan yang sama (DM) dan struktur kategori yang sama pula (FB=b+b). Walaupun demikian,kedua frase itu dibedakan oleh makna strukturalnya. Mkna strukturalnya kepala desa menunjukan “pelaku” dengan “penderita”,sedangkan frase kapala manusia menunjukan hubungan “bagian” dengan keseluruhan “.frase sawah ladang dan makan minum, misalnya, merupakan frase setara. 4 Perbedaanya terletak pada struktur kategorinya. Frase makan minum berstruktur kategori FB=b+b, sedangkan frase makan minum berstruktur kategori FK=k+k. Makna struktural kedua frase itu menunjukan hubungan “penjumlahan” atu “pemilihan”, kejelasanmakna strutural frase tersebut dapat di tegaskan melalui pemakaian kata penghubungan “dan”, “atau”. Struktur kalimat sederhana ditentukan adanya gtra wajib dengan unsur-unsurnya yang wajib pula. Dalam pemakaian kalimat struktur kalimat sederhana dapat diperluas dengan dua macam cara: a. Memperluas unsur gatra dengan menambahkan unsur-unsur pilihan yang sesuaia dengan kategori dan makna strukturalnya. b. Memperluas struktur kalimat sederhana dengan gatra tambahan yang bersifat mana suka atau pakultatif Ketidak pahaman dalan mengguakan cara pertama menyebabkan timbulnya kalimat-kalimat yang kacau struturalnya. Kekacauan ini biasanya terjadi pada pemakaian kata “adalah” dan perluasan GB yang berpasangan dengan K transitif. Untuk mengatasi hal itu, diperlukan adanya pengetahuan tentang kesesuaian unsur fungsional dengan kategori dan makna strukturalnya. B. Pengertian Sintaksis Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti “dengan” dan kata tattein yang berarti “menempatkan”. Jadi, secara etimologi berarti: menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat 5 C. Struktur Sintaksis Secara umum struktur sintaksis terdiri dari susunan subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (K) yang berkenaan dengan fungsi sintaksis. Nomina, verba, ajektifa, dan numeralia berkenaan dengan kategori sintaksis. Sedangkan pelaku, penderita, dan penerima berkenaan dengan peran sintaksis. Eksistensi struktur sintaksis terkecil ditopang oleh urutan kata, bentuk kata, dan intonasi; bisa juga ditambah dengan konektor yang biasanya disebut konjungsi. Peran ketiga alat sintaksis itu tidak sama antara bahasa yang satu dengan yang lain. 6 BAB III PENUTUP Kesimpulan Memahami apa itu Sintaksis sangat penting, dan di dalam memahaminya terdapat metode yang menjelaskan tentang Sintaksis. Sintaksis Bahasa Indonesia terdapat struktur pengertian yang diantaranya : a. Frase Bahasa Indonesia dan struktur fungsi b. Struktur kategori dan makna frase c. Struktur (K) frase dalam kalimat tunggal. Mudah-mudahan makalah yang kami buat bayak manfaatnya bagi kita semua dan bisa mengamalkannya dalam hidup untuk menyempurnakan ibadah kita. (Amin).. DAFTAR PUSTAKA Arifin, Zaenal dan Junaiyah. 2008. Sintaksis. Jakarta: Grasindo Ramlan, M. 1985. Sintaksis. Yogyakarta: C.V. Karyono Tarigan, Henry Guntur. 1984. Pengajaran Sintaksis. Bandung: Angkasa

SUNAH SEBAGAI AGAMA ISLAM


METODOLOGI STUDI ISLAM “SUNAH SEBAGAI SUMBER AGAMA ISLAM” Makalah ini di Kerjakan Untuk Memenuhi Salahsatu Tugas Dari Dosen Pembingbing : Masripah, Dra, M.Si Di Susun Oleh : 1. Rahmat Hidayat 2. Muhamad Ridwan 3. Santi Nurnengsih 4. Sofa Sopiah 5. Siti Masturoh PROGRAM STUDI METODOLOGI STUDI ISLAM UNIVERSITAS GARUT TAHUN 2012 – 2013 DAFTAR ISI Daftar isi …………………………………………………… 1 Kata Pengantar ...................................................................... 2 BAB I Pendahuluan .....………………………………….................. 3 A. Latar Belakang .………………………………………….. 3 B. Rumusan Masalah ……………………………………….. 3 C. Tujuan Penulisan………………………………………...... 3 BAB II Sunah Sebagai Sumber Agama Islam ....................................... 4 A. Rasulullah Sebagai Sumber Sunnah ..................................... 4 B. Kedudukan dan Fungsi Sunnah……………………………... 5 1. Kedudukan Hadis / Sunah …......……………………… 5-9 2. Fungsi Hadis / Sunah Terhadap Al-Qur’an .......................... 9-13 C. Kodifikasi Pendekatan Memahami Sunah .................................. 13 Bab III Kesimpulan ................................................................. 14 Daftar Pustaka................................................................... 15 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Sunah Sebagai Sumber Agama Islam”. Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Studi Islam. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Garut, Oktober 2012 Penyusun 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman Nabi umat Islam sepakat bahwa Sunah merupakan salahsatu sumber ajaran Islam di samping Al-Qur’an. Belum atau tidak ada bukti sejarah yang menjelaskan bahwa Sumber Ajaran Islam. Bahkan pada masa Al-Khurafa’al Rasyidin dan Bani Umayah belum terlihat secara jelas sekelompok kecil uamat Islam yang menolak sunah sebagai salahsatu Sumber Ajaran Islam. Mereka itu kemudian dikenal sebagai orang – orang yang berpaham ingkar Sunah. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang merupakan sumber sunah? 2. bagaimana fungsi dan kedudukan sunnah? C. Tujuan Adapun tujuan penyusunan makalah ini agar penyusun dapat: 1. Mengerti arti atau pengertian dari pada sunnah 2. Mengerti kedudukan Hadits atau Sunnah 3. Memahami fungsi dan kedudukan sunah 3 BAB II SUNNAH SEBAGAI SUMBER AGAMA ISLAM A. RASULULLAH SEBAGAI SUMBER SUNNAH Sunnah menurut bahasa artinya adalah metode dan jalan, baik terpuji atau tercela. Assunnah menurut para Fuqaha’ adalah suatu perintah yang berasal dari Nabi SAW namun tidak bersifat wajib dia adalah salah satu dari hukum talkifi yang lima, wajib, sunnah, haram, makruh,d an mubah. Asunnah menurut ulama ushul fiqih adalah apa yang bersumber dari nabi SAW selain Al-Qur’an, baik berupa perkataan, perbuatan, atau pengakuan beliau. Sedangkan pengertian assunnah menurut ulama hadits adalah apa yang disandarkan kepada Nabi SAW baik berupa perkataan, perbuatan, sifat, atau sirah beliau. Pendapat lain dari para ahli ushul mengatakan bahwa sunnah adalah segala sesuatu yang bersumber dari nabi SAW, baik ucapan, perbuatan maupun ketetapan yang berhubungan dengan hukum atau ketentuan-ketentuan Allah yang disyari’atkan kepada manusia. Berdasarkan definisi tentang assunah yang telah disajikan, para ahli hadits menyamakan antara sunnah dengan hadits. Para ahli hadits membawa makna sunnah ini kepada seluruh kebiasaan nabi SAW baik yang melahirkan hukum syara’ ataupun tidak. Para ulama Ushuliyyin jika antara sunnah dan hadits dibedakan, maka bagi mereka hadits adalaha sebatas sunnah qouliyyah-nya nabi saja. Ini berarti sunnah cakupannya lebih luas dari hadits sebab sunnah mencakup perkataan, perbuatan, dan penetapan (taqrir) rasul yang bisa dijadikan dalil hukum syar’i. Para ahli Ushuliyyin mendefinisikan hadits seperti yang telah disajikan oleh para ahli hadits, yaitu mereka memandang Rasulullah sebagai uswatun hasannah (contoh atau teladan yang baik). Oleh karenanya, mereka menerima secara utuh segala yang dibeikan tentang diri Rasulullah SAW apakah yang diberitakan itu berhubungan dengan hukum syara’ atau tidak. Berdasarkan pengertian dan pendapat di atas jelaslah bahwa sunah adalah segala sesuatu yang bersumber dari rasulullah, baik itu perkataannya, pebuatannya, ataupun pengakuannya termasuk semua kebiasaan nabi yang menghasilkan hukum syara’ ataupun tidak. Dari ketiga definisi di atas kita dapat menjawab bahwa benar apabila rasulullah adalah sebagai sumber sunnah. Dengan kata lain ini dikarenakan sunnah adalah apa-apa yang dikatakan rasul, diperbuat rasul dan disepakati atau diakui rasul. Sehingga benar jika rasul adalah sebagai sumber sunnah. 4 B. KEDUDUKAN DAN FUNGSI SUNNAH 1. Kedudukan Hadits/ Sunnah Seluruh umat islam telah sepakat bahwa sunnah/ hadits merupakan salah satu sumber ajaran islam. Ia menempati kedudukannya setelah Al-Qur’an. Keharusan mengikuti sunnah atau hadits bagi umat islam baik yang berupa perintah atau larangan sama halnya dengan kewajiban mengikuti Al-Qur’an. Hal ini dikarenakan sunnah/ hadits adalah Mubayyin terhadap Al-Qur’an, oleh karena itu siapapun tidak akan bisa memahami Al-Qur’an tanpa dengan memahami dan menguasai hadits/ sunnah. Begitu pula dalam memahami atau menggunakan hadits tanpa Al-Qur’an. Karena Ak-Qur’an merupakan dasar hukum pertama yang di dalamnya berisi garis besar syari’at. Dengan demikian antara Al-Qur’an dan Hadits memiliki kaitan yang sangat erat, yang untuk memahami dan mengamalkannya tidak bisa dipisah-pisahkan atau berjalan sendiri-sendiri. a. Dalil Al-Qur’an Banyak ayat Al-qur’an yang menerangkan tentang kewajiban untuk tetap teguh beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Iman kepada Rasulullah sebagai utusan Allah SWT merupakan satu keharusan dan sekaligus kebutuhan setiap individu. Dengan demikian Allah akan memperkokoh dan memperbaiki keadaan mereka. Dalam surat Ali Imran ayat 17 diterangkan : “(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur” (QS. Ali Imran : 17). Dalam ayat lain diterangkan pula : “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun” (Qs. An-nisa: 136). Selain Allah memerintahkan umat islam agar percaya kepada Rasul SAW, juga menyerukan agar mentaati segala bentuk perundang-undangan dan peraturan yang dibawanya, baik berupa perintah maupun larangan. Tuntutan taat dan patuh kepada Rasul SAW ini sama halnya tuntutan taat dan patuh kepada Allah SWT. Seperti dijelaskan dalam surat Ali Imron Ayat 32, yaitu : “Katakanlah: “Ta’atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir” (QS. Ali Imron : 32). 5 Dalam surat An-Nisa ayat 59 Allah juga berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” (QS. An-Nisa : 59). Dalam surat Al-Hasyr ayat 7 Allah juga berfirman : “..Apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya” (QS. Al-Hasyr : 7). Masih banyak ayat lain yang menjelaskan tentang perintah untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya, seperti surat Al-Maidah ayat 92 dan An-Nur ayat 54. Dari beberapa ayat di atas dapat disimpulkan dan ditarik suatu pemahaman bahwa ketaatan kepada Rasulullah adalah mutlak sebagaimana ketaatan kepada Allah SWT. Begitupula dengan ancaman dan peringatan bagi yang durhaka. Ancaman Allah sering disejajarkan dengan ancaman karena durhakan kepada Rasul-Nya. Disamping ayat-ayat yang menjelaskan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Ada beberapa ayat dalam Al-Qur’an yang menjelaskan untuk mentaati Rasul secara Khusus dan terpisah, karena pada dasarnya ketaatan kepada Rasul berarti adalah ketaatan kepada Allah. Seperti yang disebutkan dalam surat An-Nisa ayat 80, bahwa manifestasi dari ketaatan kepada Allah adalah dengan mentaati Rasul-Nya. “Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah mentaati Allah. dan Barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), Maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka” (QS. An-Nisa’ : 80). Dalam surat Ali Imrin ayat 31 juga ditegaskan bahwa konsekuensi logis dari kecintaan manusia kepada Allah adalah dengan mentaati rasul-Nya. “Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Ali Imron : 31). Ungkapan-ungkapan pada beberapa ayat di atas menunjukkan betapa pentingnya kedudukan hadits sebagai sumber ajaran Islam yang dimanifestasikan dalam bentuk aqwal, afal, dan taqarir Rasul SAW. 6 b. Dalil Hadits Rasul SAW Kedudukan hadits/ sunnah sebagai sumber ajaran agama islam, selain dapat dilihat dan dikaji berdasarkan beberapa ayat Al-Qur’an, juga dapat dilihat dan dikaji dengan hadits atau sunnah Rasulullah SAW itu sendiri. Banyak hadits yang menggambarkan hal ini dan menunjukkan perlunya ketaatan pada perintahnya (Rasul). Dalam satu pesan Rasul berkenaan dengan keharusan menjadikan hadits atau sunnah rasul sebagai pedoman hidup di samping Qur’an. Rasulullah bersabda sebagai berikut (yang artinya) : “Aku tinggalkan dua pusaka kepada kalian. Jika kalian berpegang teguh kepada keduanya, ciscaya tidak akan tersesat, yaitu kitab Allah (Al-Qur’an) dan sunnah Rasul-Nya”. (HR. Al-Hakim dan Abu Hurairah). Dalam hadits lain disebutkan bahwa (yang artinya) : “Kalian wajib berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah khulafa ar-rasyidin yang mendapat petunjuk berpegang teguh lah kamu sekalian dengannya”. (H.R. Abu Daud). Dalam salah satu taqrirnya rasul juga memberikan petunujuk kepada umat islam, bahwa dalam menghadapi berbagai persoalan hukum dan kemasyarakatan, kedua sumber ajaran yakni Al-Qur’an dan Hadits/ Sunah Rasul merupakan sumber asasi. Ini terlihat dalam dialog yang terjadi pada Rasul dan Muadz bin Jabal menjelang keberangkatannya ke Yaman. Rasul dalam hal ini bertanya kepada Muadz dan membenarkan semua jawabannya. Dari beberapa pernyataan di atas juga dapat ditarik pemahaman bahwa Hadits/ sunnah tetap memiliki peranan yang penting sebagai sumber hukum agama islam setelah Al-Qur’an yang ditinjau berdasarkan sunnah/ hadits Rasul itu sendiri. c. Kesepakatan Ulama (Ijma’) Umat islam dan para ulama telah sepakat bahwa hadits/ sunnah adalah sebagai salah satu dasar hukum dalam beramal. Penerimaan mereka terhadap hadits/ sunnah sama seperti penerimaan mereka terhadap Al-Qur’an sebagai sumber dalam beramal. Namun ada beberapa kalangan dari umat islam yang menentang bahwasannya hadits/ sunnah adalah sebagai salah satu sumber dalam beramal. Kalangan tersebut adalah orang-orang yang menyimpang dan para pembuat kobohongan. Kesepakatan umat islam dalam mempercayai, menerima, dan mengamalkan segala ketentuan yang terkandung di dalam hadits berlaku sepanjang zaman, sejak Rasulullah masih hidup dan sepeninggalnya, masa Khulafa Ar-Rasyidin, tabi’in, tabi’ut tabi’in, atba’u tabi’in, serta masa-masa selanjutnya, dan tidak ada yang mengingkarinya sampai sekarang. Kebanyakan dari mereka tidak hanya mengamalkan isi kandungan hadits/ sunnah, tetapi mereka juga menghafalnya, mentadwin, dan menyebarluaskan dengan segala upaya kepada generasi-genarasi selanjutnya. Dengan ini diharapkan bahwa tidak akan ada satu hadits pun yang tercecer dari pemeliharaannya, begitupula tidak akan ada satu hadits palsu pun yang mengotorinya. 7 Banyak kisah diantara para sahabat yang menunjukkan adanya kesepakatan menggunakan hadits/ sennah rasul sebagai sumber hukum islam, antara lain dikisahkan pada kisah di bawah ini. Pertama, ketika Abu Bakar dibaiat menjadi khalifah, ia pernah berkata “Saya tidak meninggalkan sedikitpun sesuatu yang diamalkan atau dilaksanakan oleh Rasulullah, sesungguhnya saya takut tersesat bila meninggalkan perintahnya”. Kedua, pernah dinyatakan kepada Abdullah bin Umar tentang ketentuan sholat safar dalam Al-Qur’an. Ibnu Umar menjawab “Allah SWT telah mengutus Nabi Muhammad SAW kepada kita dan kita tidak mengetahui sesuatu. Maka sesungguhnya kami berbuat sebagaimana Rasulullah SAW berbuat”. Sikap para sahabat tersebut, seutuhnya diwarisi oleh generasi selanjutnya secara berkesinambungan. Segala apa yang diterima dan diperoleh dari generasi sebelum-Nya, kemudia diwariskan seutuhnya kepada generasi berikutnya baik semangat, sikap, maupun aktifitas mereka terhadap hadits/ sunnah Rasul SAW. Dibawah ini adalah kisah para tabi’in dan tabi’ut tabi’in dalam menyampaikan pesan dan saran-sarannya kepada umat dan murid yang dibinannya. Pertama, Al-A ‘masy berkata “Kalian harus mengikuti as-sunnah dan mengajarkannya kepada anak-anak. Hal ini karena, pada saatnya nanti merekalah yang akan memelihara agama untuk kepentingan manusia”. Kedua, Abu Hanifah berkata “Jauhilah pendapat ra’yu tentang agama Allah SWT!, kalian harus berpegang kepada as-sunnah. Barangsiapa yang menyimpang daripadanya, niscaya dia akan sesat”. Kisah diatas merupakan kisah yang menunjukkan sikap dan pandangan para ulama tentang hadits/ sunnah, yang menggambarkan betapa perhatian dan pandangan mereka yang sangat tinggi terhadap hadits/ sunnah sebagai sumber ajaran agama islam. d. Sesuai dengan Petunjuk Akal Kerasulan Nabi Muhammad yang telah diakui dan dibenarkan oleh umat islam menunjukkan bahwa Nabi Muhammad membawa misi untuk menegakkan amanat dari Dzat yang mengangkat kerasulan itu, yaitu Allah SWT. Dari aspek akidah Allah SWT bahkan menjadikan kerasulan ini sebagai salah satu dari prinsip keimanan. Dengan demikian, manifertasi (konsekuensi logis) dari pengakuan dan keimanan itu mengharuskan semua umtanya mentaati dan mengamalkan segala peraturan dan perundang-undangan serta inisiatif beliau, baik yang beliau ciptakan atas bimbingan wahyu maupun hasil ijtihadnya sendiri. Di dalam mengemban misinya itu, terkadang beliau hanya sekedar menyampaikan apa yang diterima dari Allah SWT, baik isi maupun formulasinya dan terkadang pula atas inisiatif sendiri dengan bimbingan ilham dari tuhan. Namun juga tidak jarang beliau membawakan hasl\il ijtihad semata-mata mengenai suatu masalah yang tidak ditunjuk oleh wahyu dan juga tidak dibimbing oleh ilham. Kesemuanya itu merupakan hadits/ sunnah Rasul yang terpelihara dan tetap berlaku sampai ada nas yang menasakhnya. 8 Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa hadits merupakan salah satu sumber hukum dan sumber ajaran Islam yang menduduki urutan kedua setelah Al-Qur’an. Sedangkan bila dilihat dari kehujjahannya hadits melahirkan hukum dzanni kecuali hadits yang mutawatir. 2. Fungsi Hadits/ Sunnah Terhadap Al-Qur’an Berdasarkan kedudukannya, Al-Qur’an dan Hadits sebagai pedoman hidup dan sumber ajaran islam, antara satu dengan yang lainnya jelas tidak dapat dipisahkan. Al-Qur’an sebagai sumber pertama memuat ajaran-ajaran yang bersifat umum dan global yang perlu dijelaskan lebih lanjut dan terperinci. Di sinilah Hadits menempati kedudukan dan fungsinya sebagai sumber ajaran kedua. Al-Hadits/ Sunnah menjadi penjelas (Mubayyin) is kandungan Al-Qur’an. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat An-Nahl ayat 44, yang berbunyi : “Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia”. (QS. An-Nahal : 44). Ada bermacam-macam fungsi Hadits/ sunnah terhadap Al-Qur’an. Malik bin Anas menyebutkan bahwa fungsinya ada lima yaitu, bayan at-taqrir, bayan at-tafsir, bayan at-tafshil, bayan al-basth, bayan at-tasyri. Kemudian Imam Syafi’i menyebutkan bahwa fungsi Hadits/ Sunnah terhadap Al-Qur’an ada lima macam pula, yaitu bayan at-tafshil, bayan at-takhshish, bayan at-ta’yin, bayan at-tasyri’, dan bayan an-nasakh. Sementara Imam Al-Hambal menyebutkan empat fungsi, yaitu bayan at-ta’kid, bayan at-tafsir, bayan at-tasyri’, dan bayan at-takhshish. a. Bayan At-Taqrir Bayan at-taqrir disebut juga bayan at-ta’kid dan bayan al-itsbat. Yang dimaksud dengan bayan ini adalah menetapkan dan memperkuat apa yang diterangkan di dalam Al-Qur’an. Fungsi hadits dalam hal ini hanya memperkokoh isi kandungan Al-Qur’an. Contoh dari fungsi hadits ini dapat dilihat dalam surat Al-Maidah ayat 6, yaitu : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki,..”. (QS. Al-Maidah : 6). Ayat di atas ditaqrir oleh hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhori dan Abu Huarairah, yang berbunyi (yang artinya) : “Rasul SAW bersabda : Tidak diterima shalat seseorang yang berhadas sebelum ia berwudhu”. Menurut sebagian ulama, bahwa bayan taqrir atau bayan ta’kid ini disebut juga bayan al-muwafiq li naskh al-kitab al-karim. Hal ini karena munculnya hadits-hadits itu sesuai dengan untuk memperkokoh nash Al-Qur’an. 9 b. Bayan At-Tafsir Yang dimaksud dengan bayan at-tafsir adalah penjelasan hadits terhadap ayat-ayat yang memerlukan perincian atau penjelasan. Lebih lanjut adalah pada ayat-ayat yang mujmal, muthlaq, dan ‘am. Maka fungsi hadits pada hal ini adalah untuk memberikan perincian (tafshil) dan penafsiran terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang masih mujmal, memberikan taqyid ayat-ayat yang masih muthlaq, dan memberikan takhshihs ayat-ayat yang masih umum. 1. Merinci ayat-ayat yang mujmal Yang mujmal artinya yang ringkas atau singkat. Dari ungkapan yang singkat ini terkandung banyak makna yang perlu dijelaskan. Ini dikarenakan bahwa dalam ungkapan yang ringkas ini masih belum jelas makna yang dimaksudkannya, kecuali setelah adanya penjelasan atau rincian. Dengan kata lain ungkapannya masih bersifat global yang memerlukan mubayyin. Dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang masih bersifat mujmal, antara lain adalah ayat-ayat yang menjelaskan firman Allah SWT untuk menjalankan shalat, puasa, zakat, jual beli, nikah, qishas, dan lain-lain. Ayat-ayat yang menjelaskan hal tersebut umumnya masih bersifat global atau dijelaskan hanya secara garis besarnya saja. Atau walaupun diantaranya sudah ada perincian namun masih memerlukan perincian lanjut yang lebih pasti. Hal ini disebabkan karena dalam masalah-masalah tersebut tidak dijelaskan misalnya, bagaimana cara mengerjakannya, apa sebabnya, apa syarat-syaratnya, atau apa halangan-halangannya dan sebagainya. Maka Rasulullah SAW dalam hal ini menafsirkan dan menjelaskannya secara terperinci. Misal nya dalam hal sholat Rasul memberikan penjelasan dalam hadits-nya, “sholatlah sebagaimana kalian melihatku sholat” Dari perintah mengikuti shalatnya dari hadits tersebut, Rasulullah kemudian memberinya contoh shalat yang dimaksud secara sempurna. Bahkan bukan hanya itu beliau juga melengkapinya dengan berbagai kegiatan lainnya yang dilakukan sejak sebelum shalat sampai dengan sesudahnya. Dengan demikian, maka hadits di atas menjelaskan bagaimana seharusnya shalat dilakukan, sebagai perincian dari perintah Allah SWT dalam surat Al – baqoroh ayat 43 yang berbunyi : “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’” (QS. Al-Baqarah : 43). Masih berkaitan dengan ayat tersebut, Rasul juga memberikan penjelasan tentang zakat secara lengkap, baik yang berkaitan dengan jenis dan ukurannya, sehingga menjadi suatu pembahasan yang memiliki kajian yang cukup luan. 10 1. Men-Taqyid Ayat-ayat yang Muthlaq Kata muthlaq artinya kata yang menunjuk pada hakikat kata itu sendiri apa adanya, dengan tanpa memandang jumlah maupun sifatnya. Men-taqyid yang muthlaq artinya membatasi ayat-ayat yang mutlaq dengan sifat, keadaan, atau syarat-syarat tertentu. Ini dapat dilihat pada surat Al-Maidah ayat 38 yang berbunyi : “laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah..” (QS. Al-Maidah : 38). Ayat tersebut di-taqyid¬-kan dengan sabda Rasulullah (yang artinya) : “Tangan pencuri tidak boleh dipotong melainkan pada (pencurian) seperempat dinar atau lebih”. (H.R. Mutafaq ‘alaih, hadits ini menurut lafazh muslim). 1. Men-Takhshish Ayat yang ‘Am Kata ‘am, ialah kata yang menunjuk atau memiliki makna dalam jumlah yang banyak. Sedangkan kata takhshish atau khash ialah kata yang menunjukkan arti khusus, tertentu tau tunggal. Yang dimaksud dengan men-takhshish yang ‘am adalah membatasi keumuman ayat Al-Qur’an sehingga tidak berlaku pada bagian-bagian tertentu. Contoh pada hal ini terdapat dalam suran An-Nisa ayat 11 yang berbunyi : “Allah mensyari’atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan” (QS. An-Nisa : 11). Ayat ini di-takhshish-kan oleh sabda Rasulullah SAW (yang artinya) : “Pembunuh tidak berhak menerima harta warisan”. (H.R. Ahmad). c. Bayan At-Tasyri At-tasyri artinya pembuatan, mewujudkan, atau menetapkan atauran atau hukum. Maka yang dimaksud dengan bayan at-tasyri adalah penjelasan hadits yang berupa mewujudkan, mengadakan, atau menetapkan suatu hukum atau aturan-aturan syara’ yang tidak didapati nashnya dalam Al-Qur’an. Rasul SAW dalam hal ini berusaha mewujudkan suatu kepastian hukum terhadap beberapa persoalan yang muncul pada saat itu, dengan sabdanya sendiri. 11 Contoh dari hadits/ sunnah Rasul yang termasuk kedalam kelompok ini diantaranya adalah hadits tentang penetapan haramnya mengumpulkan dua wanita bersaudara (antara isteri dengan bibinya), hukum merajam pezina yang masih perawan, hukum membasuh atas sepatu di saat berwudhu, hukum tentang ukuran zakat fitrah, dan hukum tentang hak waris bagi seorang anak. Bayan ini oleh sebagian para ulama juga disebut dengan bayan za’id ‘ala al-kitab al-karim (tambahan-tambahan terhadap nash Al-Qur’an). disebut sebagai tambahan karena sebenarnya di dalam Al-Qur’an ketentuan-ketuan pokok akan suatu hukum sebenarnya sudah ada, sehingga datangnya hadits tersebut hanyalah berupa tambahan terhadap pokok-pokok tersebut. d. Bayan Nasakh An-nasakh secara bahasa memiliki beberapa arti, yakni dapat berarti sebagai al-ibthal (membatalkan), al-Ifalah (menghilangkan), ¬at-tahwil (memindahkan), atau ai-tagyir (mengubah). Diantara para ulama terjadi perbedaan dalam mendifinisikan bayan an-nasakh. Perbedaan ini terjadi karena perbedaan mereka dalam memahami arti nasakh dari sudut kebahasaan. Menurut ulama muttaqoddimin bahwa yang dimaksud dengan ¬bayan an-nasakh adalah adanya dalil syara’ yang datangnya hukum. Dari perngertian di atas, bahwa ketentuan yang datang kemudian dapat menghapus ketentuan yang datang terdahulu. Hadits sebagai ketentuan yang datang kemudian dari pada Al-Qur’an dalam hal ini dapat menghapus ketentuan dan isi kandungan Al-Qur’an. Diantara para ulama ada yang membolehkan adanya nasakh Hadits terhadap Al-Qur’an juga berbeda pendapat dalam jenis hadits yang digunakan untuk men-nasakh-nya. Dalam perbedaan ini, mereka terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu : 1. membolehkan men-nasakh Al-Qur’an dengan hadits ahad. Pendapat ini diantaranya dikemukakan oleh para ulama muttaqadimin dan Ibn Hazm serta sebagian pengikut Zhahiriyah; 2. membolehkan men-nasakh dengan syarat, bahwa hadits tersebut adalah hadits muttawatir. Pendapat ini diantaranya dipegang oleh Mu’tazailah; 3. ulama membolehkan men-¬nasakh dengan hadits masyhur, tanpa harus dengan hadits muttawatir. Pendapat ini dipegang oleh ulama hanafiah. Contoh hadits ini adalah hadits Rasulullah SAW dari Abu Ummamah al bahili, yang artinya : “Sesungguhnya Allah telah memberikan kepada tiap-tiap orang haknya (masing-masing). Maka, tidak ada wasiat bagi ahli waris”. (H.R. Ahmad dan Al-Arba’ah, kecuali An-Nasa’i. Hadits ini dinilai hasan oleh Ahmad dan At-Turmudzi). 12 Hadits ini menurut mereka men-nasakh isi Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 180 tentang wasiat, yang berbunyi : “Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, Berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma’ruf[..” (QS. Al-Baqarah : 180) Kewajiban melakukan wasiat kepada kaum kerabat dekat berdasarkan surat Al-Baqarah ayat 180 di atas, di-nasakh hukumnya oleh hadits yang menjelaskan, bahwa ahli waris tidak boleh dilakukan wasiat. C. KODIFIKASI PENDEKATAN MEMAHAMI SUNNAH Kodifikasi atau tadwin artinya ialah pencatatan, penulisan atau pembukuan hadits. Secara individual perncatatan hadits telah dilakukan sejak masa Rasulullah SAW. Namum dalam pembahasan kali ini, yang dimaksud dengan kodifikasi adalah penulisan secara resmi berdasarkan perintah khalifah, dengan melibatkan beberapa anggota yang ahli dalam bidang ini. Bukan yang dilakukan secara perorangan atau untuk kepentingan pribadi. Kegiatan ini dimulai pada masa pemerintahan islam ketika dipimpin oleh Khalifah Umar bin Abdul Azis (Khalifah ke-8 dari kekhalifahan bani Umayyah). Melalui instruksinya kepada Abu Bakr bin Muhammad bin Amr bin Hazn (Gubernur Madinah) dan para ulama madinah agar memperhatikan dan mengumpulkan Hadits dari para penghafalnya. Khalifah mengisnstruksikan kepada Abu Bakar Ibn Muhammad bin Hazm (177 H) agar mengumpulkan hadits-hadits yang ada pada Amrah binti Abdurrahman al-Asy’ari (98 H, murid kepercayaan Siti ‘Aisyah) dan al-Qosim bin Muhammad bin Abi Bakr (107 H). Instruksi yang sama ditunjukkan kepada Muhammad bin Syihab Az-Zuhri (124 H) yang dinilainya orang yang lebih banyak mengetahui hadits dibandingkan orang yang lainnya. Peranan para ulama dalam mengumpulkan hadits sangat mendapatkan penghargaan dari seluruh umat islam khususnya Az-Zuhri. Mengingat pentingnya perenannya, ulama di masanya memberikan komentar bahwa jika tidak ada dia, diantara hadits-hadits pasti sudah banyak yang hilang. Namun sayangnnya karya kedua tabi’in ini lenyap tidak sempat diwariskan kepada generasi sekarang. 13 BAB III KESIMPULAN Latar Belakang Pemikiran Munculnya Usaha Kodifikasi Hadits/ Sunnah Ada tiga hal pokok yang mendasari Khalifah Umar bin Abdul Azis mengambil kebijakan ini, yaitu : 1. ia khawatir hilangnya hadits-hadits dengan meninggalnya para ulama di medan perang, hal ini merupakan faktor yang paling utama mengingat bahwa ulama pada saat itu bukan hanya sebagi pengajar ilmu agama, namun juga turut mengambil bagian bahkan mengambil bagian penting dalam peperangan; 2. ia khawatir akan tercampurnya antara hadits-hadits yang shahih dengan hadits-hadits yang palsu; 3. bahwa dengan semakin meluasnya daerah kekuasaan islam, sementara kemampuan para tabi’in antara yang satu dengan yang lainnya tidak sama jelas memerlukan adanya usaha kodifikasi ini. Dengan melihat berbagai permasalahan yang muncul, sebagai akibat terjadinya pergolakan politik yang sudah cukup lama, dan mendesakanya kebutuhan untuk mengambil keputusan ini guna menyelamatkan hadits-hadits dari pemusnahan dan pemalsuan. Umar bin Abdul Azis merupakan pelopor dalam penulisan-penulisan hadits. Karena, ada beberapa riwayat yang mengatakan bahwa dia pun ikut andil dalam penulisan hadits ini. Bahkan ia memiliki tulisan hadits-hadits yang ia terima. 2. Pembukuan Hadits/ Sunnah Pada Kalangan Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in Setelah Ibn Syihab az-Zuhri Diantara para ulama setelah az-Zuhri, ada ulama ahli hadits yang berhasil menyusun kitab tadwin yang bisa diwariskan kepada generasi sekarang, yaitu Malik bin Anas (93 – 179 H) di Madinah, dengan kitab hasil karyanya yang dinami Al-Muwaththo. Kitab tersebut selesai disusun pada tahun 143 H dan para ulama menilainya sebagi kitab tadwin yang pertama. Dari kenyataan yang terjadi bahwa terdapat garis perbedaan antara karya-karya ulama sebelum Az-Zuhri dengan karya-karya ulama setelahnya. Karya ulama setelah Az-Zuhri yang tidak terlepas dari campur tangan Az-Zuhri sendiri dapat mewariskan karyanya tetap terpelihara sampai sekarang. Sedangkan karya-karya ulama sebelumnya hanya sampai di tangn murid-muridnya dan tidak dapat diwariskan ke generasi yang lebih jauh. 14 DAFTAR PUSTAKA Suparta,Munzier. 2002. Ilmu Hadits. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. Said Agil Husain Al-Munawar,1996. Ilmu Hadits. Jakarta. Gaya Media Pratama. Syaikh Manna’ Al-Qaththan. 2004. Pengantar Studi Ilmu Hadits Edisi Terjemah. Jakarta. Pustaka Alkautsar 15

DASAR PEMAHAMAN DAN PENGEMBANGAN


BOOK REPORT Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas Garut Dosen : Ai Nuraeni. M.Pd. “KTSP : KURIKULUM TINGKAT KESATUAN” (DASAR PEMAHAMAN DAN PENGEMBANGAN) Disusun Oleh: ADE PERDI 2406212001 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS AGAMA ISLAM (FAI) UNIVERSITAS GARUT 2013 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Buku....................................................................................................................1 B. Alasan Memilih Buku.........................................................................................................1 C. Gambaran Sekilas Isi Buku.................................................................................................1 BAB II RESUME BUKU A. KTSP ; Landasan, Prinsip, Kompunen................................................................................2 1. Apa landasan penyusunan KTSP?...............................................................................2 2. Apa saja prinsip dan acuan pengembangan KTSP?.....................................................5 3. Apa saja kompunen KTSP?.........................................................................................5 B. Silabus ; Landasan, prinsip, kompunen, dan pengembangan .............................................6 1. Apa itu silabus?............................................................................................................6 2. Apa landasan pengembangan silabus?.........................................................................7 3. Apa saja prinsip pengembangan silabus?.....................................................................7 4. Bagaimana langkah- langkah teknis pengembangan silabus?.....................................9 5. Bagaimana pengalokasian unit waktu dalam silabus?...............................................10 6. Bagaimana pengembangan silabus selanjutnya?.......................................................10 7. Apa saja kompunen silabus?......................................................................................10 C. Pemetaan kompetensi dasar, analisis alokasi waktu, program tahunan (prota )/ program semester ( promes ), dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)................................12 1. Apa langkah berikutnya setelah silabus tersusun?.....................................................12 2. Apa itu pemetaan kompetensi dasar per unit?............................................................13 3. Apa itu analisis alokasi waktu?..................................................................................14 4. Apa itu program tahunan (Prota) dan program semester ( Promis )?........................14 5. Apa itu rencanapelaksanaan pembelajaran ( RPP ?)..................................................14 D. Prinsip, ciri, dan cara mengelola KBM, cara meyediakan pengalaman belajar, cara memilih strategi pembelajaran..........................................................................................15 1. Apa prinsip dan ciri kegiatan belajar mengajar ( KBM ) dalam KTSP?.................15 2. Bagaimana cara mengelola KBM?..........................................................................18 3. Bagaimana cara menyediakan pengalaman belajar bagi siswa?..............................20 4. Bagaimana cara memilih strategi pembelajaran?...................................................22. E. Penilaian Kelas..................................................................................................................25 1. Apa itu penilaian kelas?...........................................................................................25 2. Apa saja ciri penilaian kelas?...................................................................................26 3. Bagaimana kriteria penilaian kelas?........................................................................26 4. Apa saja cara yang harus diperhatikan dalam melakukan penilaian kelas?............26 5. Apa saja bentuk dan teknik yang bisa diterapkan dalam penilaian kelas?..............26 BAB III PENUTUP Kesimpulan...............................................................................................................................30 TANGGAPAN PENILAIAN BUKU.....................................................................................30 GLOSARIUM BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Buku Judul Buku : KTSP Kurikulum tingkat satuan pendidikan Penulis : Masnur Muslich Penerbit : Sinar Grafika Offset PT bumi aksara JL. Sawo Raya No. 80 Jakarta 13220 Terbitan : Catatan pertama , april 2007 ISBN (13) 978-979-010-159-3 ISBN (10) 979-010-159-7 B. Alasan Pemilihan Buku Alasan saya memilih buku ini karena buku ini dapat di mudah di mengerti dan sebagai wawasan sebagai calon guru. Juga dapat dijadikan panduan yang baik dalam sistem pengajaran. Dalam setiap buku pasti begitu banyak kelebihan dan kekuranganya, begitu juga saya telah menemukan kelebihan dalam buku ini sehingga sangat menarik untuk dibahas dalam resensi yang ditugaskan kepada penulis. Tidak hanya berguna untuk saya sendiri saya yakin dan saya berharap semoga buku ini pula dapar bernanfaat untuk para pembaca. C. Gambaran Sekilas Isi Buku Pada dasarnya, tujuan buku kurikulum tingkat satuan pendidikan ( KTSP ) adalah bagai mana membuat siswa dan guru lebih aktif dalam pembelajaran. Selain murid harus aktif dalam kegiatan belajar dan mengajar. Guru juga harus aktif dalam memancing kreativitas, anak didiknya sehingga berdialog dua arah terjadi dengan dinamis. KTSP yang merupakan hasil penyempurnaan dari kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum oprasional yang di susun dan dilakasanakan oleh masing masing_masing satuan pendidikan/sekolah. Yang penegakannya pada standar isi dan kompetensi. Departemen pendidikan nasional mengharapkan paling lambat tahun 2009/2010, semua sekolah telah melaksanakan KTSP. Banyak hal yang telah dilakukan depdiknas untuk menyukseskan program KTSP ini, namun pada kenyataan sampai sekarang manyik banyak sekolah yang merasa sulit untuk mengimplemasikannya, kebingungan para kepala sekolah dan juga para guru. Merupakan bukti bahwa perlu dilakukan sosialisasi yang lebih intens. Diterbitkan buku yang mengusung judul KTSP ( kurikulum tingkat satuan pendidikan ) dasar pemahaman dan pengembangan, diharapkan dapat membantu meningkatkan pemahaman para guru, kepala sekolah, termasuk pengawas sekolah, komite sekolah dan dewan sekolah. Buku yang sangat aplikatif ini menjawab pertanyaan mendasar tentang KTSP, yaitu apa sebenarnya KTSP dan bagaimana mengembangkannya _ beserta contoh_ sehinggamampu memaksimalkan seruruh potensi yang dimiliki sekolah. BAB II RESUME BUKU A. KTSP; Landasan, Prinsip, Komponen Dan Ttrukrur 1. Apa Landasan Penyusunnan Ktsp? KTSP (Kurikulum tingkat satuan pendidikan) disususn dalam rangka amanat yang tertuang dalam undang undang nomor 20 tahun 2003 tentang pendidikan dan pemerintahan rebublik indanesia nomor 19 tahun 2005 tentang pendidikan. Tentang penyusunan, KTSP jenjang pendidikan mengacu pada materi pendidikan nomor 22 tahun 2006 tentang standar satuan pendidikan dasar dan menengah,peraturan nasional nomor 23 tahun 2006 tentang standar kopetensi. Lulusan untuk satuan dasar pada panduan yang di susun oleh badan standar nasional pendidikan (BSNP). Apa saja bunyi uu, pp, dan peraturan menteri yang terkait dengan penyusunana KTSP? Undang undang republik indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang pendidikan pasal 1 ayat (19);pasal 18 ayat (1). (2). (3); pasal 32 ayat (1), (2), (3).pasal 35 ayat (2). Pasal 1 Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan.isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiataan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pasal 18 1) Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. 2) Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. 3) Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA). Sekolah menengah kejuruan (SMK)> dan madrasah aliyah kejuruan (MAK). Atou bentuk lain yang sederajat. Pasal 32 1) Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran proses pembelajaran karena kelainan fisik,. Emosional, Metal, sosial, dan /atou memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. 2) Pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik dierah terpencil atou terbelakang, masyarakat adat yang terpencil,dan/atou mengalami bencana alam ,dan bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi. 3) Ketentuan mengenai pelaksanaan pendidikan khusus dan pendidikan layananan khusus sebagai mana yang dimaksud ayat (1) dan ayat (1) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Pasal 35 (2) standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum. Tenaga pendidikan,karena sarana prasarana, pengelolaan.dan pembiyayaan. Jika Demikian, Apa itu KTSP? KTSP merupakan penyempurnaan dari 2004 kurikulum (KBK) kurikulum oprasional yang disusun dilaksanakan oleh masing masing satuan pendidikan/sekolah, departemen pendidikan nasional paling lambat tahun 2009/2010 semua sekolah telah melaksanakan KTSP. Terkait penyusunabn KTSP, BNSP telah membuat panduan penyusu KTSP, panduan ini acuan bagi pendidikan SD/MI/SDLB/.SMP,SMA,SMK dalam pengembangan kurikulum yang akan dilaksanakan satuan pendidikan yang bersangkutan. Penyusunan KTSP dipercayakan pada setiap tinkat satuan pendidikan hampir senada prinsip implesentasi KBK (kurikulum 2004 ) yang pengelolaan kurikulum berbasis sekolah (KBS). Prinsip diimplementasikan untuk memperdayakan daerah sekolah dalam merencanakan, melaksanakan ,dan pengelola serta menilai pembelajaran KBS mengacu pada,kesatuan dalam kebijaksanaan “ yang dimaksud” dalam kebijakan keberagaman dalam pelaksanaan di maksud dengan kesatuaan dalam dokumen KBK dikeluarkan oleh departemen pendidikan nasional ,keberagaman dalam pelaksanaan di tandai dengan keberagaman di kembangkan oleh sekolah masing masing sesuai dengan karektaristik sekolahnya. Dengan pengelolaan KBS, banyak pihak /instansi yang akan berperanan dan bertanggung jawab melaksanaannya, yaitu sekolah,guru,dines pendidikan kabupaten atou kota,dinas pendidikan provinsi dan depniknas, pada KTSP. Kewenangan dan pengelola kurikulum lebih di perbesar. 2. Apa Saja Prinsip Dan Acuan Pengembangan Ktsp? KTSP di kembangkan prinsip sebagai berikut. • berpusat pada potensi,perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. • beragam dan terpadu. • tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan . • relevan dengan kebutuhan kehidupan. • menyeururuh dan berkeseimbangan. • belajar sepanjang hayat Selain itu, KTSP disususn dengan acuan oprasional sebagai berikut. a) Peningkatan iman dan takwa serta ahlak mulia dan takwa serta ahlak mulia keimanan ketakwaan serta ahlak mulia menjadi dasar kepribadiaan peserta didik serta secara utuh, kurikulum disusun secara memungkinkan mata pelajaran dapat menunjang iman dan takwa serta ahlak mulia. b) Meningkatkan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik Kurikulum disusun memungkinkan pengembangan potensi minat kecerdasan, intelektual,emosional, sprietual, dan kinestik pesrta didik. c) Tuntunan pembangunan daerah dan nasional Pengembangan kurikulum memerhatikan keseimbangan tuntunan pembangunan daerah nasional. d) Agama kurikulum harus di kem bangkan untuk meningkatkan toleransi dan kerukunan umat beragama serta memperhatikan norma agama yang yang berlaku di linkungan sekolah. 3. Apa saja kompunen KTSP? KTSP ada empat kompunen yaitu (1) tujuan pendidikan tingkat satuan pandidikan (2) struktur muatan KTSP, (2) kalender pendidikan dan (4) silabus dan rencana pelaksanaan pengajaran (RPP). Kompunen 1 :tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan Rumusan pendidikan tingkat satuan pendidikan mengacu pada tujuan umum pendidkan berikut. 1. Tujuan pendidikan dasar adalah neletakan dasar kecerdasaan pengetahuan. Kepribadian, ahlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri, 2. Tujuaan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasaan pengetahuaa, kepribadiaan, ahlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. 3. Tujuan pendidikan menengah kejuruaan adalah meningkatkan kecerdasan. Pengetahuan, kepribadiaan ahlak mulia. Kompunen 2 ; struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan Struktur kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar menengah tertuang dalam stan dar isi, yang di kembanngkan dari kelompok mata pelajaran. Kelompok mata pelajaran melaksanakan melalui muatan dan kegiatan pembelajaran di uraikan dalam PP NO. 19 tahun 2005 tentang setandar nasional pendidikan pasal 7. Muatan kurikulum tingkat satuaan dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik pada satuaan pendidikan. Kompunen 3 ; kalender pendidikan Satuaan pendidikan dapat menyusun kalender pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah, karekteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat, dengan memerhatikan pendidikan. Kompunen 4 ; silabus dan rencana pelaksanaan pengajaran Silabus merupakan standar kopetensi dan kopetensi dasar materi pokok, kegiataan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian berdasarkan silabus inilah inilah guru bisa mengembangkannya menjadi rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) akan di terapkan kegiatan belajar mengajar (KBM) bagi siswanya. B. Silabus ; Landasan, Prinsip, Kompunen , Dan Pengembangan 1. Apa itu silabus? Silabus dapat didefinisikan sebagai garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok isi materi pembelajaran (salim, 1987 : 98) istilah istilah silabus di gunakan untuk menyebut produk perkembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari standar kopetensi dan kopetensi dasar ingin dicapai, pokok pokok serta uraian yang perlu di pelajari siswa dalam rangka pencapaian kopetensi dasar. Seperti kita ketahui,dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran, terlebih dahulu perlu di tentukan standarkopetensi yang berisikan kebulatan pengetahuan, sikap, keterampilan yang ingin dicapai, materi harus yang harus dipeulajari, pengembangan belajar harus dilakukan, dalam sistem evaluasi mengetahui pencapaian standar kopetensi. Dengan kata lain, pengembangan kurikulum dan pembelajaran menjawab pertanyaan; a) Apa yang akan diajarkan (standar kopetensi, kopetensi dasar, dan materi pelajaran)? b) Bagai mana cara mengajarkannya ( pengalaman belajar, metodie media)? c) Bagai cara mengetahui pencapaianya (evaluasi atou sistem penilaian )? Berdasarkan gambaran dinyatakan bahwa silabus merupakan pejabaran stannsar kopetensi dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaiab kopetensi untuk penilaian, alikasi waktu, dan sumber belajar. Dalam inpletasinya, silabus di jabarkan rencada pelaksanaan pembelajaraan, dilaksanakan, dievaluasi,dan ditindaklanjuti oleh masing masing masing guru,selin itu, silabus dikaji dan di kembangkan secara berkelanjutan dengan memperhatian hasil evaluasi hasil belajar. 2. Jika Demikian,apa manfaat pengembangan silabus? Silabus bermanfaat sebagai pedoman pengembangan pembelajaran,seperti pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran,dan pengembangan sistem penilaian,silabus merupakan sumber pokok dalam penyusunan tencana pembelajaran,baik rencana pembelajaran satu setandar kopetensi maupun untuk kopetensi dasar,silabus bermangfaat pembelajaraan,misalnya pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil,untuk mengembangkan sistem penilaian, dalam pembelajaran berbasis kopetensi sebagai mana dianut oleh KTSP, sistem penilaian selalu mengacu pada standar kopetensi dasar,dan materi pokok/ pembelajaran yang terdapat dalam silabus. 3. Apa landasan pengembangan silabus? Landasan pengembangan silabus adalah peraturan pemerintah indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan pasal 17 ayat (2) yang berbunyi berikut. Pasal 17 (2) sekolah dan komite sekolah. Atou madrasah dan komite madrasah, pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikann nasional dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kopetensi lulusan, di bawah supervisi dinas kabupaten/ atou kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD.SMP SMA dan SMK, departemen yang mengenai urusan pemerintahaan agama untuk MI, MTS, MA, dan MAK. 4. Apa Saja Prinsip Pengembangan Silabus? Silabus merupakan salah satu produk pengembangan kurikulum dan pembelajaran yang bersisikan garis materi pembelajaran, prisip yang mendasari pengembangan silabus antara lain; ilmiah, relevan, sitematis, konsisten, memadai, aktual dan kontekstual, fleksibel, dan menyeruruh. a) Ilmiah Keseruruh materi dan kegiatan menjadi muatan dalam silabus benar dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan, untuk mencapai kebenaran ilmiah tersebut, dalam penyusunan silabus selayaknya dilibatkan para pakar di bidang keilmuan masing masing mata pelajaran, hal ini di maksudkan agar materi pelajaran yang di sajikan dalam silabus sahih. b) Relevan Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai ada keterkaitan dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional dan spritual peserta didik. c) Sistemmatis Kompunen kompunen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kopetensi. d) Konsisten Adanya hubungan konsisten ( ajek, taat asas) antara kopetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian. e) Memadai Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar sumber belajar dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kopetensi. f) Aktual dan kontektual Cakupan indikator,materi pokok, pengalaman belajar, bersumber belajar, dan sistem penelian memerhatikan perkembangan ilmu, teknilogi dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi. g) Fleksibel Keseruruhan kompenen sibabus dapat mwengakomodasi keragaman peserta didik serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntunan masyarakat. h) Menyeruruh Kompunen silabus mencakup keseruruhan ranah kopetensi (kognitif,afektif, pasikomotor) 5. Bagaimana Langkah Langkah Teknis Pengembangan Silabus? Secara teknis, langkah pengembangan silabus tahapan sebagai berikut. Langkah pertama, mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana yang tercantum pada standar isi, memerhatikan hal hal berikut; a) Urutan berdasarkan hieraki konsep disiplin ilmu dan tingkat kesulitan materi; b) Keterkaitan antastandar kompetensi dasar dalam mata pelajaran; c) Keterkaitan standar kompetensi dasar antarmata pelajaran. Langkah Kedua, Mengidentifikasi materi pokok Mengidentifikasi materi pokok yang menunjang pencapaian standar kopmpetensi dan kompetensi dasar dengan mempertimbangkan ; a) Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan sprietual peserta didik; b) Keber manfaatan bagi peserta didik; c) Struktur keilmuan; d) Kedalaman dan keluasan materi; e) Revansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; f) Alokasi waktu. Langkah ketiga, mengembangkan pengalaman belajar Pengaalaman belajar merupan kegiatan mental fisik yang dilakukan peserta didik dalam berinteraksi dengan sumber berajar melalui pendekatan pembelajaran yang bervereansi dan mengaktifkan peserta didik, pengalaman belajar juaga mencereminkan pengelolaan pengalaman belajar peserta didik. Langkah keempat, merumuskan indikator keberhasilan belajar Indikator merupakan penjabaran dari kompetensi dasar yang menunjukan tanda tanda perubahan dan respons yang dilakukan atou di tampilkan oleh peserta didik. Langkah kelim,penentuan jenis menilaan Penilaian pencapaian kopetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator, penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, sikap, penilaian hasil karya atou produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Langkah keenam, menentukan alokasi waktu Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu dan alokasi waktu mata pelajaran perminggu dengan mempertimbangkan jumlah kopetensi dasar, kelusan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepetingan kompetensi dasar. Alokasai waktu yang di cantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk menguasai kopetensi dasar. 6. Bagaimana Pengelokasian Unit Waktu Dalam Silabus? Pengalokasian waktu dalam silabus mengikutu cara berikut. a) Silabus mata pelajaran disusun berdasarkan seruruh alokasi waktu yang disediakan untuk mata pelajaran selama penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuaan pendidikan. b) Implementasi pembelajaran per semester menggunakan penggalan silabus sesuai dengan standar kompetensi dasar untuk mata pelajaran dengan alokasi waktu yang tersedia pada silabus berdasarkan satuan kompetensi. 7. Bagaiman Pengembamgan Silabus Selajutnya? Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing masing guru. Dalam rangka pemantapan lebih lanjut, silabus harus dikaji dan dikembangkan secara berkeanjutan dan terus menerus dengan memerhatikan masukan dari hasil evaluasi hasil belajar, hasil evaluasi rencana pembelajaran, oleh karena itu tahapan pengambangan silabus diawali dari perencanaan, perbaikan, pemantapan, sampai pada penilaian pelaksanaan. 8. Apa Saja Kompenen Silabus? Berdasarkan langkah langkah pengembangan silabus (sebagaimana diuraikan pada butir E), format silabus paling tidak memuat sembilan kompenen, yaitu identifikasi, standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, pengalaman belajar, indekator, penilaian, alokasi waktu, sember/ bahan /alat. a) Komponen indentifikasi Pada kompenen identifikasi yang prerlu diisi adalah nama sekolah, nama mata pelajaran, kelas, dan semester. b) Kompenen Standar kompetensi Pada kompenen standar kompetensi, yang perlu dikaji adalah standar kompetensi mata pelajaran yang bersangkutan dengan memperhatikan hal hal berikut. 1) Urutan berdasarkan hieraki konsep disiplin ilmu dan tingkat kesulitan materi. 2) Keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran. 3) Keterkaitan standar kompetensi dan kopetensi dasar antarmata pelajaran. c) Kompunen Kompetensi dasar Pada kompunen kompetensi dasar, yang perlu dikaji adalah kompetensi dasar mata pelajaran dengan memperhatikan hal hal berikut. 1) Urutan berdasarkan hieraki konsep disiplin ilmu dan tingkat kesulita materi. 2) Keter kaitan antar standar kompetensi dasar dalam mata pelajaran. 3) Keterkaitan standar dan kopetensi dasr antar mata pelajaran. d) Komponen materi pokok Pada kompenen materi pokok, yang dilakukan adalah mengedentifikasi materi pokok dengan mempertimbangkan; 1) Tingkat perkembangan fisik, intelektual,emosional, sosial, dan sprietual peserta didik; 2) Kebermanfaatan bagi peserta didik; 3) Struktur keilmuan; 4) Kedalaman dan keluasan materi; 5) Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; 6) Alokasi waktu. e) Komponen pengalaman belajar Pada komponen pengalaman belajar, yang perlu di perhatikan adalah rambu- rambu berikut. 1) Pendekatan pembelajaran yang bervariansi dan mengaktifkan peserta didik. 2) Pengalaman belajar memuat kecakapn hidup yang perlu dikuasai pesrta didik. 3) Rumusannya mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar pesrta didik. f) Komponen Indikator Pada komponen indikator, yang perlu di perhatikan adalah rambu- rambu berikut. 1) Indikator merupakan penjabaran dari KD yang menunjukkan tanda- tanda, perbuatan atou respons yang dilakukan atou ditampilkan oleh peserta didik. 2) Indikator dikembangkan sesuai dengan karakterristiksatuan pendidikan, 3) Rumusan indikator menggunakan kerja oprasional yang terukur dan dapat diobservasi. 4) Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian. g) Komponen jenis penilaian Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, sikap, penilaian hasil karya berupa proyok atou produk, penggunaan portifolio, dan penilaian diri, jenis penilaian yang dipilih pada rumusan indikatornya. h) Komponen alokasi waktu Pada komponen alokasi waktu, hal hal berikut perlu dipertimbangkan 1) Penentuan alokasi waktu pada setiap kopetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. 2) Alokasi waktu yang di cantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk menguasai kompetensi dasar. i) Komponen sumber berajar Pada komponen belajar, hal hal berikut perlu dipertimbangkan. 1) Sumber belajar adalah rujukan, objek dan bahan yang di gunakan untuk kegiatan pembelajaran. 2) Sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial dan budaya. 3) Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kopetensi dan kopetensi dasar serta materi pokok, kegiatan pembelajarn dan indikator pencapaian kompetensi. C. Pemetaan Kompetensi Dasar, Analisis Alokasi Waktu, Program Tahunan (Prota)/ Program Semester (Program),Dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 1. Apa Langkah Berikutnya Setelah Silabus Tersusun? Langkah berikutnyan silabus tersusun menntusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) akan tetapi, sebelum RPP di susun, ada berapa tahapan kegiatan yang di lakukan guru agar RPP yang di susun bisa efektif dan efisien, yaitu sebagai berikut. a) Melakukan pemetaan kompetensi dasar per unit. b) Melakukan analisis alokasi waktu. c) Menyusun program tahunan dan program semester. d) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Keempat tahapan kegiatan ini dilakukan secara hierakis karena hasil setiap tahapan kegiatan merupakan acuan yang dasar dari tahapan kegiatan berikutnya. Apa Itu Pemetaan Kompetensi Dasar Per Unit? Pemetaan kompetensi dasar per unit adalah penataan semua kompetensi dasar tertuang dalam silabus mata pelajaran kedalam unit pembelajaran, dengan melakukan pemetaan kompetensi dasar ini akan diketahui unit pembelajaran terdapat dalam matapelajaran dan jam perajaran pada setiap unit, pengetahuaan terhadap waktu setiap unit akan memudahkan guru pengembangan materi pembelajaran ketika menyusun RPP. Apa yang Harus Di perhatikan dalam Pemetaan Kompetensi dasar per unit? Hal yang harus diperhatikan guru dalam pemetaan kompetensi dasar per unit adalah sebagai berilut. a) Pengurutan kompetensi dasar sesuai dengan prisipkeilmuan, dan pendidikan dan kadar kesulitan, b) Penyatuan kompetensi dasar yang sejenis. c) Pemberian jumlah waktu jam pembelajaran setiap unit dengan melihat hasil pengembangan silabus. d) Pembagian silabus waktu atou jam pembelajaran yang tersedia ( dalam satu tahun atou satu semester ) kesemua unit secara proporsional. 2. Apa Itu Analisis Alokasi Waktu? Analisis alokasi waktu yang pelacakan jumlah minggu dalam semester/ tahun pembelajaran terkait dengan pemenfaatan waktu pembelajaran tertentu, pelacakan ini di arahkan pada jumlah minggu efektif. Kepastian jumlah minggu efektif pada semester tahun pembelajaran pada setiap unit pembelajaran yang telah dipetakan sebelumnya. Apa Saja yang Perlu Diperhtikan dalam Analisis Alokasi Waktu? Hal yang perlu diperhatikan guru dalam analisis alokasi waktu adalah sebagai berikut. a) Penentuan jumlah minggu pada setiap bulan dalam semester atou tahun pembelajaran dengan melihat kalender umum. b) Penentuan jumlah minggu yang tidak epektip pada setiap bulan dalam semester/ tahun pembelajaran dengan melihat kalender pendidikan. c) Penentuan jumlah minggu yang efektif pada setiap bulan dalam semester/tahun pembelajaran yang telah dipetakan sebelunya (lihat hasil pemetaan kompetensi dasar per uni). 3. Apa Itu Program Tahunan (Prota) Dan Program Semester ( Promes )? Program tahunan (prota ) dan program semester ( promis ) adalah rencana umum pembelajaran mata pelajaran setelah diketahui kepastiaan jumlah jam efektif tahun / semester, penyusunaan prota promis ini berdasarkan hasil analisis alokasi waktu yang ditetapkan sebelunya hasil penetaan kompetensi dasar per unit. Hasil penyusunaan prota promis inilah yang nantinya sebagai dasar untuk penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran ( RPP ). Pada sisi lain, berdasarkan prota dan promis pula nantinya kepala sekolah atou pengawas biasa mengetahui / mengontrol apakah unut pembelajran telah dilaksanakan oleh guru atou belum. Apa yang Patut Dilakukan Guru dalam Penyusunan Prota dan promis? hal yang patut di lakukan guru pada penyusunan prota promis adalah sebagai berikut. a) Mendaftar kompetensi dasar pada setiap unit berdasarkan pemetaan kompetensi dasar per unit yang telah di susun. b) Mengisi jumlah jam pelajara setiap unit berdasarkan hasil analisis alokasi waktu yang telah disusun. c) Menentukan materi pembelajran pokok pada setiap kompetensi dasar, yang didapatkan dari pengembangan silabus yang telah disusun atou dari karektivitas guru. 4. Apa Rencana Pelaksanaan Pembelajara ( Rpp ) Rencana pelaksanaan pembelajaran ( RPP ) adalah rancangan pembelajaran mata pembelajaran per unit akan di terapakan guru dalam pembelajaran di kelas, berdasarkan RPP inilah seorang guru ( baik yang menyusun RPP itu sendiri maupun yang bukan ) diharapkan bisa menerapkan pembelajaran secara terprogram,oleh karena itu, RPP harus mempunyai tahap ( Aplicable ) yang tinggi, pada sisi lain dalam menjalankan profesinya. Apa Saja Langkah yang Patut Dilakukan Guru dalam Penyusunan Rencana pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )? Langkah yang patut dilakukan guru dalam penyususunan RPP sebagai berikut. a) Ambilah satu unit pembelajaran yang akan diterapkan dalam pembelajaran. b) Tulis standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam unit tersebut. c) Tentukan alokasi waktu yang yang diperlukan untuk mencapai indikator tersebut. d) Tentukan indikator untuk mencapai kompetensi dasar tersebut. e) Rumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut, f) Tentukan materi pembelajaran yang akan di berikan dikenakan kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. g) pilihan metode pembelajaran yang dapat mendukung sifat materi dan tujuan pembelajaran. D. Prinsip, Ciri, dan Cara Mengelola KBM, Cara Menyediakan Pengalaman Belajar, Cara Memilih Strategi pembelajaran 1. Apa Prinsip Dan Ciri Kegiatan Belajar Mengajar ( Kbm ) Dalam Ktsp? Prinsip Kegiatan Belajar Mengajar ( KBM ) Kegiata belajar mengajar ( KBM ) di rancang dengan mengikuti prisip khas yang edukatif, yaitu kegiatan yang berfokus pada kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atou pemahaman, dengan demikian, dalam KBM, guru memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritas atou haknya dalam membangun gagasan. Berikut di kemukakan lima prinsip kegiatan belajar mengajar yang bisa memperdayakan potensi siswa. a) Prinsip pertama; kegiatan yang berpusat pada siswa Pendidikan pada dasarnya adalah proses pengembangan potensi peserta didik. Oleh karena itu. Pembelajran hendaknya dirancang untuk mengembangkan potensi tersebut. Siswa terlahir dengan memiliki potensi rasa ingin tahu, imajinasinya, dan fitrah ber-tahun, rasa ingin tahu dan ijiminasi merupakan model dasar untuk bersikap peka, merupakan cikal bakal untuk bertakwa kepada tuhan, Mendorong siswa untuk mengungkapkan pengalaman, pikiran, perasaan, dan bereksprensi merupakan wujud upaya pengembangan potensi tersebut. b) Prinsip kedua; belajar melalui berbuat “Belajar yang sukses lahir dari mengerjakannya” KBM perlu menyediakan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari hari atou dunia kerja yang terkai dengan penerapan konsep, kaidah, dan prinsip ilmu yang di pelajari, oleh kerena itu, semua siswa di harapkan memperoleh pengalaman langsung melalui pengalaman indrawi yang memungkinkan memperoleh informasi dari melihat, mendengar, meraba mencicipi dan mencium,dalam hal topik.jika ini juga tidak mungkin, sebaiknya siswa dapat memper oleh pengalaman belajar melalui kegiatan mendengar adalah pilihan terakhir. c) Prinsip ketiga; mengembangkan kecerdasan intelektual emosional, spritual, dan emosional, dan sosial Pemahaman siswa tentang sesuatu, yang yang terbangun ketika terjadi peristiwa belajar, akan lebih baik apabila ia berinteraksi dengan teman temanya, interaksi dapat ditingkatkan dengan belajar kelompok, penyampaian gagasan oleh siswa dapat mempertajam, memperdalam, mementapkan, atou penyumpurnakan gagasan tersebut karena karena memperoleh tanggapan dari siswa lain atou guru, d) Prisinsip keempat; sepanjang hayat Siswa memerlukan kemampuan belajar sepanjang hayat untuk bisa bertahan berhasil menghadapi setiap masalah sambil menjalani proses kehidupan sehari hari oleh karena itu siswa untuk dapat melihat dirinya kekuranganya untuk kemudian dapat mensyukuri apa yang telah di anugrahi tuhan kepadanya. e) Prinsip kelima; belajar mandiri dan belajar berkerja sama KBM perlu memberikan kepada siswa untuk bisa terbiasa belajar mandiri melalui penyelesaian tugas individu, pembuatan karya individual yang memungkinkan mereka berkompetisi secara sportif untuk memperoleh penghargaan hakiki, pada saat bersama, KBM juga perlu menyediakan tugas tugas mendorong siswa untuk bekerja dalam kelompok sehingga memungkinkan tumbuhnya semangat berkerja sama yang mendorong tubuhnya soladaritas terhadap orang lain. Ciri Kegiatan Belajaran Mengajar (KBM) Sebelum menjawab apa ciri KBM, perlu pemahaman terlebih dahulu tentang makna belajar dan makna mengajar, melalui pemahaman tentang makna belajar dan mengajar inilah ciri KBM dideskripsikan. Makna Belajar dan Mengajar Makna hakikat belajar seringkali hanya diartikan sebagai penyusun informasi sumber imformasi ( guru dan buku pelajaran ). Akibatnya, guru masi memaknai kegiatan mengajar sebagai kegiatan memindahkan informasi dari guru atou buku kepada siswa, proses mengajar lebih bernuansa memberitahu dari pada membimbing siswa menjadi tahu sehingga sekolah lebih berfungsi sebagai pusat pengembangan potensi siswa. Pandangan belajaryang lebih bersifat menyerap imformasi berakibat, pada prilaku mengajar yang lebih bersifat menuangkan imformasi, hal ini pada akhirnya dapat membuat siswa memiliki sifat ketergantungan pada orang lain, pada pandangan Visme, belajar diartikan sebagai proses membangun makna pemahaman terhadap imformasi atou pengalaman,proses membangun makna tersebut dilakukan sendiri oleh siswa dan dimantapkan bersama orang lain,proses itu saring dengan persepsi. Ciri pertama; mengalami dan eksplorasi Mengalami dan mengekplorasi berarti melibatkan berbagai indra; lihat, cium, dengar, raba, dan rasa, hal ini akan dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang suatu konsep dan meningkatkan daya bertahan pemahaman tersebut ( imformasi ) dalam fikiran siswa, pepatah berikut mungkin masih berlaku sampai saat ini. saya dengar, saya lupa; saya lihat, saya ingat; saya kerjakan, saya mengerti. Hasil penelitian berikut yang diungkapkan pada pramid pengalaman belajar memperkuat pernyataan bahwa belajar dengan cara mengalami langsung akan meningkatkan kebertahanan imformasi dalam fikiran kita. Ciri kedua; interaksi Gagasan yang dibangun, sebagai hasil dari proses belajar, berkemungkinan masih belum sempurna bahkan salah, berinteraksi dengan temannya memungkinkan si pembelajar memperbaiki kesalahan tersebut atou memperkaya gagasan yang dibangunnya,di samping itu, interaksi dapat merupakan wahana pengembangan kemampuan sosial siswa seperti berkomonikasi, menyanggah pendapat, dan menyampaikan pendapat secara santun. Ciri ketiga; komonikasi Gagasan yang benar atou salah baru akan di ketahui guru apabila siswa diberi kesempatan untuk mengomunikasikan atou mengekspresikannya, guru perlu mengetahui gagasan yang ada di benak siswa agar ia dapat terangsang mengembangkannya apabila gagasan salah. Di samping itu hal pokok yang perlu disadari guru adalah ekspresi gagasan merupakan kebutuhan mendasar manusia, oleh karena itu, pemejangan hasil karya siswa, meminta pendapat siswa, atau tidak mempertawakan pendapat siswa sekalipun lucu/ sederhana, merupakan beberapa cara/ kondisi yang dapat menghidupkan kegiatan komonikasi. Ciri keempat; refleksi Siswa perlu dibiasakan untuk merenungkan kembali apa apa yang akan dipikirkan dan dilakukannya agar mereka terlatih menilai diri sendiri ( pikiran dan tindakan ) dan tidak tergantung pada orang lai, pertanyaan guru seperti” mengapa demikian?” “ apa hal itu berlaku untuk ....?” dapat menimbulkan kegiatan refleksi pada diri siswa; atou setelah mempelajari satu atau beberapa konsep, siswa dimata menjawab pertanyaan pertanyaan berikut dan menulisnya. a) Apa yang saya pelajari dari kegiatan ini? ( belajar apa dari kegiatan ini? b) Bagaimana pengetahuan/ kemampuan baru terkait dengan pengetahuan lama? c) Apa manfaat kemampuan baru untuk keperluan dikemudian hari? Jawaban terhadap pertanyaan tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh guru dalam membimbing siswa untuk belajar selanjutnya, penjawaban atas pertanyaan tersebut sekaligus menjadi ajang pelatihan bagi siswa dalam mengungkapkan pikiran dan perasaannya serta menilai diri sendiri. 2. Bagaimana Cara Mengelola Kbm? Pengelolaan KBM di kelas meliputi tempat belajar ruang kelas, pengelolaan bahan,pengelolaan bahan pembelajaran, pengelolaan kegiatan dan waktu, pengelolaan siswa, dan pengelolaan sumber belajar, oleh karena itu, untuk menjawab cara mengelola KBM diarahkan pada keenam jenis pengelolaan tersebut. a) Cara pengelolaan tempat belajar/ ruang kelas Tempat belajra seperti ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan olrh PAKEM ( pendekatan pembelajaran yang aktif, keratif,efektif dan menyenangkan ). Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas, selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan menjadi motivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa yang lain, benda yang dipajangkan yaitu berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya, ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata membahanas suatu masalah. b) Cara pengelolaan bahan pelajaran Dalam mengelola bahan pembelajaran, guru guru perlu merencanakan tugas dan alat belajar yang memantang, pemberian umpan balik, dan penyediaan program penilaian yang memungkinkan semua siswa mampuuntuk berkemampuan kinerja ( performance ) sebagai hasil belajar, inti dari penyediaan tugas menantang ini adalah penyediaan seperangkat pertanyaan yang mendorong siswa bernalar atou melakukan kegiatan ilmiah. Para ahli menyebutkan jenis menyebutkan ini sebagai pertanyaan produktif, oleh karena itu, dalam pengelolaan bahan pelajaran guru perlu memiliki kemampuan merancang pertanyaan produktup dan mampu menyajikan pertanyaan sehingga memungkinkan semua siswa terlibat, baik secara mental maupun secara fisik. c) Cara pengelolaan kegiatan dan waktu Proses belajar dan mengajar proses belajar biasanya di kelompokan kedalam tiga kegiatan belajar ; kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan awal biasanya diisi dengan mengemukakan hal hal yang menarik minit siswa untuk belajar, membahas ulang pengetahuan prasyarat, atou menyampaikan imformasi awal dan penjelasan tegas secaran klasikal, pengetahuan prasyarat yang dibahas hendaknya betul betul dekat dengan konsep baru yang akan di pelajari, tidak terlalu jauh sehingga Waktu yang mengunakan menjadi singkat, ketika akan menemukan rumus luas daerah persegi pajang misalnya. Mulailah dengan mengikatkan kembali tentang pengertian persegi pajang, tidak dimulai dengan berbagai jenis bangun datar, penyampaian imformasi awal dan tugas hendaknya, jika perlu secara berlahan, imformasi dan tugas yang tidak jelas hanya akan membuat guru sibuk menjelaskan ulang imformasi tugas tersebut kesetiap ( kelompok ) siswa, sementara siswa sudah mulai bekerja, akibatnya, siswa memperhatikan penjelasan ulangan tersebut. d) Cara pengelolaan siswa Dalam rangka pengembangan kemampuan individual dan sosial, pengaturan siswa dalam belajar hendaknya berganti ganti antara lain belajar secara perorangan, berpasangan, dan berkelompok, pengertian pengaturan ini disesuaikan dengan karakteristik bahan ajar yang dipelajari, pada dasarnya setiap individu siswa harus berkembang kemampuannya secara oftimal, oleh karena itu,ketika mereka belajar secara berpasangan terutama berkelompok, guru harus mendorong tiap siswa untuk beroeran serta dalam kelompok tersebut, meminta siswa yang tidak aktif untuk memberikan pendapat terhadap pendapat siswa lain atau pengelompokan hasil kerja kelompok, merupakan contoh cara mendorong tersebut. e) Cara pengelolaan sumber belajar Dalam mengelola sumber belajar sebaiknya guru mempertimbangkan sumber daya yang ada disekolah dan melibatkan orang_orang yang ada didalam sekolah tersebut, pemanfaatan sumber belajar dari lingkungan sekitar diperlukan dalam upaya menjadikan sekolah sebagai bagian integral dari masyarakatnya setempat, sekolah bukanlah tempat yang terpisah dari masyarakatnya, dengan cara ini berfungsi sekolah sebagai pusat oembaruaan dan pembangunan sosial budaya masyarakat akan dapat diwujudkan, selain itu, lingkungan sangat kaya dengan sumber – sumber, media, dan alat bantu pelajaran, linkungan fisik, sosial, atau budaya merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. f) Cara pengelolaan perilaku mengajar “jika perasaan tertekan, maka kerja otak tidak akan tidak optimal, otak dibajak secara emosional . Kalimat di atas memberi pesan bahwa emosi sangat mempengaruhi kerja kognisi ( Otak ), oleh karena itu, hal yang paling harus dijaga adalah perilaku kita sebagai guru untuk tidak mengganggu emosi atou perasaan siswa,hasil penelitian internasional mengungkapkan bahwa kebutuhan anak mencakup 5 hal; 1) Dipahami, 2) Dihargai 3) Dicintai 4) Merasa bernilai, dan 5) Merasa aman 3. Bagaimana Cara Menyediakan Pengalaman Belajar Bagi Siswa? Mengalami langsung apa yang sedang dipelajari akan mengaktifkan lebih banyak indara dari pada hanya mendengarkan orang lain garu menjelaskan, membangun pemahaman dari pengamatan langsung akan lebih mudah dari pada membangun pemahaman dari uraian lisan guru, apa lagi jika siswa masih berada pada tingkat berpikir kongkrit. Tiga jenis pengalaman belajar Ketika guru berceramah, apakah semua siswa dalam kelas memperoleh pengelaman belajar, secara umum, mungkin hanya sebagian siswa yang memperoleh pengalaman belajar, sebagai siswa yang lain tentu tidak memperoleh pengalaman belajar, supaya semua siswa mengalami peritiwa belajar, guru perlu menyediakan beragam pengalaman belajar. 1) Pengalaman mental Berapa bentuk pengalaman mental dapat diperoleh antara lain melalui membaca buku, mendengarkan ceramah, mendengarkan berita radio, melakukan perenungan, menonton televisi atou filem. Pada pengalaman belajar melalui pengalaman mental, biasanya siswa hanya memperoleh imformasi melalui indra dengar dan liat. 2) Pengalaman fisikr, Pengalaman belajar jenis meliputi kegiatan pengamatan, percobaan, penelitiaan, kunjungan, karya wisata, pembuatan buku harian, dan beberapa bentuk kegiatan praktis lainya. 3) Pengalaman sosial Beberapa bentuk pengalaman sosial yang dapat dilakukan antara lain; melakukan wawancara dengan tokoh , bermain peran, berdiskusi, bekerja bakti, melakukan bazar pemeran, jual beli, pengumpulan dana untuk bencana alam. Tiga jenis situasi pengalaman belajar Dari sudut pandang kekonkretan (nonverbal ) dan keabstrakan ( verbal ), situasi pengalaman belajar dapat diklasifikasikan menjadi nyata situasi buatan, situasi lihat dengar,visualisasi verbal, dan audio verbal. a) Situasi nyata Apabila guru ingin meningkatkan pemahaman siswa tentang liku_ liku sidang tahunan MPR, khususnya tentang cara MPR membuat keputusan atou cara MPR menilai pidato pertanggung jawaban persiden maka siswa perlu diwa kegedung MPR untuk mengamati secara langsung sidang MPR, b) Situasi buatan Guru tidak selalu mampu menyediakan situasi nyata, sekolah di luar jakarta dan yang jauh dari jakarta tentu akan sulit menghindari sidang tahunan MPR, demikian, peningkatan pemahaman siswa tentang cara MPR membuat keputusan. c) Audio visual Cara ini menyajikan contoh situasi nyata atou contoh situasi buatan dalam sajian pengalaman belajar kalau sajian tayangan mengandung unsur cerita yang berkaitan dengan pengalaman dan ijiminasi siswa. d) Visualisasi verban Cara ini berkaitan dengan membaca buku pelajaran, buku sumber, ensklopedia, lembar kegiatan / lembar kerja, cerita, gerafik, table, pada beberapa buku biasanya tidak hanya menyajikan uraian teks, tetapi juga dilengkapi dengan beragam ilustrasi ( gambar ). e) Audio verbal Guru terbiasa menggunakan audio_ berbal dalam bentuk ceramah, pada keadaan ini, siswa senan tiasa mendengarkan penjelasan guru. Kekurangan atau kelemahan cara ini adalah ada sebagian siswa tidak mudah untuk menyampaikan imformasi yang diceramahkan guru dengan pengetahuan awal siswa. 4. Bagaimana Cara Memilih Strategi Pembelajaran? Strategi pembelajaran meliputu aspek yang lebih luas dari pada pembelajaran, strategi pembelajaran merupakan cara pandang dan pola pikir guru dalam mengajar, dalam mengembangkan beberapa hal pembelajaran paling tidak guru perlu mempertimbangkan bagai mana mengaktifkan siswa. Bagai mana mengaktifkan siswa? Peserta didik adalah sosok anak yang merupakan milik sang pencipta dan milik dirinya sendiri, keberhasilannya akan sangat tergantung dari pemanfaatan potensi yang dia miliki, karenaya, keaktifan peserta didik dalam menjalankan KBM merupakan salah satu kunci keberhasilan pencapaiaan tujuan pendidikan, tumbuhnya motivasi belajar aktif pada dirinya peserta didik, antara lain sebagi berikut. a) Penampilan guru yang hangat dan menumbuhkan partisipasi positif Sikap guru hangat, bersemangat, penuh percaya diri dan antusias, serta dimulai pola pandang bahwa peserta didik adalah manusia_ manusia cerdas berpotensi, merupakan faktorpenting yang akan meningkatkan partisipasi aktif peserta didik, sebagai bentuk penampilan guru akan membias mewarnai sikap para peserta didiknya. b) Peserta didik mengetahui maksud dan tujuan pembelajaran Apa bila peserta didik telah mengetahui tujuan dari pembelajaran yang sedang mereka ikuti, mereka mereka akan terdorong untuk melaksanakan kegiatan tersebut secara aktif, oleh karena itu, pada setiap awal kegiatan guru berkewajiban memberi penjelasan kepada peserta didik tentang apa dan untuk apa materi pelajaran harus mereka pelajari serta apa keuntungan yang akan mereka peroleh. c) Tersedia pasilitas, sumber belajar, dan lingkungan yang mendukung Apabila dalam kegiatan pembelajara telah tersedia fasilitas dan sumber belajar yang “menarik” dan “cujup” untuk mendukungbkelancaran KBM, hal itu akan menumbuhkan semangat belajar peserta didik. d) Adanya prinsip pengakuan penuh atas pribadi setiap peserta didik Agar kesadaran akan potensi, eksistensi, percaya diri pada peserta didik dapat terus tumbuh, guru berkewajiban menjaga situasi interaksi agar dapat berlangsung dengan berdasarkan dapat prisip pengakuaan atas pribadi setiap individu. e) Adanya konsistensi dalam penerapan aturan atau perlakuan oleh guru di dalam KBM Perlu diingat bagwa apabila terjadi kesalahan hal perlakuan oleh guru dalam pengelolaan kelas pada waktu yang lalu, hal tersebut berpengaruh negatif terhadap terhadap kegiatan selanjutnya, penerapan pengaturan yang tidak konsisten, tidak adil, atau kesalahan perlakuan yang lain ini akan berpengaruh terhadap tingkat keaktifan belajar peserta didik. f) Adanya pemberian penguatan dalam KBM Pengaturan adalah pemberiaan respons interaksi belajar mengajar, baik berupa pujian maupun sanksi, pemberian penguatan ini di maksudkan untuk lebih meningkatkan keaktifan belajar ini mencegah berluangnya kesalahan dari peserta didik. g) Jenis kegiatan pembelajaran menarik, menyenangkan,dan menantang Agar peserta didik dapat tetap aktif dalam mengikuti kegiatan atau melaksanakan tugas pembelajaran, perlu di pilih jenis kegiatan atau tugas yang sifatnya menarik atau menyenagkan bagi peserta didik di samping juga bersipat menantang, pelaksanaan kegiatan hendaknya bervariasi. Bagaimana menggali imformasi dari media cetak? Jika siswa diminta untuk mengerti memahami dan bukan sekedar mengingat imformasi yang di temukannya didalam buku pelajaran, bahan rujukan, surat kabar dan sebagainya maka mereka harus aktif mengumpulkan dan mengkaji imformasi yang tersedia. Sebaiknya guru tidak mengajukan pertanyaan dengan menggunakan kata_kata dan ungkapan yang mudah di temukan dalam teks atou naskah. Dengan cara tersebut. Bagaimana membandingkan dan mensintesiskan imformasi Pemahaman imformasi yang dikumpulkan dari berbagai sumber belajar dapat ditingkatkan jika siswa_siswa bekerja dalam kelompok dan setiap anggota kelompok diberi sumber belajarar yang berbeda untuk menggunakandalam mencari jawaban pada pertanyaan yang sama. Dengan cara ini, mereka akan mampu memberi jawaban yang memuaskan dari hasil kajian bersama. Bagaimana mengamati ( mengawasi ) secara aktif? Sering para siswa tidak berfikir dan belajar aktif pada waktu menonton vidio. Berapa orang menunjukan sejumlah pertanyaan kepada mereka untuk dijawab pada waktu mereka menonton vidio, jawabannya ada dalam tayangan vidio pertanyan seperti itu mudah dijawab dan jarang menuntut keterlibatan aktif.untuk menjamin para siswa berfikir aktif sewaktu menonton vidio, mintalah mereka untuk melakukan hal hal berikit. a) Menuliskan pertanyaan yang mereka pikirkan pada menonton vidio, b) Menulis contoh- contoh katagori tertentu dari peristiwa benda- benda atau hewan hewan, dan sebagainya. Bagaimana melakukan kerja praktik? Kerja peraktek menjadi bagian penting dari pembelajaran beberapa mata pelajaran, khususnya mata pelajaran sains,. Namun, kerja praktek tradisional pola resep atau dengan selangkah bukanlah strategi belajar yang efektif. Ada beberapa cara yang menjamin bahwa siswa secara aktif dalam kerja praktek mereka dan bahwa belajar dari pengalaman , yaitu sebagai berikut: a) Satu strategi sederhana adalah memperajari para siswa perintah dalam satu susunan acak. Mereka diberi tahu apa yang mereka temuka kemudian mereka di minta untuk memisahkan pemerintah kedalam susunan yang dapat di kerjakan sebelum mereka memulai ekspirimen. b) Sebelum ekpirimen, siswa hendaklah dimana meramalkan hasilnya, pada saat hasil sudah diperoleh, mereka diminta untuk memutuskan apakah hasilnya sesuai dengan ramalan, siswa hendaklah menjelaskan mengapa mereka mengharapkan hasil tersebut. c) Mereka dapat di perajari sesuatu pelaratan tepat dan sutu pertanyaan untuk diselidiki, kemudian, mereka merancang prosedur eksierimen, kemudian mereka merancang prosedur eksperimennya sendiri mengumpulkan data selanjutnya menyusun suatu kesimpulan. d) Mereka dapat diberi pertanyaan penelitiaan ekspirimen terbuka, yakni di beri hanya rincian topik yang sedang di bicarakan dan mungkin beberapa gagasan tentang beberapa aspek topik akan mereka selidiki. Dalam kegiatan seperti itu, mereka perlu merumuskan hipotesis, merancang metode eksperimen, memilih peralatan yang tepat, mengumpulkan data mengatur data dan menyusun kesimpilan. E. Penilaian Kelas 1. Apa Itu Penilaian Kelas? Secara umum penilaiaan adalah proses sistematis pengumpulan imformasi,analisis, dan interpetasi imformasi untuk memberikan keputusan terhadap kadar hasil kerja, dengan demikian, penilaian kelas merupakan proses pengumpulan dan pengumpulan imformasi oleh guru untuk penilaian keputusan terhadap hasil belajar. Penilaian berbasis kelas berorientasi pada kompetesi yang ingin dicapai dalam kegiatan belajar ( KBM ) di kelas, ketercapaian ini bisa mengacu pada patokan tertentu dan ketuntasan belajar, yang dilakukan melalui berbagai cara, misalnya melalui portopolio. Produk proyek kerja, penilaiann kelas pada KTSP mempunyai kekhasan berbagai berikut. a) Dari klasifikasi siswa bergeser ke pengembangan kemampuaan siswa, b) Lebih cenderung; penelian acuan kreteria. c) Kompetensi dan indikator menjadi acuan. d) Menerapkan berbagai macam penilaian. Terkait dengan percapaian kompetensi dan pelaporan, penilaian kelas mempunyai fungsi ndan kegunaan sebagai berikut. a) Alat penilaian penilaian disusun dalam rangka menciptakan kesempatan bagi siswa untuk memperlihatkan kemampuanya. b) Laporan kemajuan belajar siswa merupakan sarana komonikasi dan sarana kerja sama antara sekolah dan orang tua, yang bermanfaat bagi kemajuan siswa maupun pengembangan sekolah. c) Pelaporan hendaknya memuat; a. Rincian hasil belajar berdasarkan kreteria yang telah di tentukan. b. Memberikan imformasi yang jelas. c. Menjamin orang tua untuk segera mengetahui masalah dan pengembangan anaknya. 2. Apa Saja Ciri Penilaian Kelas? Ciri penilaian kelas adalah sebagai berikut. a) Proses penilaian merupakan bagian integral dari proses pembelajaran b) Strategi yang digunakan mencerminkan kemampuan anak secara autentik. c) Penilaiannya menggunakan acuan patokan kateria, hal ini dilakukan karena untuk mengetahui ketercapaian kopetensi siswa. d) Manfaatkan jenis imformasi. e) Menggunakan sistem pencatatatan yang berperiasi. 3. Bagaimana Kriteria Penilaian Kelas? Penilaian kelas harus memperhatikan kriteria berikut. a) Validitas, hasil penilaian dapat ditafsirkan sebagai apa yang akan di nilai. b) Reabilitas , hasil penilaiannya ajek, dan menggambarkan kemampuan untuk yang sesungguhnya. c) Fokus kompetensi, penilaian dilakukan untuk pencapaian kompetensi yang sesuai dengan kurikulum, dengan kurikulum, dan materinya terkait langsung dengan indikator pencapaian kompetensi. d) Komperensif, imformasi yang diferoleh cukup untuk membuat keputusan. e) Objektif, penilaian dilakukan secara adil, terencana, dan dan berkesenambungan 4. Apa Saja Cara Harus Diperhatikan Dalam Melakukan Penilaian Kelas? Penilaian merupakan suatu proses, yang dilakukan melalui perencanaan pengumpulan imformasi tentang hasil belajar siswa, bisa dilakukan dengan cara- cara berikut. a) Lihatlah kompetensi yang ingin di capai pada kurikulum. b) Pilihlah alat penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai. c) Ketika penelitian berlangsung, pertimbangan kondisi anak. d) Penilaian bisa dilakukan secara terpadu, dengan KBM. 5. Apa Saja Bentuk Dan Teknik Yang Bisa Diterapkan Dalam Penilaian Kelas? Ada berbagai bentuk dan teknik bisa dilakukan dalam penilaian kelas, yaitu penilaian kerja, penilaian hasilkerja, penilaian kerja, penilaian tes tertulis, penilaiam fortofolio, penilaian sikap. Penilaian kinerja ( performance ) Penilaian kinerja adalah penilaian hasil pengamatan penilaian terhadap aktivitas siswa sebagaimana, yang terjadi, penilaian ini biasanya digunakan untuk menilaian kemampuan untuk menilai kemampuan siswa dalam berpidato pembacaan puisi, diskusi siswa dalam, menari, memaikan alat musik, aktivitas olah raga. Menggunakan peraratan laboratarium, mengoperasikan suatu alat. Langkah langkah yang dilakukan dalam penilaian kinerja adalah sebagai berikut a) Identifikasi semua aspek penting b) Tuliskan semua kemampuan yang diperlukan c) Usahakan kemampuan yang akan dinilai dapat teramati dan tidak terlalu banyak d) Urutan kemampuan yang akan dinilai berdasarkan urutan akan diamati Penilaian kinerja menggunakan dua kemungkinan instrumen yaitu. a) Dafter cek (ya –tidak) b) Skala rentang ( sangat kompeten- kompeten- agak kompeten – tidak kompeten ) Penilaian penugasan ( proyek/ projeck ) Penilaian penegasan atou proyek merupakan penilian untuk mendapatkan gambaran kemampuan menyururuh umum secara kontekstual, mengenai kemampuan siswa dalam penerapan konsep dan pemahaman mata pelajaran tertentu. Berikut contoh penilaian proyek a) Investigasi matematik b) Pengaruh olah raga c) Praktek insvitigasi fisika d) Air di rumah kita e) Perencanaan tataruang di sekolah Apa saja tipe penilaian proyek? Ada dua tipe penilaian proyek yaitu sebagai berikut a) Penilaian proyek yang menekankan pada proses, misalnya ;  Merencanakan dan mengorganisikan insivitigasi.  Bekerja dalam tim b) Penilaian dalam proyek yang menekankan pada produk, misalnya;  Mengedentifikasikan dan mengumpulkan imformasi yang relevan.  Menganalisis dan menginterprestasi data.  Mengomonikasi hasil. Penilaian hasil kerja ( produk/ produck ) Penilaian hasil kerja atou produk merupakan, penilaian kepada siswa dalam mengontrol proses dan memanfaatkan menggunakan bahan untuk menghasilkan sesuatu. Apa yang akan dinilai? Penilaian dalam produk akan menilai kemampuan siswa dalam; a) bereksprrisasi dalam mengembangkan gagagsan dalam mendeusain. b) Memilih bahan_ bahan yang tepat. c) Menggunakan alat. d) Menunjukan inovasi dan kreasi, dan e) Memilih bentuk dalam karya seni. Apa saja fase dalam menghasilkan produk? a) Persiapan; siswa dapat dinilai dalam kemampuannya membuat perencanaan . b) Produksi ; siswa dapat dinilai dalamkemampuanya memilihnya dan menggunakannya memilih dan menggunakan bahan alat, dan tekmik. c) Refleksi; siswa dapat dinilai dalam hal estetika, keseimbangan produk, fungsional, keorsinilan. Penilaian tes tertulis ( paper & pen ) Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis, tes tertulis merupakan tes di mana sosial dan jawaban yang di berikan yang diberikan peserta didik, dalam bentuk tulisan, dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu merespons dalam bentuk penulis jawaban. Bagaimana teknik penilaian tertulis? Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu sebagai berikut. a) Soal memilih dengan jawaban.  Pilihan ganda  Dua pilihan ( benar – salah,ya –tidak )  Menjodohkan b) Soal dengan mensuplai- jawaban.  Isian atau melengkapi  Jawaban yang singkat atau pendek  Soal uraian Penilaian portofolio Portopolio merupakan kumpulan karya ( hasil kerja ) seorang siswa dalam priode tertentu . kumpulan perkembangan kemampuan siswa. Penilaian melalui koleksi karya siswa ini dilakukan secara sistematis dengan ciri- ciri berikut. a) Pengumpulan data melalui karya siswa. b) Pengumpulan dan penilaian dilakukan secara terus menerus. c) Porofolio bisa mereflesikan perkembangan berbagai kompetensi. d) Simpel- simpel karya ditentukan bersama siswa e) Penyimpanan karya secara baik dan efisien f) Menentukann krateria penilaian bersama siswa g) Siswa mendapatkan kesempatan untur memperbaiki karya. Penilaian sikap Penilaian terhadap perilaku dan keyakinan siswa terhadap sesuatu objek, fenomena, atau masalah. Penilaian ini dapat dilakukan dengan cara, antara lain; a) Observasi perilaku, misalnya tentang kerja sama, inisiatif, perhatian. b) Pertanyaan langsung, misalnya tanggapan terhadap tata tertib sekolah yang baru. c) Laporan pribadi, misalnya menulis pandangan tentang “kerusuhan antaretnis”. Demikianlah berbagai bentuk dan teknik penilaian kelas yang bisa digunakan penerapan pembelajaran pada KTSP. Bentuk bentuk dan teknik mana yang dipilih sangat bergantung pada indikator kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran dan strategi pembelajaran yang di kembangkan, sebagai pengingat, pada lampiran 5 di cantumkan daftar contoh alat penilaian, daftar ini bisa dipakai sebagai pegangan guru ketika ingin menerapkan jenis penilaian tertentu dalam KBM. BAB II PENUTUP A. Kesimpulan Mengacu pada hasil hasil yang di capai analisis data penguasaan materi pembelajaran pokok bahasan oleh para guru guru dan para murid Tanggapan Penilaian Isi Buku Tanggapan Penilaian Buku Menurut saya peribadi buku ini begitu banyak kelebihannya, buku ini sangat menarik dan mudah dipahami. Penulis tidak menemukan kata-kata yang sulit untuk dipahami, karena penulis dalam buku ini telah menyusunna dengan bahasa yang mudah dipahami setiap kalangan agar memudahkan pembaca dalam menelaahnya.

mendidik dengan cerita


BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Buku  Judul Buku : Mendidik Dengan Cerita  Judul Asli : Al-Qissah Fi Al-Tarbiyah  Penulis : Dr. Abdul Azis Abdul Majid  Penerbit : PT Remaja Rosdakarya Jl. Ibu Inggit Ginarsih No. 40, Bandung 40252 Tlp. (022) 5200287, Faks. (022) 5202529 e-mail : rosda@indosat.net.id website : www.rosda.co.id  Penerbit Asal : Daar Al Maarif, Mesir  Penerjemah : Neneng Yanti Kh. dan Iip Dzulkifli Yahya  Editor : Susan Sandiasih  Layout : Dedi Junaedi  Desainer Sampul: Haryanto  Ilustrasi Sampul dan isi: Toto Rianto  Cetakan : November 2008, RR. UM 0080-04-2008  No ISBN : 979-692-087-5  Ukuran Buku : Panjang 20,8 cm dan Lebar 14,8 cm  Tebal Buku : 205 Halaman B. Gambaran Sekilas Isi Buku Mendongeng atau bercerita adalah salahsatu keterampilan yang sangat imajinatif dan komunikatif bagi anak. Didalam dongeng itu sendiri terdapat muatan-muatan mendidik yang tidak tersirat juga tidak menggurui. Anak pun bisa mencerna sesuai perkembangan jiwanya dan membuatnya sangat peka terhadap cerita yang dibawakan. Dalam buku ini menawarkan solusi jitu dalam menghadapi berbagai permasalahan dalam kesulitan bercerita. Penulis memberikan kisi-kisi agar sebuah cerita bisa diminati anak-anak. Lewat cerita yang bermuatan petuah-petuah agama dalam buku ini menegaskan bahwa bercerita pada anak sangatlah besar peranannya. Dalam buku ini juga, penulis menyajikan berbagai metode dalam penyampaian cerita supaya cerita tersebut terkesan menarik. Serta penulis menghadirkan beberapa contoh cerita dan petunjuk khusus cerita tersebut, yang sangat menarik juga imajinatif. Selain berisikan teori-teori pendidikan dalam bercerita, seperti bahasa dan gaya bahasa, cara bercerita, hasil evaluasi hasil pengungkapan kembaliatau peragaan para siswa sendiri, penulis juga memperhatikan secara seksama tentang cara penerapannya. Buku ini mencakup 30 cerita yang sebaiknya disampaikan kepada anak-anak yang berusia antara 7 sampai 10 tahun. Pada setiap cerita, penulis sertakan petunjuk penting yang akan bermanfaat bagi guru atau orangtua dalam bercerita. C. Alasan Memilih Buku Seperti yang telah kita ketahui bersama, kini budaya mendongeng atau bercerita yang dulu menjadi sarana pendidikan dan pengantar tidur anak, telah mengalami degradasi yang cukup menghawatirkan. Kini, istilah dongeng ini sudah menjadi sesuatu yang sangat asing dan tidak menarik lagi bagi seorang anak. Mereka tidak membutuhkan lagi penina bobo yang mengantar tidur anak. Karena sang anak telah menemukan pengganti baru, seperti play station, VCD player, dan lain sebagainya. Mengapa demikian? apa yang menyababkan terjadi hal seperti itu?. Kemungkinan hal tersebut bisa terjadi dikarenakan anak-anak mulai bosan dengan cerita-cerita yang tidak menarik dan hanya itu-itu saja. Dan langkanya buku yang dapat dijadikan pegangan oleh guru atau orangtua, yaitu buku yang dapat dijadikan sebagai petunjuk mengenei pentingnya cerita dalam pendidikan, juga buku yang bertema sesuai untuk anak yang meliputi imajinasi, bahasa dan gaya bahasa, cara berbicara, dan lain sebagainya. Sedangkan dalam buku ini terdapat sebuah bentuk upaya yang memenuhi kelangkaan-kelangkaan buku dan masalah-masalah tersebut. Itulah slah satu yang menjadi dasar kenapa saya memilih buku yang berjudul MENDIDIK DENGAN CERITA. Buku ini sangat bermanfaat dan dapat menjadi pegangan guru, orangtua ataupun orang yang memiliki perhatian dalam pengajaran, mereka akan sangat terbantu dalam memilih cerita yang bak untuk anaknya dan bagaimana pula cara menyampaikannya, supaya imajinasi anak dapat berkembang. Yang semoga dengan hal ini, sedikitnya bisa memotivasi para pembaca agar diharapkan dapat membudayakan kembali budaya mendongeng yang banyak nilai positifnya ini. BAB II RESUME BUKU A. BAGIAN PERTAMA 1. Cerita Dalam Fase Awal Belajar Fase awal belajar adalah masa yang dilalui sebelum anak memasuki fase belajar lanjutan, selepas mereka dari usia balita hingga menjelang akhir masa kanak-kanak, seklah dasar, sampai anak memasuki sekolah lanjutan pertama. Masa ini adalah masa menjelang usia dewasa. Anak mulai dapat mendengarkan cerita sejak ia dapat memahami apa yang terjadi di sekelilingnya. Dan mampu mengingat apa yang dismpaikan orang kepadanya. Hal itu biasanya terjadi pada akhir usia 3 tahun. Pada usia ini anak mampu mendenarkan dengan baik dan cermat cerita pendek yang sesuai untuknya, yang diceritakan kepadanya. Ia bahkan akan meminta cerita tambahan. Tingkat TK atau SD menjadi tempat pertama anak-anak. Ditempat ini anak memperoleh pendidikan dasar dan lebih cepat mendapat pengaruh dan lebih mudah dibentuk kepribadiannya. Disinilah pentingnya sekolah dasar untuk menjauhkan anak dari pengaruh lingkungan yang beruk baik secara jasmani, akal, moral maupun kepekaan rasanya, sehingga dapat menempatkannya pada lingkungan yang baik. Dari sini terlihat bahwa kesulitan-kesulitan yang dihadapi di sekolah dasar lebih banyak dan lebih sulit dibandingakan pada tingkat berikutnya. Dan ditingakat ini anak belum mampu membaca cerita sendiri dengan baikdan benar. Maka tugas gurulah untuk menceritakannya dengan penyampaian dan pengungkapan cerita yang baik. Jika dilakukan dengan penuh kesabaran, sebuah cerita akan dapat membangkitkan kehidupan yang baru, manambah nilai seni, dan anak sebagai pendengar dapat menikmatinya. Seorang yang memperhatikan anak yang sedang menyimak cerita meskipun usia mereka berbeda, akan tahu bahwa kadar keseungguhan mereka sama besarnya. Dalam cerita terdapat ide, tujuan, imajinasi, bahasa dan gaya bahasa. Unsur-unsur tersebut berpengaruh dalam pembentukan pribadi anak. Dari sinilah tumbuh kepentingan untuk mengambil manfaat dari cerita disekolah, pentingnya memilih cerita dan bagaimana cara menyampaikannya pada anak. Oleh karena itu, penetapan pelajaran cerita pada masa awal sekolah dasar bagian terpenting dari pendidikan. Usaha siswa untuk menyampaikan kembali cerita yang telah didengarnya atau menjawab soal yang diajukan kepadanya adalah latihan untuk memnungkapkan ide-idenya dengan bahasanya sendiri. Dalam hal ini guru dapat memperbaiki susunan ide dan penyampaikannya, mengetahui kemampuan siswa dalam menangkap cerita, dan mungkin juga memperbaiki bahasa dan gaya bahasanya. Dalam latihan bercerita, murid juga harus diperkenalkan dengan seni bercerita yang dapat menimbulkan kecintaannya, kecintaan ini tidak akan terwujud tanpa latihan. Dari sini akan tumbuh keberanian anak untuk bercerita dan akan memotivasi mereka. Dan peragaan para siswa terhadap beberapa cerita merupakan bentuk lain dari cerita pengungkapan yang akan berkesan dengan ekspresi tubuh dan perasaan. Hal itu menjadi salah atu tujuan pengajaran cerita yang dapat membantu anak dalam mengungkapkan idenya secara hidup dan ekspresif. Cerita seyogyanya tidak membuat anak takut atau cemas, justru sebaliknya, cerita harus membuat mereka senang dan termotivasi untuk menjadi pemberani. 2. Cerita Dalam Pendidikan Cerita merupakan salah satu bentuk sastra yang memiliki keindahan dan kenikmatan tersendiri. Akan menyenangkan bagi anak-anak maupun orang dewasa, jiga pengarang, pendongeng, dan penyimaknya sama-sama baik. Cerita adalah salah satu bentuk sastra yang bisa dibaca atau hanya didengar oleh orang yang tidak bisa membaca. Dalam cerita, ada beberapa hal pokok yang masing-masing tidak bisa dipisahkan, yaitu: a. Karangan adalah pembuatan cerita dan penyusunannya. b. Pengarang adalah penulis cerita, karena ia yang mengarang cerita, baik idenya berdasarkan imajinasi sendiri maupun berasal dari tema yang sengaja dipilihnya. c. Penceritaan adalah menyampaikan cerita kepada pendengar atau membacakannya bagi mereka. Dalam peroses penceritaan ini, dibutuhkan adanya hal-hal yang mencakup :  Posisi duduk pencerita atau pendongeng dari pendengarnya,  Bahasa,  Suara,  Gerakan-gerakan,  Peragaan peristiwa-peristiwa, dan  Aura yang melingkupi antara dirinya dan pendengarnya agar penceritaan menjadi baik. d. Pencerita/pendongeng adalah orang yang mengalihkan cerita dan menyampaikannya kepada pendengar dengan bahasa pengarang atau bahasanya sendiri. Terkadang pendongeng ini adalah pengarang yang menyampaikan cerita sendiri. e. Penyimakan adalah mendengarkan cerita, yang mencakup :  Kondisi pendengar duduk atau berdiri,  Tingkat perhatian mereka apakah terpaksa atau atas kemauan sendiri,  Tingkat keterpengaruhan cerita terhadap jiwa mereka,  Sikap respek mereka terhadap para pahlawan dalam cerita, dan  Gambaran jiwa mereka atas pengaruh cerita atau penceritaannya. f. Penyimak adalah individu atau banyak orang yang mendengarkan cerita atau membacanya. Terkadang pendongeng sekaligus menjadi penyimaknya sendiri, seperti seseorang yang membaca cerita tertulis Adalah komponen pokok yang harus diperhatikan sehingga sebuah cerita layak disebut bagian dari sastra yang hidup dan abadi. 3. Mengarang Cerita Mengarang cerita mencakup 3 unsur pokok yaitu : a. Ide Ide dalam mengarang cerita adalah suatu bakat alami yang terlahir dari seseorang, dan tidak mungkin memperolah dan mambuatnya dengan latihan jika bakat itu tidak ada. Kesenangan saja tidak cukup untuk mewujudkan sebuah seni, tetap harus ada bimbingan, pengembangan, dan pengarahan. Para ahli pendidikan sangat memperhatikan ide dari belajar dengan bermacam-macam cerita ini, untuk mengetahui sejauh mana pengaruhnya dalam pertumbuhan akal dan emosi anak melalui tema yang beragam. Mereka membatasi tema ini dengan batasan yang global, yaitu tema peristiwa yang dibatasi oleh batasan yang global, yaitu :  Tema peristiwa yang dibatasi oleh lingkungan Ditujukan bagi anak kira-kira usia 3-5 tahun. Pada usia ini, anak-ana sudah dapat melihat bahwa disekitarnya ada hewan dan tumbuhan bergerak dan memiliki kekhusuan, memiliki berbagai suara dan warna. Ia juga melihat individu-individu yang berbeda dalam keluarganya, seperti orangtua, saudara laki-laki, saudara perempuan dan lain sebagainya. Oleh karena itu, cerita-cerita yang sesuai baginya adalah ceirta yang tokoh-tokohnya dikarang dari binatang dan tumbuhan, dan peristiwa-peristiwa tentang keduanya. Atau tokoh-tokoh manusia seperti ibu, ayah dan anak-anak seusianya. Tokoh-tokoh ini hendaknya mudah ditangkap oleh anak, misalnya ayam jago berbulu merah, anak gadis berambut pirang. Pemberian sifat-sifat gerakan, pembicaraan dan warna yang dikenalnya, akan menjadi daya tarik yang akan membangkitkan rasa ingin tahu anak. Pada usia ini, anak cenderung berangan-angan bahwa benda dapat berbicara. Agar anak penuh perhatian pada tema cerita ini, maka ceritanya harus berupa cerita pendek yang mengisahkan peristiwa-peristiwa yang berlangsung cepat dan menakjubkan. Dalam alur cerita seperti ini, fantasi anak mulai tumbuh dan menguat secara berangsur-angsur. Harus diingat bahwa fantasi ini tetap dibatasi oleh lingkungan anak itu sendiri, seperti berfantasi bahwa bantal adalah kuda yang biasa ia naiki, berlayar dengan perahu. Cacat yang terdapat dalam cerita pada fase ini biasanya ada pada ide cerita yang menakutkan, yang mengandung peristiwa-peristiwa yang penuh dengan tipu daya, yang itu akan mengakibatkan anak ketakutan dan mengagetkan anak dengan mimpi-mimpi buruk. Oleh karena itu, guru harus menjauhi model cerita seperti itu.  Tema imajinasi bebas Diajukan pada anak-anak usia 5-8/9 tahun. Pada masa ini anak telah melewati masa pengenalan lingkungan sekitarnya yang terbatas pada rumah dan jalan-jalan. Dia mulai tahu bahwa anjing itu menggigit, lebah itu menyengat, kucing mencakar. Tetapi ingin membayangkan sesuatu yang tidak diketahuinya, yang tidak ada dalam lingkungannya. Ia lalu terbang menuju lingkungan fantasi yang bebas, yang dapat melihat adanya para malaikat, bidadari, penyihir, jin, dan lain sebagainya. Biasanya ketika mendengarkan cerita seperti ini anak-anak mempertanyakan apakah itu benar-benar terjadi? maka pendongeng harus menjawab “tidak”, ini hanyalah dongeng dari orang-orang zaman dahulu yang mempercayainya. Dengan demikian anak mengeerti bahwa cerita iu hanyalah fantasi dan tidak akan mempercayainya.  Tema petualangan dan kepahlawanan Diajukan pada anak-anak 8-18/19 tahun atau lebih. Pada fase ini seseorang pemuda cenderung menyukai hal-hal yang imajiner-romantik dengan tetap dibatasi oleh kenyataan sesungguhnya. Melalui kekuatan instingnya, anak mulai mengenal perjuangan dan keinginan menguasai. Mereka mulai mengikuti permainan yang penuh persaingan dan menuntut keberanian, serta membentuk kelompok untuk berkelahi dan menyerang kelompok lain. Cerita-cerita yang disukai seorang pemuda pada fase ini, biasanya memuat cerita-cerita yang penuh bahaya, petualangan, keberanian, kekerasan, dan melibatkan kepolisian. Pada usia ini banyak pemuda yang melanggar batas-batas aturan masyarakat karena terangsang untuk meniru petualangan seeprti itu. Ia merasa bangga hidup bebas dan berkelompok seperti yang didengar atau dibacanya. Oleh karena itu harus berhati-hati dalam memilih ide cerita. Sebaiknya cerita berisi muatan yang menjadiakan pendorong pada hal-hal yang baik, dan bertujuan mulia.  Tema percintaan Diajukan pada anak usia 12-18 tahun lebih. Suatu masa peralihan menuju masa yang penuh kebimbangan. Dari masa kanak-kanak yang penuh ketergantungan menjadi pemuda yang mandiri. Tema ini lekat dengan rasa sosial, patriotisme, konflik jiwa, pandangan filosofis tentang kehidupan dan pemikiran keagamaan. Juga kebutuhan pemuda atas pembentukan pandangan yang lebih luas tentang kehidupan. Pada fase ini tema petualangan dan kepahlawanan tetap ada, si pemuda akan selalu menyertakan tema percintaan ini dengan tema kepahlawanan. Oleh karena itu, pada fase ini si pemuda cenderung pada bentuk cerita romantik, heroik dan detektif. Cerita-cerita yang memuat peristiwa yang berhubungan dengan kemanusiaan, yang memperkuat kepedulian sosial dan cita-cita tinggi, seperti kesuksesan dalam ekonomi dan mencapai kedudukan sebagai pemimpin.  Tema keteladanan Diajukan pada anak usia 18 atau 19 tahun dan sesudahnya. Pada tema ini seorang pemuda atau pemudi memasuki masa kematangan berpikir dan bermasyarakat. Biasanya, telah terbentuk dalam dirinya sebagian dasar-dasar sosial, moral dan politik, baik yang salah maupun yang benar. Biasanya juga, semakin jelas kecendrungan dan tujuannya dalam hidup. Telah terbentuk dalam dirinya pandangan yang luas mengenai lingkungan sosialnya dan segala hal yang berkaitan dengan hidupnya. Pada fase ini, mereka terpengaruh oleh kebutuhan-kebutuhan individunya. Mereka memberi pengaruh karena masing-masing dapat dirujuk sebagai teladan, baik dalam budi pekerti maupun kehidupan sosialnya. Oleh karena itu, kita tidak mungkin mempersempit pada bentuk cerita tertentu, karena begitu rumitnya kehidupan seseorang dan beragamnya keteladanan. b. Susunan ide Susunan ide mencakup unsur-unsur cerita, yaitu peristiwa atau kejadian yang terangkai dalam cerita. Unsur-unsur ini terdiri dari tokoh-tokoh, perbincangan yang terjadi diantara tokoh, dan tema sentral yang dijiwai para tokoh yang mengikat hubungan diantara mereka. Semua diramu menjadi susunan ide yang kemudian menjadi pangkal pembuatan cerita. Ide dalam cerita ibarat rencana dalam menu. Para tokoh, peristiwa, percakapan dan unsur-unsur lainnya. Sebelum menulis, pengarang dapat terlebih dahulu merangkai urutan peristiwa cerita dalam benaknya. Para tokoh, percakapan dan tema sentral, adalah faktor-faktor yang berkelindan dalam jalinan peristiwa itu. Secara umum, setiap cerita dibentu dalam tiga tahap, yaitu:  Pendahuluan, merupakan pengantar singkat mengenai ide dalam cerita dan sebagai tempat masuk bagi pembaca untuk merasakan apa yang akan terjadi selanjutnya.  Konflik adalah kesulitan yang terjadi pada pertengahan cerita dan membutuhkan penyelesaian, atau tempat yang samar yang membutuhkan penjelasan. Ini juga menarik perhatian penyimak, membuatnya berpikir tentang jalan keluarnya, atau menduga-duga hal yang masih samar.  Klimaks, yang membuat penyimak merasa senang dan tenang kembali. Keterlibatan dengan tokoh cerita pun usai, saat ia merasa bahwa peristiwa itu telah berakhir. Pembentukan cerita dengan tiga tahapan tadi harus mengikuti aturan-aturan umum seperti berikut:  Keseimbangan diantara tahapan-tahapan cerita. Pengarang atau pendongeng hendaknya tidak terlalu berlebihan dalam pendahuluan, karena penyimak tidak akan sabar untuk mengetahui kelanjutan ceritanya. Tidaj juga berlebihan dalam menyampaikan konflik, bertele-tele dalam penjabaran peristiwa demi peristiwa, atau cepat-cepat menuntaskan cerita.  Menjaga keutuhan cerita dan ikatan unsur-unsurnya.  Tokoh-tokohnya harus berkarakter. Diperkuat oleh kebenaran perbuatan dan ucapannya.  Pengarang hendaknya tidak menggambarkan setiap peristiwa dengan ungkapan yang lugas, tetapi harus secara tersirat, terlebih cerita orang-orang dewasa sehingga pembaca berpikir dan berkhayal untuk mengetahui apa makna dibalik isyarat.  Percakapan antar tokoh harus berkarakter, tidak saling berlawanan, dan masuk akal.  Pengarang hendaknya tidak mengulang-ngulang memberi nasihat ditengah cerita karena itu akan menjadikannya sebagi nasihat dan petuah.  Penjabaran peristiwa dalam cerita dan penghayatan hendaknya dilakukan secara bertahap, sehingga perhatian penyimak tetap terjaga dan tidak merasa bosan. c. Bahasa dan Gaya Bahasa Yang dimaksud bahasa disini adalah kata-kata, dan gaya bahasa adalah susunannya, baik denotatif maupun konotatif. Pengarang harus memilih ide yang sesuai dengan penyimak, perkembangan pikiran, imajinasi dan kehidupan sosialnya. Demikian pula dalam soal bahasa. Pengarang atau penulis cerita harus bertanya kepada dirinya: siapa yang akan membaca cerita ini? Bagaimana tingkatan bahasa dan gaya bahasa mereka? Apakah bahasa dan gaya yang saya tulis ini dapat dimengerti dan dipahami?. Pengarang hendaknya menyesuaikan gaya bahasanya dengan pembaca, dan ia akan berhasil jika terus mencoba. Pengarang juga hendaknya memilih kata-kata yang lebih ringan ditelinga. Kata-kata yang mudah diucapkan dan dipahami. Apabila jiga cerita diperuntukan bagi anak-anak pemula. Para penulis cerita anak seyogianya mengesampingkan kata-kata asing dan ungkapan konotatif . Sebaiknya mereka membuat kalimat yang singkat sehingga memberikan kemudahan kepada pembaca atau pendengaruntuk memahami rangkaian peristiwa dalam cerita. Gunakan kata-kata yang mudah membekas dihati pendengar seperti pada penglihatan, pendengaran, gerakan-gerakan, sentuhan, rasa dan penciuman. Suara-suara binatang dalam bahasa cerita hendaknya menirukan layaknya hewan sungguhan, karena tupun berpengaruh pada jiwa anak sebagai penyimak cerita. 4. Penceritaan Penceritaan adalah pemindahan cerita atau penyampaian kepada penyimak atau pendengar. Bercerita merupakan seni yang alami sebelum menjadi sebuah keahlian. Pendongeng yang alami cenderung lebih kuat daripada pendongeng yang mengikiuti sekolah atau kursus resmi. Kemempuan bercerita dengan baik tidak akan sama, tetapi hal ini tidak akan menghalangi guru untuk terus berlatih dengan sungguh-sungguh. Terdapat perbedaan besar antara pembacaan dengan penyampaian cerita. Penceritaan atau bercerita yang baik akan menyebarkan ruh baru yang kuat dan menampakkan gambaran yang hidup dihadapan pendengar. Memberikan potret yang jelas dan menarik, artikulasi, intonasi, gerakan-garakan, dan emosinya. Ia menghidupkan setiap tokoh dengan karakter seperti yang dituntut dalam cerita. Pendongeng harus dapat menceritakan suasana tenang dan akrab dengan pendengarnya seolah-olah mereka itu teman. Ada perbedaan antra pendongeng yang kita lihat dan kita dengar langsung dengan pendongeng yang kita dengar suaranya saja. Pendongeng yang pertama yang menyampaiakn ungkapan suara, senandung, gerakan, dan peragaan secara langsung. Hal seperti ini akan memeberikan keasyikan tersendiri bagi anak-anak, sebab mereka melihat langsung pendongengnya. Tidak seperti pendongeng di radio yang hanya bisa mereka dengarkan suaranya. Sebagian orang sering merasa tak mampu bercerita dengan baik. Padahal jika ia mencoba, melepaskan kegugupan yang ada pada dirinya saat bercerita, dan ia terus berlatih mengkuti petunjuk yang ada, ia pasti akan dapat belajar mencintai aktivitas yang semula ia takutkan itu. Bagi seorang guru, dengan tugas yang diembannya, ia dituntut untuk banyak berlatih agar mampu menyampaikan berbagai bentuk cerita dengan penyampaian yang menarik dan menyenangkan pendengar. 5. Langkah Dasar Bercerita bagi Guru Dongeng a. Pemilihan Cerita Sebaiknya pendongeng memilih jenis cerita yang sangat ia kuasai. Tetapi lain halnya untuk seorang guru, seorang guru dituntut untuk menguasai penceritaan berbagai jenis dongeng, tentunya dengan berbagai latihan yang dilakukan terus menerus. Ada cerita yang bernada sedih dan gembira. Dalam hal ini, guru sebaiknya dapat memilih cerita yang sesuai dengan kondisi jiwanya saat akan bercerita. Antara yang menyedihkan dan menyenangkan. Karena keadaan jiwa pendongeng akan berpengaruh pula pada setiap penceritaan. Sebagai catatan bagi guru, harus diingatkan bahwa dalam penyampaian cerita yang lucu dan sedih, ia harus bercerita dengan menggunakan cara yang tepat agar murid tidak salah dalam mengapresiasikan. Misalnya dalam cerita yang menyedihkan mereka malah tertawa atau sebaliknya. b. Persiapan Sebelum Masuk Kelas Adalah keliru jiga seorang guru mengira bahwa bercerita dianggap pelajaran yang tidak memerlukan persiapan. Setiap menit waktu yang digunakan untuk berpikir dan mengolah cerita sekaligus mempersiapkannya sebelum pelajaran dimulai, akan membantu dalam penyampaian cerita dengan mudah. Begitu juga saaat menggambarkan berbagai peristiwa dihadapan anak, ia dapat melakukannya dengan jelas. Ia mampu karena ia telah memikirkannya, merancang gambaran alur cerita secara jelas, dan menyiapakan kalimat-kalimat yang akan disampaikannya sebelum masuk kelas. c. Perhatikan Posisi Duduk Siswa Ketika bercerita yang diharapkan adalah perhatian para siswa dengan sepenuh hati dan pikiran mereka. Oleh karena itu guru harus dapat menguasai cerita yang disampaikan dengan baik. Sehingga mereka dapat mengikuti jalan cerita. Untuk keperluan ini, ketika penceritaan berlansung, para siswa hendaknya diposisikan secara khusus, tidak seperti waktu mereka belajar menulis dan membaca. Yang terpenting adalah siswa dapat menerima cerita yang disampaikan secara aktif, tidak duduk sesukanya. Kalau perlu mereka dapat berdiri sejenak. Dengan begitu suasana jauh dari kesan resmi tidak seperti umumnya pelajaran yang lain. Di antara guru dengan murid harus terjalin keakraban yang wajar. Posisi duduk yang baik bagi para siswa dalam mendengarkan cerita adalah berkumpul mengelilingi guru dengan posisi setengah lingkaran atau mendekati setengah lingkaran. Guru harus dapat memastikan bahwa para siswa merasa bebas jiwanya dangan beberapa aturan tentunya ditempat duduk mereka dan membantu mereka memilihkan tempat duduk yang sesuai. Guru bisa membiarkan sebagian muridnya duduk disamping kanan kirinya, yang lain duduk dibelakangnya, dan yang lain lagi dibiarkan berdiri jika mereka menghendaki. Guru hendaknya tidak menempatkan siswa duduk atau berdiri di kedua ujung setengah lingkaran, jika itu akan menyulitkan mereka baik ketika duduk ataupun berdiri saat penceritaan berlangsung. Kemudian guru duduk dibangkunya secara terpisah, menghadap murid-murid dan memandang mereka secara menyeluruh, untuk dapat mengundang perhatian mereka. Sebaiknya guru tidak langsung duduk ketika mulai bercerita, tetapi memulainya dengan berdiri, lalu pada menit-menit selanjutnya secara perlahan-lahan ia bersiap untuk duduk pada saat menyampaikan pembukaan cerita, kemudian setelah itu barulah ia duduk. 6. Penyimakan Penyimakan disini adalah pemahaman siswa secara penuh terhadap apa yang didengarnya dari kisah-kisah yang disampaikan oleh guru. Dalam ilmu jiwa, setiap kata atau ungkapan yang didengar atau dibaca oleh manusia akan memberi pengaruh dalam jiwanya, meliputi gambaran, arti, dan peristiwa seperti yang ia ingat dalam perjalan hidupnya. Pengalaman pada setiap individu dalam memaknai gambaran, arti, dan peristiwa jelas akan berbeda sesuai kecerdasan masing-masing. Misalnya, bentuk ular akan berbeda panjang pendeknya dalam benak setiap orang. Hal ini disebabkan terjadinya perbedaan penerimaan yang ia dengar dari guru ketika bercerita dan perbedaan kemampuan pendengar dalam mengabdikan gambaran ular tersebut. Keinginan dan perhatian para siswa akan ditentukan oleh kemahiran guru dalam bercerita selai adanya perbedaan kemampuan mereka dalam mengabdikan gambaran para tokoh dan peristiwa. Anak-anak pada usia dini sulit menahan perhatiannya dalam waktu yang lama. Mereka juga tidak akan bertahan lama duduk dalam satu tempat. Untuk itu dalam buki ini dingatkan agar guru selalu memperhatikan hal-hal berikut: a. Perhatian siswa timbul biasanya karena pengaruh cerita, rangkaian peristiwa, dan cara penyampainnya. Keberlangsungan perhatian itu bergantung pada keinginan si siswa sendiri. b. Sulit untuk membuat siswa tetap berada di satu tempat duduk sepanjang cerita berlangsung. Maka guru hendaknya tidak putus asa dan mencoba mengubah tempat duduk mereka ditengah-tengah cerita. Jika para siswa mulai terlihat bosan dan banyak bergerak maka guru harus mulai mencari penyebabnya. c. Berbagai peristiwa dalam cerita haruslah merupakan satu rangkaian yang tidak terputus agar menjadi satu cerita yang utuh. Guru hendaknya tidak memotong cerita untuk mengingatkan seorang siswa agar diam, menaati peraturan, atau melarangnya bermain-main. d. Dalam proses penyimakan, para siswa membayangkan diri mereka bermain bersama para tokoh dalam cerita dengan peran yang berbeda-beda. Mereka terlibat melalui khayalannya mengikuti jalannya cerita. e. Di pertengahan penyimakan itu, para siswa juga mengikuti perasaan guru yang bercerita dengan perasaan mereka sendiri, baik ketika sedih, gembira, atau marah. Apalagi jika guru sangat mahir melukiskan berbagai perasaan itu. f. Para siswa diharapkan dapat menceritakan kembali sebagian atau seluruhnya dari cerita yang telah didengarnya dengan menggunakan salah satu metode pengungkapan. Menyampaikannya dengan peragaan, atau dengan menulis dan manggambarkannya. Misalnya juga dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada mereka . g. Cerita biasanya tidak membutuhkan peralatan menulis. Untuk itu, jika memungkinkan, guru bisa mengajak murid keluar kelas dan bercerita diudara bebas. 7. Bercerita Dalam Jadwal Pelajaran Bahasa Kurikulum modern pengajaran bahasa, sangat memperhatikan masalah pelajaran bercerita. Pelajaran bercerita telah dijadikan satu jadwal pelajaran yang khusus. Pada tahun I dan II di SD, pelajaran bercerita memiliki jatah waktu tiga jam dalam seminggu. Akan tetapi, ketentuan waktu ini berbeda di setiap daerah. Namun, seorang guru hendaknya tidak selalu terikat dengan jumlah jam pelajaran. Sekalipun kurikulum telah memberikan perhatian melalui jam khusus untuk brcerita, sesungguhnya bercerita tidak terbatas pada jam-jam tersebut. Dalam pelajaran agama siswa mendengarkan cerita keagamaan. Dalam pelajaran membaca, dibacakan sebuah cerita walaupun singkat. Khusus dalam pelajaran bercerita, yang dipilih adalah cerita sastra yang berbobot, yang memenuhi standar sastra, yang sesuai dengan perkembangan akal dan rasa sosial anak, kecendrungan, imajinasi, dan bahasannya. Dalam hal ini, antara guru bahasa dan guru kesenian bekerja sama. Saling berhubungan satu sama lain untuk mengetahui cerita yang disampaikan serta saling membantu. Dalam pelajaran kesenian, guru bisa meminta salah satu siswa untuk bercerita dari dongeng yang didengarnya dari pelajaran bercerita. Kemudian guru dapat memulai pelajaran dengan bertanya kepada murid tentang cerita yang telah mereka dengar dan mereka gambar dari guru kesenian. Lalu meminta mereka mengungkapkannya dengan lisan. Pengkhususan waktu 3 jam dalam seminggu bukan berarti guru harus menghabiskan seluruh waktu untuk bercerita. Tetapi guru bisa menggunakan sebagian waktu untuk menyampaikan peragaan. Siswa pun dapat dilatih memeragakan sebagian cerita dengan peragaan yang benar. Sekalipun sebagian besar waktu digunakan untuk peragaan, itu tidak menjadi masalah. Dalam pemanfaatan waktu untuk bercerita yang terbatas, guru terlebih dahulu harus memahami tingkat kemampuan siswa yang masih kecil dalam memperhatikan satu hal dalam waktu lama. Guru juga sebaiknya mengerti bahwa siswa bisa saja berpaling dari cerita yang tidak disukainya dan membuatnya bosan. Mengingat perhatian anak dalam mendengarkan cerita, tidak akan berlangsung sepanjang jam pelajaran. Untuk itu, kita sepakat lama waktu bercerita tidak lebih dari 15 menit untuk tahun I dan II sekolah dasar. Dan bisa berkurang sampai 8 menit. Cerita yang disanpaikan dengan waktu yang relatif singkat, kurang dari 8 menit, akan mengurangi nilai pentingnya cerita tersebut dimata para siswa, walaupun cerita yang disampaikan cukup menarik. Pendapat ini menunjukan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk bercerita yaitu antara 8-15 menit. Dan untuk tahun berikutnya waktu yang dibutuhkan bisa mencapai 20 menit. Perkiraan waktu ini bukanlah sesuatu yang pasti. Hal ini sekadar dapat membantu dalam pengkarakteran cerita dan mengetahui kondisi para siswa pada saat menerima cerita. Semuanya dipengaruhi oleh penentuan jangka waktu dalam penyampaian cerita. Sisa waktu dari jam tersebut bisa digunakan siswa untuk mengungkap kembali cerita yang telah disampaikan. Pengungkapan ulang ini bisa dengan menjawab pertanyaan guru yang disampaikan secara langsung kepada siswa mengenai tema cerita atau pertanyaan tidak langsung yang membutuhkan pemikiran lebih mendalam. Atau sebagian siswa bertanya kepada siswa yang lain. Atau juga siswa menceritakan kembali apa yang telah disampaikan, atau memeragakannya. Kesimpulan : a. Guru dapat menyampaikan satu hingga dua cerita dalam seminggu. b. Waktu menyampaikan cerita hendaknya tidak lebih dari 15 menis untuk tanun I dan II SD atau bisa juga menguranginya. c. Guru dapat memanfaatkan sebagian waktu bercerita dengan cabang ilmu bahasa yang lain. 8. Mempersiapkan Cerita Persiapan itu tidak cukup hanya dengan persiapan secara umum yaitu membacanya sambil lalu. Setelah memilih cerita yang akan disampaikan, harus diperhatikan beberapa hal berikut : a. Guru harus mengetahui seluruh rangkaian peristiwa dalam cerita dengan baik dan jelas. b. Memahami susunan peristiwa-peristiwa tersebut, hubungan antarperistiwa, dan letak konflik serta bagaimana klimaksnya. c. Mempelajari dengan baik berbagai tokoh yang berbeda dalam cerita, karakter setiap tokoh, dan bagaimana cara menirukannya dengan baik. d. Guru juga mengetahui berbagai keadaan emosi dalam cerita dan harus mampu menggambarkan sehingga dapat membekas dihati para siswa. e. Guru dapat menirukan berbagai macam suara binatang yang disebutkan dalam cerita sehingga ketika mendengar tiruan suara tersebut para siswa langsung dapat mengetahui bentuk binatangnya. f. Mempersiapkan media yang dibutuhkan untuk ditampilkan ketika cerita barlangsung. Kita tidak mengharapkan banyak biaya dan tenaga yang dikeluarkan dalam pengadaan media tersebut. Cukup dengan media yang sederhana dan mudah didapat. g. Memikirkan hasil setelah cerita disampaikan. Cerita apa yang digunakan dalam penyampaian cerita, lalu mempelajarinya dan mempersiapkan apa yang dibutuhkan, seperti pertanyaan atau media lainnya. h. Menuliskan hal-hal penting dalam cerita pada catatan persiapan pelajaran atau dalam sebuah catatan khusus. 9. Metode Penyampaian Cerita Setelah guru selesai mempersiapkan cerita, kemudian bersiap-siap untuk menyampaikannya saat waktunya tiba. Pada saat itu juga harus memperhatikan hal-hal berikut : a. Tempat Bercerita Bercerita tidak selalu harus dilakukan di dalam kelas, tetapi boleh juga di luar kelas yang dianggap baik oleh guru agar para siswa bisa duduk dan mendengarkan ceirta. Lebih baik jika guru mengajar para siswa, atau bercerita kepada mereka, diudara bebas selagi mungkin dari pada membatasi mereka di ruang kelas. b. Posisi duduk Sebelum guru memulaibercerita, sebaiknya ia memposisikan paara siswa dengan posisi yang baik untuk mendengarkan cerita. Kemudian guru duduk ditempet yang sesuai dan mulai bercerita. Sebaiknya, guru tidak langsung duduk pada awal bercerita tetapi memulainya dengan berdiri. Lalu berjalan ke tempat duduk dan duduk setelah sedikit bercerita, guru hendaknya tidak duduk terus, tetapi juga berdiri, bergerak, dan mengubah posisi gerakan sesuai dengan jalannya cerita. c. Bahasa Cerita Bahasa cerita dalam buku ini adalah bahasa yang baik dan mudah, memiliki gaya bahasa yang sesuai bagi guru. Kami juga hanya sedikit memasukan ungkapan tidak baku yang sudah dikenal banyak orang. Dalam bagian kedua buku ini, kami benar-benar menggunakan gaya bahasa yang benar dan mudah bagi guru. Guru tidak harus selalu berfokus pada gaya bahasa cerita dalam buku ini. Ia bisa saja menambah atau mengurangi ungkapan yang dirasakan cukup baik, agarvpara siswa lebih mudah memahami jalannya cerita. d. Intonasi Guru Cerita ini mencakup pengantar, rangkaian peristiwa, konflik yang muncul dalam cerita, dalam klimaks. Pada permulaan cerita guru hendaknya memulainya dengan suara tenang. Kemudian mengeraskannya sedikit demi sedikit. Perubahan naik turunnya cerita harus sesuai dengan peristiwa dalam cerita. Ketika guru sampai pada puncak konflik ia harus menyampaikannya dengan suara ditekan dengan maksud menarik perhatian para siswa. Juga akan memberikan gambaran yang membuat mereka berpikir untuk menemukan klimaksnya. Para ahli pendidikan berpendapat bahwa besarnya perhatian para siswa akan bertambah ketika konflik mulai berkembang. Dan mereka akan merasa lega dari ketegangannya, jika telah sampai pada klimaks. Maka guru hendaknya menyampaikan peristiwa-peristiwa dalam cerita dengan suara yang meyakinkan yang dapat membuat siswa penasaran hingga tiba saat klimaks. Ketika guru menyampaikan klimaks, ia harus menjiwai setiap ungkapan dan intonasi suara sampai akhir cerita. e. Pemunculan Tokoh-tokoh Guru diharapkan dapat menjelaskan peristiwanya dengan jelas tanpa gemetar atau ragu-ragu. Dalam bercerita guru juga harus dapat menggambarkan setiap tokoh dengan gambaran yang sesungguhnya, dan memperlihatkan karakternya seperti dalam cerita. f. Penampilan Emosi Saat bercerita guru harus dapat menampakkan keadaan jiwa dan emosi para tokohnya dengan memberi gambaran kepada pendengar bahwa seolah-olah hal itu adalah emosi si guru sendiri. Jika situasinya menunjukan rasa kasihan, protes, marah atau mengejek, maka intonasi dan kerut wajah harus menunjukan hal tersebut. Jika guru menampakkan ekspresi yang berlawanan dengan apa yang diceritakan, seperti tersenyum dalam cerita yang sedih atau sebaliknya, maka itu adalah kesalahan besar. Begitu juga jika guru membiarkan para siswa memperlihatkan ekspresi yang berlawanan, maka guru bisa menegurnya dengan memandang tajam kearahnya, agar ia mengerti situasi dalam cerita seperti yang digambarkannya saat ungkapkan hal itu. g. Peniruan Suara Sebagian orang ada yang mampu meniru suara-suara binatang dan benda tertentu, seperti suara singa, gelegar petir, gemercik air. Tetapi kebanyakan guru merasa malu melakukan hal itu dan menganggapnya perbuatan tercela. Padahal seorang guru dengan tugas yang diembannya, dituntut untuk dapat melakukan peniruan suara tersebut sesuai dengan yang diinginkan dalam cerita. Sebagian guru tidak menyukai melakukan hal ini di depan siswa. Seharusnya guru tidak perlu merasa rendah dengan peniruan suara tersebut, karena pekerjaan mengajar adalah mulia. Dan bercerita dengan penggambaran yang baik adalah bagian dari pekerjaan ini. h. Penguasaan Terhadap Siswa yang Tidak Serius Perhatian siswa ditengah cerita haruslah dibangkitkan sehingga mereka bisa mendengarkan cerita dengan senang hati dan berkesan. Para siswa biasanya diam mendengarkan cerita, jiga penyampaiannya bagus dan disampaikan oleh pendongeng yang bagus pula. Apabila guru melihat para siswa mulai bosan, jenuh, dan banyak bercanda, maka ia harus mencari penyebabnya. Mungkin ia sendiri penyebab kebosanannya itu, karena bercerita dengan gaya menonton. Mungkin karena ia tidak menjiwai dalam mengekspresikan emosi tokoh, tidak dapat menjelaskan rangkaian peristiwa dengan baik, teralalu panjang bercerita, memberi sekat antarperistiwa dengan tidak tepat, atau mengulang-ulang berbagai ungkapan, dan sebagainya. Ia harus introspeksi diri untuk menghilangkan kebosanan. Dalam hal ini guru tidak boleh memotong penyampaian cerita untuk memperingatkan anak yang nakal, tetapi dapat dengan menghampirinya, menarik tangannya dan mendudukan kembali si anak ditempat duduknya, atau membiarkan berdiri disamping guru. Bisa juga dengan menyebutkan nama siswa tersebut dan melihatnya dengan pandangan tajam, dan memasukan namanya kedalam cerita tersebut. Penyebutan nama atau memandangnya dengan tajam saat bercerita, cukup untuk memperlihatkan kepada siswa, bahwa guru memperhatikannya dan mengetahui kenakalannya. Biasanya, tindakan ini bisa menghilangkan kenakalan tersebut. i. Menghindari Ucapan Spontan Guru acapkali mengucapkan ungkapan spontan setiap kali menceritakan suatu peristiwa. Umpamanya, seseorang mengungkapkan dalam sebuah kisah, “Apa Namanya? Pada tengah hari anak itu merasa haus. Apa Namanya? lalu,” dan seterusnya. Kebiasaan ini tidak baik karena bisa memutuskan rangkaian peristiwa dalam cerita. 10. Ungkapan Ulang Siswa Setelah Penceritaan Pengungkapan cerita bisa dilakukan secara lisan saja, atau dengan lisan dan gerakan tubuh serta ekspresi jiwa, yaitu memeragakan sambil bercerita. Atau dengan gerakan tubuh atau ekspresi jiwa saja, yaitu peragan tanpa bicara. Adapula media yang lain seperti tulisan, gambar, musik, patung, dan sebagainya. Yang terpenting yang harus kita perhatikan dalam belajar bahasa ialah pengungkapan dengan lisan atau disertai peragaaan. Sebaiknya, kita tidak menggunakan pengungkapan nonlisan, karena: a. Lebih sulit dimengerti para siswa dari pada pengungkapan secara lisan b. Bermaksud memperbaiki bahasa dan gaya bahasa para siswa. Adapun media pengungkapan lain seperti tulisan, gambar, dan sebagainya, tidak termasuk dalam cakupan pelajaran bahasa, tetapi termasuk bagian dari metode dalam mata pelajaran keterampilan tangan dan menulis. a. Ungkapan Lisan Setelah guru selesai bercerita, ia dapat meminta para siswa untuk mengungkapkan kembali apa-apa yang diketahuinya dari cerita dengan menggunakan slah satu metode pengungkapan berikut:  Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya untuk menumbuhkan semangat dan ketangkasan.  Sebagian siswa menjawab pertanyaan yang diajukan sisswa lainnya agar para siswa merasakan atau bisa mengajukan pertenyaan setelah mendengar cerita. Hal ini sebaiknya dilakukan secara bergantian. Kelompok yang sebelumnya bertanya digantri menjaadi kelompok yang menjawab ataupun sebaliknya.  Para siswa sebagai pencerita, guru dapat meminta salah seorang siswa untuk bercerita, seluruhnya atau sebagian saja, lalu dilanjutkan oleh yang lainnya sampai ceritanya selesai.hal ini bisa dilakukan langsung setelah gugu bercerita atau pada jam yang lain. Akan lebih baik jika siswa terbiasa bercerita sendiri di depan teman-temannya sehingga dapat menimbulkan kebiasaan bercerita dihadapan orang banyak dan menumbuhkan keberanian. b. Peragaan Peragaan adalah ungkapan ide dengan bahasa, gerakan dan perasaan. Ungkapan seperti ini akan berbekas pada jiwa penyimak karena akan membangkitkan jiwa yang kuat dari sesuatu yang disampaikan. Guru merupakan contoh bagi para siswanya yang akan diikuti setiapan dan perbuatannya. Jika guru bisa melakukan peragaan yang baik dalam bercerita maka cerita akan menjadi bagian dari seni, dan dapat menjadi contoh yang baik bagi para siswa. Guru harus menjaga cerita, suara, dan intonasinya sehingga sesuai dengan ide yang disampaikan. Dapat pula mengekspresikan emosi yang ada dalam cerita dengan baik dan dapat menyuarakan suara-suara hewan dan benda yang ada dalam cerita. Biasanya guru memerlukan beberapa sarana didalam kelas untuk melakukan peragaan yang mengasyikkan dan menyenangkan. Tidak perlu mengeluarkan biaya khusus atau sengaja membuatnya di dalam kelas, karena itu hanya dapat mempersulit saja. Guru hendaknya mencari sarana yang mudah yang didapat di sekolah, atau yang dapat dibawa aoleh para siswa yang dapat digunakan dalam bercerita. Ketika para siswa diminta untuk melakukan peragaan cerita, sebagian atu seluruhnya, hendaknya guru mengikuti langkah-langkah berikut:  Membagi tokoh-tokoh kepada para siswa  Pakaian, guru hendaknya memberi setiap siswa pakaian yang sesuai tokoh yang diperankannya. c. Tempat Peragaan Tempat yang kosong dihadapan para siswa di depan kelas terkadang tidak cukup untuk peragaan. Untuk itu, guru harus mempersiapkan tempat lain, misalnya dengan mengubah posisi bangku, atau juga guru memilih tempat diluar kelas. Dimanapun tempat yang akan digunakan yang penting cukup dan sesuai untuk memeragakan berbagai peragaan dalam cerita. d. Melakukan Peragaan Setelah persiapan itu, guru meminta para siswa untuk memulai peragaan. Idak mengapa jika ia ikutbterlibat untuk memperbaiki peran atau posisi yang salah, tetapi sebaiknya jika diperlukan saja. Sebagian guru bisa juga ikut memerankan tokoh tertentu. Guru diharapkan:  Menambah semangat para siswa dalam peragaan  Mungkin guru bisa memerankan tokoh yang sulit dalam cerita  Guru hendaknya memperbaiki kesalahan para siswa di tengah peragaan tanpa kelihatan. Sebaiknya guru tidak memaksakan dalam mengubah tokoh yang kurang baik ketika tengah berperan kecuali jika mendesak. Sejak awal, guru yang baik akan memilih siswa yang sesuai untuk berbagai tokoh tersebut. 11. Contoh Satuan Pelajaran Bercerita Berikut ini adalah contoh ringkasan dari satuan pelajaran bercerita. Mata Pelajaran : Bercerita Judul : Gadis Berbunga dan peragaannya dibantu oleh siswa Tahun : I Ruang : IV Tanggal : 08-08-2008 Waktu : 40 Menit Pendahuluan Para siswa belum dapat membaca sendiri. Pengetahuan mereka masih sangat terbatas, karena mereka baru berlatih membaca. Oleh karena itu guru harus menyampaikan cerita kepada mereka. Dengan demikian mereka bisa menggunakan pendengaran untuk menikmati isi cerita. Cerita bisa menghabiskan sebagian atau seluruh jam yang tersedia. Guru dapat mengevaluasinya setelah penceritaan usai. Waktu perkenalan hendaknya tidak lebih dari 15 menit. Maksudnya agar seluruh waktu bisa dipergunakan untuk bercerita dan sekaligus memeragakan ceritanya. Tujuan Dalam setiap jam pelajaran bercerita, mencakup penceritaan dan peragaan, dengan tujuan sebagai berikut : a. Menghibur siswa dang menyenangkan mereka dengan imajinasi, dan penceritaan yang baik. b. Menembah pengetahuan siswa secara umum. c. Memperindah gaya bahasa dan menambah perbendaharaan kata. d. Mengembangkan imajinasi e. Mendidik akhlak f. Mengasah rasa g. Latihan mengungkapkan ide dengan kata-kata disertai peragaan. Metode Adapun metode-metode yang dapat digunakan dalam bercerita ini adalah : a. Guru bercerita kepada siswa dengan cara yang mengesankan b. Bertanya kepada mereka dengan pertanyaan-pertanyaan umum mengenai cerita. c. Melatih dan mempersiapkan mereka untuk melakukan peragaan. d. Para siswa melakukan peragaan didalam kelas. Catatan Guru dan para siswa hendaknya berperan dan memainkan tokoh-tokoh yang ada didalam cerita tersebut. 12. Beberapa Petunjuk bagi Kepala Sekolah Hal-hal berikut ini disampaikan untuk membantu kepala seklah dalam mengetahui ukuran-ukuran keberhasilan seorang guru dalam mempersiapkan, menyampaikan, dan mengetahui hasil akhir dari proses penceritaan. a. Apakah guru telah memilih tempat yang sesuai untuk bercerita? b. Apakah para siswa duduk dalam keadaan santai untuk mendengarkan cerita dan mereka dapat melihat guru dan mendengarnya? c. Apakah guru melakukan persiapan sebelum bercerita dan mencatat hal-hal penting dalam catatan khusus? d. Apakah rangkaian peristiwa disampaikan secara berantai yang menunjukan bahwa guru menguasai materi, atau terlihat tanda-tanda keraguan dan kekacauan dalam penyebutan bberbagai peristiwa? e. Apakah cerita disampaikan dengan cara yang mengesankan, khususnya dalam mengekspresikan emosi dan membedakan berbagai tokhnya? f. Media apa yang digunakan guru untuk membedakan para tokoh dan apaka media itu sesuai? g. Apakah suara guru berubah-ubah disesuaikan dengan tuntutan tokoh dalam cerita yang diungkapkan? h. Sampai sejauh mana guru dapat menghayati cerita sebagai peristiwa yang hidup? i. Apakah peniruan berbagai macam suara binatang dan benda sesuai dengan tuntutan cerita? j. Suasana apa yang terbangun antara guru dan siswa ketika bercerita? Apakah suasana resmi atau suasana penuh kasih dan persahabatan? k. Apakah guru bercerita dengan gaya bahasa yang sesuai dengan standar anak-anak atau diatas standar mereka? l. Apakah siswa mendengarka cerita dengan penuh minatdan perhatian? Mengapa? Apakah karena ceritanya menarik dan berkesan? Atau karena cara penyampaian yang menarik? Atau karena guru mengancam mereka dengan hukuman? m. Jika para siswa tidak mau mendengarkan cerita, apa penyebabnya? n. Apakah guru memutuskan ramgkaian cerita untuk mengingatkan pelaturan? Bagaimana cara yang baik mengingetkan tanpa memutuskan jalan cerita? o. Sampai batas mana keikutsertaan siswa dalam cerita saat guru bercerita? p. Apakah para siswa tampak gembira dan menikmati cerita? q. Berapa waktu yang dihabiskan untuk bercerita? r. Bagaimana guru melihat hasil setelah cerita disampaikan? s. Apakah pertanyaan dibagikan kepada para siswa secara merata? t. Bagaiman bentuk pertanyaan itu? Apakah membutuhkan banyak waktu untuk berfikir? u. Apakah guru tangkas dalam memberikan pertanyaan? v. Jika para siswa memeragakan cerita, sejauh mana keberhasilan mereka? dan jika gagal Kenapa? w. Apakah guru memotivasi para siswa yang pemalu untuk ikut serta dalam peragaan? dengan cara apa? x. Apakah guru ikut serta dalam peragaaan beberapa cerita? peran apa yang dipilih? Mengapa? y. Berapa jumlah cerita yang disampaikan kepada para siswa sejak awal tahun? apakah jumlahnya sesuai? dan Berapa jumlah cerita yang diperagakan para siswa? Apakah jumlahnya sesuai? z. Jika proses penceritaan hanya menghabiskan sebagian dari jam yang tersedia, Apakah guru memanfaatkan sisa waktu dengan pelajaran lain yang merupakan cabang pelajaran bahasa? Ataukah membiarkan waktu yang kosong itu? B. BAGIAN KEDUA 1. Cerita 1 Sakinah dan Anaknya Alkisah, hiduplah seorang wanita bernama sakinah, ia mempunyai seorang anak yang masih kecil berusia satu tahun. Pada suatu malam, udara sangat panas. Sakinah membuka jendela kamarnya. Anaknya menangis, lalu sakinah berbaring di atas tempat tidur bersama putra kecilnya. Ia kemudian bernyanyi agar anaknya tertidur. “sayangku tidurlah, sayangku tidurlah Kuberi engkau sepasang merpati Anakku tidurlah dengan tenang Engkau anakku umurmu sudah setahun Sayangku tidurlah, sayangku tidurlah ........................................” Ketika bernyanyi, tiba-tiba ia mengantuk dan mendengar suara, “Oee...Oee...” Ia melihat sekelilingnya dan dilihatnya seekor induk sapi bersama anaknya. “Engkau bernyanyi dan berkata bahwa anakmu sudah berumur satu tahun?” tanya sapi itu. “Ya, umur anakku sudah satu tahun,” jawab Sakinah. “Apakah anakmu sudah dapat berjalan?” tanya Sapi kemudian. “Tidak, anakku masih kecil, belum bisa berjalan,” jawab Sakinah. Sapi tertawa dan berjalan. “Aku dan anakku sudah bisa berjalan dalam usia sehari. Aku dan anakku lebih baik dari anakmu.” Sapi membanggakan dirinya dan anaknya. Kemudian Sakinah mendengar suara lain, “Mbee... mbee...” Ia melihat seekor induk biri-biri yang berjalan bersama anaknya yang masih kecil. “Engkau bernyani dan mengatakan usia anakmu satu tahun?” tanya Biri-biri itu. “Ya, usia anakku kini sudah setahun,” jawab Sakinah. “Berapa jumlah kakinya?” tanya Biri-biri lagi. “Dua,” jawab Sakinah. Biri-biri tertawa. “Anakku usianya baru satu minggu dan mempunyai empat kaki,” katanya membandingkan. “Aku dan anakku lebih baik dari anakmu,” lanjutnya sambil berlari pergi. Sakkinah mendengar lagi suara, “Wekk... wekk... wekkk...” Ia melihan seekor induk bebek dan anank-anak nya yang masih kecil dan berjalan beriringan di belakang induknya. “Engkau bernyanyi dan mengatakan umur anakmu satu tahun?” tanya Bebek. ya, umurnya baru satu tahun.” jawab Sakinah. “Apakah ia bisa berenang seperti anak-anakku?” tanya bebek menyelidik. “Belum, anakku belum bisa berenang sekarang. Ia masih kecil.” “Aku dan anak-anakku bisa berenang pada usia satu minggu.” Bebek tertawa sambil pergi. “anak-anakku lebih baik dari anakmu,” ejeknya seraya pergi menjauh. Sakinah mendengar lagi suara yang indah. “Cit.. cit.. cit..” Ia melihat seekor burung pipit bersama anak-anaknya. “Engkau bernyanyi dan mengatakan usia anakmu satu tahun?” tanya Burung pipit. “Ya, anakku berumur satu tahun,“ jawab Sakinah “Apakah ia bisa terbang seperti anak-anakku?” “Tidak, anakku masih kecil dan tidak dapat terbang.” Aku dan anakku bisa terbang pada usia satu bulan.” Kemudian ia tertawa sambil terbang dan berkata, “ aku dan anak-anakku lebih baik dari anakmu.” Sakinah mendengar suara lagi, “Meong... meong...” Ia melihat seekor induk kucing datang bersama tiga anak-anaknya. Kemudian induk kucing itu meletakan anak-anaknya disamping putra kecil Sakinah yang sedang tertidur di ranjang. “Engkau bernyanyi dan mengatakan anakmu berumur satu tahun?” tanya Kucing. “Ya,” jawab Sakinah. “Apakah ia bisa menangkap tikus seperti anakku?” “Tidak, anakku masih kecil.” Kkucing tertawa dan berkata, “Aku dan anak-anakku bisa menangkap tikus pada usia dua bulan. Dan jika kau mau, aku akan membawa putramu dan mengajarkannya menangkap tikus.” Kemudian kucing memegang putra Sakinah dengan gigi-giginya untuk dibawa. Sakinah segera mendorong kucing itu jauh-jauh dan segera ia memeluk erat anaknya. Si anak pun menangis. Seketika Sakinah terbangun dari tidurnya. Tahulah ia, bahwa apa yang terjadi adalah mimpi. Petunjuk Khusus Cerita a. Nyanyian anak dalam cerita ini bisa diambil atau dipelajarai dari lagu-lagu yang banyak tersebar dan disesuaikan dengan lagu tersebut. Maksudnya, agar guru menyanyikan lagu ini denagan cara alami, dan cara nyanayian seorang ibu kepada anaknya. Anak-anak akan merasa senang dan menyukainya. b. Harus dierhatikan bahwa dalam cerita ini semua tokoh bergerak dan menimbulkan berbagai macam suara; seperti suara sapi, biri-biri, bebek, kucing, dll. Sebaiknya, seorang guru menirukan suara-suara tersebut dalam bercerita, sehingga cerita terasa lebih hidup. c. Tidak menjadi masalah bila para siswa menirukan suara ini ketika mendengar cerita, misalnya “Kemudian Sakinah mendengar suara Kwekk... kwek... kwekk...” ucapan, para siswa lalu meniirukan suara itu. Hal ini akan menambah semangat para siswa dan akan merasakan keikut sertaan mereka bersama guru dalam cerita. Tapi mereka jangan dibiarakan terlalu lama menirukan suara ini sehingga akan memotong jalan cerita. d. Guru tidah cukup hanya menirukan suara tersebut tapi harus disertai gerakan yang mirik dengan hewan yanng ditirukan suaranya. Misalnya, menggepakkan kedua tangan untuk menirukan suara bebek, ketika suaranya ditiru. e. Guru hendaknya tidak lupa untuk memberikan aba-aba kepada siswa ketika cerita akan berakhir. Ini bisa dilakikan guru dengan pengaturan intonasi dalam bercerita. f. Guru bisa meminta para siswa untuk memperagakan sebagian cerita. Seperti pada bagian yang menceritakan ibu tidur bersama anaknya dan ia bermimpi, sapi berbicara kepadanya mengenai anaknya. Atau jika guru menginginkan untuk memperaktikan seluruh cerita maka para siswa akan merasa senang. Apalagi ketika memerankan berbagai macam tokoh hewan. g. Keikutsertaan guru dalam peragaan dengan memerankan tokoh tertentu khususnya yang diamggap sulit oleh para siswa akan menambah hidup suasana dalam cerita dan lebih memotivasi mereka. Cerita ini guru bisa berperan sebagai ibu. h. Mungkin diantara siswa ada yang mengetahui nyanyian anak yang lain maka guru bisa terus memberi semangat kepada mereka untuk dapat menyanyikannya,\. Catatan Akhir a. Disini tidak dituliskan suara khusus yang menyerupai suara istri. Oleh karena itu, guru dapat berusaha menirukannya seperti yang ia kehendaki. Demikian pula suara-suara hewan yang lain. b. Biasanya, anak sebelum usia setahun ada yang sudah bisa berjalan, tetapi putra sakinah masih belum bisa berjalan. 2. Cerita 2 Putri Kelingking Raja Pada zaman dahulu kala, hiduplah seoarang raja beserta istrinya. Usia keduanya mulai beranjak tua, namun mereka belum mempunya anak. Sang Istri terus berdoa kepada Allah agar dikaruniai seorang anak. Tak lama kemudian, ratu pun mengandung dan melahirkan seorang anak perempuan yang sangat kecil. Besarnya tidak lebih dari kelingking raja. Oleh karena itu, ia diberi nama Putri Kelingking Raja. Raja membuat tempat tidur yang sanagat kecil untuk anaknya. Kira-kira sebesar kotak korek api. Suatu hari, Kelingking Raja tidur di atas tempat tidurnya yang kecil it. Tiba-tiba ia terbangun dari tidurnya dan mendengar suara seekor katak besar mengajaknya berbicara. “Kemarilah, Putri. Tinggalah bersamaku. Kemarilah!” ajak katak besar itu. Kemudian katak melompat ke atas ranjang dan membawa Kelingking Raja. Dinaikannya Kelingking Raja ke atas pundaknya. Ia melompat dari jendela dan berlari sampai ke sebuah kebun. Di sana ia meletakkan Kelingking Raja di ata daun yang tidak jauh dari kolam. “Tunggulah di sini, sampai akau selesai menyiapkan rumah untukmu,” ujar Si Katak. Kemudian ia melompat dan meninggalkan Kelingking Raja sendirian. Si Putri menangis dan menjerit. Ikan-ikan kecil yang berada di air mendengarnya. Lalu ikan-ikan itu berenang menghampiri pohon. Ikan-ikan heran dengan suara asing itu. Mereka belum pernah mendengar sebelumnya. Ketika ikan-ikan itu mendekat, dilihatnya Kelingking Raja yang tertidur dia atas daun. “Mengapa engkau menangis, Putri Kecil?” tanya mereka. Kelingking Raja melihat ikan-ikan itu dan merasa gembira karena melihat bentuk mereka yang lebih baik dari katak. Kemudian Kelingkimg Raja menceriitakan kisahnya kepada ikan. “Aku takut kepada katak itu. Aku tak mau tinggal bersamanya karena bentuknya jelek.” Sang Putri menangis dengan suara keras. Ikan-ikan menghiburnya. “Kami dapat membantumu,” bujuk mereka. Ikan-ikan lalu beranang mengambil selembar daun besar yang jatuh dari sebuah pohon. “Melompatlah ke atas daun ini!” ajak mereka. Kelingking Raja pun melompat. Ikan-ikan berenang dan mendorong daun yang berada di atas air. Kelingking Raja bermaksud mengucapkan terima kasih kepada ikan atas pertolongannya. Tetapi ia tak berani berbicara karena takut Si Katak akan mendengar suaranya, lalu mengejarnya. Ketika Kelingking Raja berada di atas daun itu, ia melihat kupu-kupu yang indah terbang di atas kepalanya. “Hai, kupu-kupu yang indah, kemarilah dan duduk bersamaku di atas daun ini!” kata Si Putri Kecil. Kupu-kupu turun dan duduk disampingnya. Kupu-kupu bertanya mengenai kisahnya. Dan putri pun menceritakannya. “Sebaiknya, pergilah bersamaku,” ajak Kupu-kupu. Kemudian kupu-kupu terbang bersama Putri sampai ke sebuah kebun yang tidak jauh dari sebuah taman. Di sana kupu-kupu meninggalkan Putri untuk mencari makan. Kupu-kupu menghilang dan tinggallah Putri Kelingking Raja sendirian. Ia pun kembali menangis. Di kebun itu terdapat burung dan serangga. Ketika mendengar suara anak menangis, semua mendekat dan bertanya mengenai masalahnya. Kelingking Raja menceritakan kisahnya. Burung-burung merasa iba. Mereka pergi dan membawakan madu yang lezat. Lalu Putri meminumnya. Ia juga minum air embun yang tergenang di atas dedaunan Kelingking Raja terus berada dalam hutan sampai datang musim hujan. Burung-burung berkumpul dan melindunginya. “Selamat tinggal Kelingking Raja. Kami akan pergi ke negeri yang jauh,” kata Burung berpamitan. Setelah burung-burung pergi, tinggallah Kelingking Raja sendirian. Hujan pun turun. Kelingking Raja mencari tempat untuk berlindung. Tikus melihatnya dan menanyakan persoalannya. Putri pun menceritakannya. “Kemarilah, jangan takut,” kata Tikus. “Tinggallah bersamaku di rumahku di bawah tanah. Kau bersihkan dan atur tempatnya. Aku akan datang membawa makanan dan minuman untukmu.” Kelingking raja merasa gembira. Ia pergi bersama tikus ke rumahnya dan tinggal disana. Ia membersihkan dan mengatur tempat itu. Ia gembira karena terhindar dari hujan dan dingin. Tetapi ia merasa tempat tikus terlalu sempit untuk dirinya. Tempat itu juga gelap. Matahari dan udara bebas tidak dapat masuk. Suatu hari, Kelingking Raja keluar dari tempat itu. Ia melihat ke sekelilingnya dan melihat tumukan daun. Ia mengangkatnya. Di bawah tumpukan itu dilihat ada seekor burung pipit. “Burung, kau kelihatan letih dan sangat lelah. Kasihan sekali,” ucap Si Putri. Kemudian ia membalikan burung itu. “Bulumu indah sekali, tapi sayang berjatuhan. Aku akan membuatkan selimut untukmu.” Ditempelkannya daun-daun kering sehingga burung itu merasa hangat. Sayapnya mulai bergerak. Ia mulai bisa terbang dan bernyanyi. Putri sangat senang mendengar nyanyian burung. “Kenapa kamu tinggal di sini sendirian?” kata Pipit. “Mereka meninggalkan ku dalam kedinginan. Aku juga akan pergi sekarang. Terbang ke tempat yang jauh, yang didatangi oleh teman-temanku. Apakah kau akan mau ikut bersamaku pergi ke negara itu?” ajak Pipit. “Bagaimana mungkin?” tanya Putri. “Aku tidak punya sayap sepertimu.” “Naiklah ke punggungku. Aku akan terbang bersamamu,” ujar Pipit. Putri lalu menaiki punggungnya dan mereka terbang di udara. Kemudian sampailah mereka disebuah pohon di samping sebuah rumah besar dan bagus. Burung Pipit turun dan hinggap di sebuah dahan. “Tunggulah di sini, aku akan mencari makanan sebentar. Engkau bisa tinggal di dalam sarang di atas pohon itu.” Pipiy menjelaskan. Burung Pipit meninggalkan Putri Kecil dan terbang dengan cepat. Ketika menunggu burung kembali, Putri melihat ke kiri dan ke kanan. Dilihatnya sesuatu yang mengagetkan! Ia melihat jendela rumah terbuka. Di jendela itu ada seorang perempuan yang sedang menangis. Ia mengingat-ingat perempuab itu. Ia ternyata adalah ibunya. Sang ibu menangis seraya memanggil-manggil anaknya. “Anakku, dimana kamu berada, Kelingking Raja? Di mana kamu?” Seketika itu juga Putri Kelingking Raja menjerit karena gembira. “Aku di sini, ibu! Aku disini!” teriaknya. Ketika mendengar suara itu Ratu berlari menuju pohon. Lalu menjulurkan tangga untuk mengambil putrinya. Ia menciumnya dan meletakannya kembali di ranjang kecilnya. Petunjuk Khusus Cerita a. Tokoh ajaib ini adalah Kelingking Raja. Pertama, karena bentuknya yang kecil. Kedua, karena peristiwa-peristiwa yang dialaminya. Ia menjadi tokoh yang menarik perhatian para siswa. Guru bisa memberikan penjelasan-penjelasan yang rinci tentangnya. Misalnya, tentang panjang kakinya, panjang tangannya, bunyi suaranya, ukuran pakaiannya, dan makanannya. b. Dalam penyebutan berbagai macam tokoh hewan bisa digambarkan secara umum ciri khas hewan-hewan ini. Misalnya, rumah burung, kotorannya, pembuatan sarangnya, tempat tinggal tikus di ruang yang gelap, dan seterusnya. Pemberian ciri-ciri khas ini akan menambah pengetahuan bagi para siswa secara umum. c. Disebutkan bahwa Kelingking Raja bermaksud berterima kasih kepada ikan-ikan yang telah membawanya. Tapi ia takut jika berbicara akan terdengar oleh Katak. Hal ini bisa menjadi pelajaran buat siswa agar berterima kasih terhadap orang yang telah berbuat baik kepadanya. d. Tidak mudah bagi para siswa untuk memerankan tokoh ini. Untuk itu, guru cukup mengajukan beberapa pertanyaan yang mencakup peristiwa-peristiwa dalam cerita. Pertanyaan disampaikan dengan cepat dan tangkas sehingga tidak mengurangi perhatian para siswa dan tidak menghilangkan semangatnya setelah mendengarkan cerita. e. Tidak mengapa jika guru meminta anak untuk menceritakan sebagian cerita yang lain dan yang lain sebagian lainnya. Hal ini akan melatih anak-anak untuk bercerita dan guru bisa mengetahui penguasaan anak terhadap materi cerita. f. Sebaiknya ketika bercerita anak berdiri di hadapan teman-temannya sehingga mereka bisa melihatnya. g. Apa yang guru lakukan jika siswa melakukan kesalahan ketika bercerita? 3. Cerita 3 Tiga Ekor Kambing Suatu ketika, keluarlah tiga ekor kambing untuk berjalan-jalan. Kambing yang pertama berwarna putih, yang kedua merah, dan yang ketiga hitam. Di tengah perjalanan Si Putih bertemu dengan seorang laki-laki yang membawa seikat jerami. “Bapak yang baik hati, tolong berilah aku jerami itu untung membangun rumahku,” pinta Si Putih. Laki-laki itu memberinya. Si putih pergi dan membangun rumahnya. Ia tinggal dengan riang gembira di sana. Suatu hari datang seekor Serigala “Aku teman ayahmu dan datang untuk mengunjungimu,” bujukan mencari kesempatan. Kambing melihat siapa yang berada di pintu dan ia tahu siapa yang datang.“Aku tidak akan pernah membukakan pintu, engkau musuhku,” ujarnya. “Kalau kau tidak membukakan pintu, aku akan meniupkan angin yang besar agar rumahmu roboh,” ujar Serigala. Kambing merasa takut dan membukakan pintu. Serigala pun masuk dan memangsanya. Adapun kambing yang kedua, Si Merah, ia juga bertemu dengan laki-laki yang membawa seikat jerami. “Tuan yang baik hati, berikanlah jerami itu agar aku bisa membuat rumah,” pinta Si Merah. Laki-laki itu memberinya. Si Merah pergi dan membangun rumahnya. Ia tinggal dengan gembira di sana. Suatu hari datanglah Serigala. Ia mengetuk pintu. “Kambing yang manis, bukalah pintu. Aku teman ayahmu dan datang untunk mengunjungimu,” Serigala kembali membujuk. Kambing melihat siapa yang ada di pintu. “Aku tidak akan membukakan pintu, engkau musuhku.” “Jika engkau tidak membukakn pintu, , aku akan meniupkan angin yang besar agar rumahmu roboh,” ujar Serigala. Kambing merasa takut dan membukakan pintu. Serigala pun masuk dan memangsanya. Adapun Si Hitam, ia bertemu dengan laki-laki yang berjalan dengan unta yang membawa batu bata. “Tuan yang baik hati, berilah aku batu bata itu untuk membangun rumahku,” pintanya dengan sopan. Laki-laki itu memberinya. Si Hitam pun pergi dan membangun sebuah rumah yang kokoh. Ia tinggal di sana dengan senang hati. Pada suatu hari, Serigala datang mengetuk pintu. “Kambing yang manis, bukakan pintu. Aku teman ayahmu dan datang untuk menjengukmu,” bujuk serigala lagi. “Aku tidak akan membukakan pintu, engkau musuhku.” “Jika engkau tidak membukakn pintu, , aku akan meniupkan angin yang besar agar rumahmu roboh,” kata Serigala mengancam. “Tiuplah,” kata Si Hitam menantang. Serigala meniup dan terus meniup, tetapi ia tidak dapat berbuat apa-apa. Rumah itu sangat kokoh. Serigala menjadi marah dan putus asa. “Kambing yang cantik, aku tahu padang rumput yang segar. Mari kita pergi bersama-sama ke sana,” ajak Serigala. “Di mana itu Serigala?” tanya Si Hitam. Serigala menjelaskan tempat padang tersebut. “Kemarilah besok pagi, aku akan pergi bersamamu,” ujar Si Hitam. Serigala menyetujuinya. Pada hari berikutnya, Si Hitam bangun lebih pagi dari waktu yang di janjikan dengan Serigala. Ia pergi ke padang rumput itu lalu segera pulang ke rumahnya. Tak lama kemudian Serigala datang. “Temanku, apakah engkau telah siap untuk pergi ke kebun bersamaku seperti yang kau janjikan?” tanya Serigala. “Aku telah pergi sebelum engkau datang. Sekarang engkau pergilah sendiri,” kata Si Hitam. Serigala menjadi marah karena merasa tertipu. Ia mencari siasat lagi. “Tapi aku tahu pohon bidara, ayolah kita pergi bersama kesana. Buahnya yang manis telah matang.” “Di manakah letak pohon itu?” Serigala pun memberi tahukan tempatnya. “Baiklah,” kata Si Hitam, “kali ini aku akan pergi bersamamu. Kemebalilah besok tepat matahari terbit.” Serigala merasa tenang. “Kali ini engkau tidak boleh menghianatiku. Aku akan datang tepat saat matahari terbit,” kata Serigala mengingatkan. Kemudian ia pergi. Pada hari berikutnya Si Hitam bangun pada waktu fajar. Ia pergi menuju pohon bidara dan bermaksud kembali sebelum Serigala datang. Tetapi ia keasyikan berada di pohon. Ketika turun ia melihat Serigala juga telah datang. “Aku datang kesini lebih dulu untuk memetikan buah untukmu,” Si Hitam berkilah. “Tunggulah aku akan melemparkannya kepadamu.” Kambing itu melempar buah satu persatu. Lalu ia melemparkan sebuah bidara agak jauh dari pohon. Serigala berlari untuk mengambilnya. Ketika itu, Si Hitam segera turun dan berlari pulang ke rumahnya. Namun, Si Hitam tahu bahwa Serigala itu pasti akan datang kerumahnya. Lalu ia memikirkan cara untuk menyelamatkan diri. Ia membuat lubang di atap rumah yang cukup untuk dilalui Serigala. Kemudian ia membawa aperiuk besar yang penuh diisi air, kemudian meletakkannya tepat di bawah lubang, dan menyalakan api di bawah periuk sampai airnya mendidih. Ketika airnya sedang mendidih, datamglah Serigala. “Kenapa engkau berlari teman?” tanya Serigala seraya menahan kesal. “Aku merasa sangat pening. Aku berlari kerumahku untuk beristirahat. Sekarang aku sakit. Maukah kau masuk dan duduk bersmaku sebentar?” kata Si Hitam. Serigala merasa gembira. “Baiklah,” katanya berseri-seri. “Bukalah pintunya!” “Oh, aku sakit sekali. Masuklah dari atap rumah. Di sana ada tempat masuk untukmu.” Kemudian Serigala berlari menuju atap rumah, dan ketika menemukan lubang, langsung ia melompat ke dalam rumah kambing. Ia pun terjatuh ke atas air yang mendidih dan terkelupaslah kulit serta bulunya, lalu ia mati. Setelah itu, Si Hitam melemparkan Serigala keluar rumah untuk menjadi makanan Anjing. Petunjuk Khusus Cerita a. Setelah bercerita guru dapat bertanya kepada para siswa dengan pertanyaan seperti berikut:  Berapa banyak tokoh dalam cerita itu?  Siapa tokoh yang lebih banyak akal? Mengapa?  Siapa tokoh yang kalian benci? Mengapa? b. Cerita ini mudah untuk diperankan, sehingga para siswa bisa memainkannya tanpa keterlibatan guru. Guru cukup mempersiapkan siswa dengan baik sebelum meninggalkan mereka untuk memainkannya sendiri. c. Dengan apa guru membedakan siswa yang memerankan Si Putih dan Si Hitam? Dan ddengan apa membedakan Serigala. d. Cerita ini memberikan tokoh akibat perbuatan yang tidak hati-hati dan lalai seperti kambing putih dan merah. Juga hasil dari kehati-hatian dan menolong temannya seperti yang dilakukan kambing hitam. Bagaimana guru dapat menerapkan nilai-nilai ini kepada para siswa ini sendiri. e. Apakah cerita ini baik untuk dipentaskan pada acara resmi sekolah di hadapan orang banyak? Mengapa? f. Guru dapat memotivasi para siswa untuk menceritakan cerita-cerita yang mirip dengan cerita ini di tempat duduknya, jika mereka dapat melakukannya. 4. Cerita 4 Gunung Tikus Pada zaman dahulu kala, ada sebuah gunung yang sangat tinggi. Para penduduk setempat menamakannya Gunung Tikus, orang-orang mengisahkan cerita yang aneh tentang penamaan gunung ini. Pada suatu ketika, zaman dahulu, selama bertahun-tahun hujan tidak kunjung turun. Sungai mengering. Udara sangat panas. Orang-orang tidak dapat bercocok tanam karena tidak ada air. Pepohonan menjadi kering. Binatang ternak mati karena kelaparan dan kehausan. Sementara di puncak gunung, terdapat sebuah gua. Di sana tinggal seorang laki-laki yang bernama Ja’ran. Ia seorang kakek yang mempunyai janggut putih dan panjang. Rambutnya yang juga putih dan panjang menutupi bahunya. Jalannya bungkuk dan di bantu oleh sebuah tongkat. Ja’ran ini laki-laki yang sangat pelit. Padahal di gunung ini mempunyai gudang-gudang yang penuh dengan gandum, jagung, dan biji-bijian. Setiap pagi orang-orang datang menemuinya. Menangis, menjerit bersama anak-anak dan istri mereka. “Demi Allah paman Ja’ran, kasihanilah dan berilah kami sesuatu yang dapat kami makan,” pinta mereka penuh harap. Tapi Ja’ran adalah orang yang keras hati. Sedikitpun tidak merasa iba dan kasihan. Tak seorang pun yang diberinya makan walau sebiji. Ketika mendengar orang-orang berteriak dan menangis, ia malah tertawa. “Ha... ha... ha... pergilah jauh dariku. Aku ini miskin tak punya apa-apa.” Suatu hari, Ja’ran keluar dari gua dan membawa seruling. Ia meniup serulingnya dan terus meniup. Setiap meniup seruling, orang-orang dari desa berdatangan secara bergerombol. Mereka membawa serta istri juga anak-anaknya. Mereka kemudian berdiri dihadapannya dan menunggu apa yang dikatakannya. Ketika orang-orang telah berkumpul Ja’ran berteriak dan berkata dengan suara yang keras. “Wahai orang-orang desa, dengarlah! Aku akan memberikan makanan yang ada di dalam peti-peti di gudang ini kepada kalian.” Ia lalu berjalan menuju peti-petinya dan membukanya satu per satu. Setiap peti di buka, api menyala dari dalamnya. Begitulah api terus membakar setiap peti dan menghancurkan peti-peti itu beserta seluruh isinya. Orang-orang terpana melihatnya. Mereka berteriak dan menangis. Mereka ingin memasuki gua itu dan mengambil gandum atau biji-bijian lainnya. Tapi semuanya tidak mungkin. Sementara Ja’ran yang berada di tengah kebakaran itu, tertawa terbahak-bahak. “Ini biji-bijian. Ini jagung, ini gandum, ambil semuanya. Aku tidak menginginkannya lagi. Ayo, ambil!” teriaknya sambil terus tertawa. Ketika api terus membakar, ia masuk ke dalam gua. “Sudah, sudah. Semuanya sudah berakhir,” katanya memutuskan. Kemudian ia tertawa lagi, “Ha... ha... ha...” Malam tiba dan mulai gelap gulita. Orang-orang pergi ke rumah mereka dengan sedih dan kecewa. Mereka melewatkan malam dengan derita lapar dan haus. Pada waktu pagi, ketika matahari mulai tampak di ufuk timur orang-orang mendengar suara-suara tikus sayup-sayup dari arah gunung. “Cit... cit... cit...” Suara-suara itu seperti suara burung. Ketika melihat ke arah gunung mereka menemukan beribu-ribu tikus bergerak beriringan. Tikus-tikus itu datang dari berbagai arah penjuru gunung. Dari atas, bawah, kiri, kanan, depan, belakang, dan berbagai sisi, semua berjalan menuju gua. Sementara di depan gua, Ja’rah tengah berdiri. Ketika pasukan tikus itu menyerangnya, dari berbagai penjuru, ia berlari ke dalam gua. Tetapi tikus-tikus itu telah menempel dan menutupi seluruh tubuhnya serta menggigitnya. Ia pun menjerit. Akhirnya, Ja’ran memasuki gua dan ribuan tikus mengikutinya dari belakang dan terus masuk sehingga hampir menutupi seluruh gua. Kemudian, tikus-tikus itu bersembunyi di dalam gua. Hari, bulan, dan tahun berlalu. Sejak saat itu orang-orang tidak lagi melihat tikus satu pun, juga tidak pernah melihat Ja’ran. Demikianlah, sejak saat itu gunung ini disebut gunung tikus. Petunjuk Khusus Cerita a. Guru dapat melakukan langkah-langkah seperti cerita diatas yang bisa di terapkan dalam cerita ini. b. Guru bisa saja tidak menyebutkan judulnya, kemudian guru bisa menanyakan tentang judul tersebut kepada para siswa setelah penceritaan selelsai. Kira-kira apa judul yang pantas untuk cerita tersebut. c. Guru juga dapat bertanya apa saja yang berhubungan dengan cerita tersebut. d. Jika para siswa bertanya apakah cerita ini nyata, guru dapat menjawab bahwa cerita ini hanyalah sebuah dongeng yang dapat kita ambil manfaatnya. e. Guru dapat menyimpulkan hal-hal yang patut di teladani ataupun ditinggalkan berdasarkan cerita yang diceritakannya. 5. Judul-judul Cerita Yang Lainnya. Adapun judul-judul cerita lainnya yang baik dijadikan bahan penceritaan yang terdapat dalam buku ini diantaranya: a. Cerita 5 Ayam Jago Merah dan Musang b. Cerita 6 .....................???? c. Cerita 7 Singa dan Musang d. Cerita 8 Aladin dan Lampu Ajaib (1) e. Cerita 9 Aladin dan Lampu Ajaib (2) f. Cerita 10 Abdullah Si Pemburu g. Cerita 11 Serigala dan Kelinci Keras Kepala h. Cerita 12 Buaya dan Penunggang Unta i. Cerita 13 Putri Siti Hasna dan Pangerab Haidar j. Cerita 14 Musang dan Unta k. Cerita 15 Merpati Pos l. Cerita 16 Orang Kaya dan Orang Miskin m. Cerita 17 Mahjubah Si Pemalas n. Cerita 18 Singa dan Tikus o. Cerita 19 Petani dan Ketiga Anaknya p. Cerita 20 Perempuan Tua dan Kucingnya. q. Cerita 21 Kotak Ajaib r. Cerita 22 Dawud Si Anak Yatim s. Cerita 23 Ismail dan Lima Ekor Ayam t. Cerita 24 Said dan Saidah u. Cerita 25 Musang dan Serigala v. Cerita 26 Tukang Sepatu dan Jin w. Cerita 27 Kucing Belang yang Pincang x. Cerita 28 Tiga Pohon Kurma y. Cerita 29 Gadis Berbunga z. Cerita 30 Cerita tak Berujung BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Bercerita adalah salahsatu keterampilan yang sangat imajinatif dan komunikatif bagi anak. Didalam cerita itu sendiri terdapat muatan-muatan mendidik yang tidak tersirat juga tidak menggurui. Anak pun bisa mencerna sesuai perkembangan jiwanya dan membuatnya sangat peka terhadap cerita yang dibawakan. Cerita merupakan tuturan yg membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal (peristiwa, kejadian), atau karangan yg menuturkan perbuatan, pengalaman, atau penderitaan orang; kejadian dsb (baik yg sungguh-sungguh terjadi maupun yg hanya rekaan belaka). Cerita anak adalah cerita yang ditulis untuk anak, yang berbicara mengenai kehidupan anak dan sekitarnya yang mempengaruhi anak, dan tulisan itu hanyalah dapat dinikmati oleh anak dengan bantuan dan pengarahan orang dewasa. Cerita anak adalah cerita yang mencerminkan liku-liku kehidupan yang dapat dipahami oleh anak, melukiskan perasaan, dan menggambarkan pemikiran-pemikiran anak. Pada dasarnya cerita anak merupakan cerita sederhana yang kompleks. Kesederhanaan ini ditandai oleh wacana yang baku dan berkualitas tinggi, namun tidak sulit, sehingga komunikatif. Ternyata dalam pembuatan atau penyampaian cerita tidak semudah yang kita bayangkan ada cara-cara khusus untuk membuat cerita atau menyampaikan cerita supaya cerita tersebut terkesan menarik juga imajinatif atau menumbuhkan imajinasi anak. Dalam membuat atau menyampaikan cerita disarankan untuk disesuaikan dengan kondisi anak tersebut, jangan sampai cerita yang harus diberikan untuk orang dewasa malah diberikan kepada anak kecil. Dalam penyampaian cerita ada beberapa langkah terlebih dahulu yang harus dipersiapkan oleh pencerita, diantaranya: 1. Guru harus mengetahui seluruh rangkaian peristiwa dalam cerita dengan baik dan jelas. 2. Memahami susunan peristiwa-peristiwa tersebut, hubungan antarperistiwa, dan letak konflik serta bagaimana klimaksnya. 3. Mempelajari dengan baik berbagai tokoh yang berbeda dalam cerita, karakter setiap tokoh, dan bagaimana cara menirukannya dengan baik. 4. Guru juga mengetahui berbagai keadaan emosi dalam cerita dan harus mampu menggambarkan sehingga dapat membekas dihati para siswa. 5. Guru dapat menirukan berbagai macam suara binatang yang disebutkan dalam cerita sehingga ketika mendengar tiruan suara tersebut para siswa langsung dapat mengetahui bentuk binatangnya. 6. Mempersiapkan media yang dibutuhkan untuk ditampilkan ketika cerita barlangsung. Kita tidak mengharapkan banyak biaya dan tenaga yang dikeluarkan dalam pengadaan media tersebut. Cukup dengan media yang sederhana dan mudah didapat. 7. Memikirkan hasil setelah cerita disampaikan. Cerita apa yang digunakan dalam penyampaian cerita, lalu mempelajarinya dan mempersiapkan apa yang dibutuhkan, seperti pertanyaan atau media lainnya. 8. Menuliskan hal-hal penting dalam cerita pada catatan persiapan pelajaran atau dalam sebuah catatan khusus. 9. Guru dapat menyampaikan satu hingga dua cerita dalam seminggu. 10. Waktu menyampaikan cerita hendaknya tidak lebih dari 15 menis untuk tanun I dan II SD atau bisa juga menguranginya. 11. Guru dapat memanfaatkan sebagian waktu bercerita dengan cabang ilmu bahasa yang lain. 12. Guru dapat menentukan tempat cerita ataupun sesuai dengan keinginan anak. 13. Guru dapat mengatur posisi duduk siswa yang sesuai dengan penceritaan, dan supaya memudahkan guru dalam pengawasan. 14. Guru harus menjaga gaya dan tata bahasa yang baik dengan intonasi yang baik pula, dan menampakkan emosi yang benar sesuai dengan isi dalam cerita. Mungkin diantaranya itu yang bisa dilakukan atau dipersiapkan seorang pencerita yang akan bercerita. Adapun petunjuk-petunjuk khusus ketika sedang menyampaikan cerita kepada siswanya, diantaranya: 1. Nyanyian anak dalam setiap cerita bisa diambil atau dipelajarai dari lagu-lagu yang banyak tersebar dan disesuaikan dengan lagu tersebut. Maksudnya, agar guru menyanyikan lagu ini denagan cara alami, dan cara nyanayian seorang ibu kepada anaknya. Anak-anak akan merasa senang dan menyukainya. 2. Harus dierhatikan bahwa dalam cerita semua tokoh bergerak dan menimbulkan berbagai macam suara; seperti suara sapi, biri-biri, bebek, kucing, dll. Sebaiknya, seorang guru menirukan suara-suara tersebut dalam bercerita, sehingga cerita terasa lebih hidup. 3. Tidak menjadi masalah bila para siswa menirukan suara ini ketika mendengar cerita, misalnya “Kemudian Sakinah mendengar suara Kwekk... kwek... kwekk...” ucapan, para siswa lalu meniirukan suara itu. Hal ini akan menambah semangat para siswa dan akan merasakan keikut sertaan mereka bersama guru dalam cerita. Tapi mereka jangan dibiarakan terlalu lama menirukan suara ini sehingga akan memotong jalan cerita. 4. Guru tidah cukup hanya menirukan suara tersebut tapi harus disertai gerakan yang mirik dengan hewan yanng ditirukan suaranya. Misalnya, menggepakkan kedua tangan untuk menirukan suara bebek, ketika suaranya ditiru. 5. Guru hendaknya tidak lupa untuk memberikan aba-aba kepada siswa ketika cerita akan berakhir. Ini bisa dilakikan guru dengan pengaturan intonasi dalam bercerita. 6. Guru bisa meminta para siswa untuk memperagakan sebagian cerita. Seperti pada bagian yang menceritakan ibu tidur bersama anaknya dan ia bermimpi, sapi berbicara kepadanya mengenai anaknya. Atau jika guru menginginkan untuk memperaktikan seluruh cerita maka para siswa akan merasa senang. Apalagi ketika memerankan berbagai macam tokoh hewan. 7. Keikutsertaan guru dalam peragaan dengan memerankan tokoh tertentu khususnya yang diamggap sulit oleh para siswa akan menambah hidup suasana dalam cerita dan lebih memotivasi mereka. Cerita ini guru bisa berperan sebagai ibu. 8. Mungkin diantara siswa ada yang mengetahui nyanyian anak yang lain maka guru bisa terus memberi semangat kepada mereka untuk dapat menyanyikannya, 9. Guru dapat menanyakan kepada anak-anak mengenai hal-hal yang berkaitan dengan cerita. 10. Karena tidak dituliskan suara khusus yang menyerupai suara istri. Oleh karena itu, guru dapat berusaha menirukannya seperti yang ia kehendaki. Demikian pula suara-suara hewan yang lain. 11. Guru bisa saja tidak menyebutkan judulnya, kemudian guru bisa menanyakan tentang judul tersebut kepada para siswa setelah penceritaan selelsai. Kira-kira apa judul yang pantas untuk cerita tersebut 12. Guru dapat menyimpulkan hal-hal yang patut di teladani ataupun ditinggalkan berdasarkan cerita yang diceritakannya. Dan lain sebagainya. Karena itu guru atau pencerita harus benar-benar komunikatif dalam menyampaikan cerita. Sehinnga dapat membawa suasana, membawa para siswa seolah-olah ada dalam cerita tersebut. Dan sanggup memberikan motivasi kepada para siswa untuk menumbahkan rasa percaya diri mereka untuk menyampaikan ulang cerita yang telah disampaikan, dan juga pencerita harus pintar membawa atau memperingatkan para siswa yang kurang pokus ataupun kurang memperhatikan penceritaan pada tanpa harus menghentikan cerita. B. Tanggapan Isi Buku Buku Mendidik Dengan Cerita ini merupakan buku yang sangat berguna apabila dijadikan sebagai panduan oleh seorang guru, orang tua, ataupun siapa saja yang peduli akan pendidikan bercerita ini. Dalam buku ini penulis tidak hanya memaparkan materi bercerita secara umum saja, melainkan penulis dalam buku ini juga menyajikan langkah-langkah yang menarik dan juga imajinatif dalam proses penyampaian cerita. Sehingga para pembaca khususnya guru yang bermaksud ingin memberikan cerita kepada anak didiknya akan sangat terbantu dengan adanya buku ini. Penulis juga memberikan beberapa pesan dan sarang apabila kita bermaksud membuat cerita sendiri. Tambahan kelebihan yang dimiliki buku inii diantaranya penulis menyajikan 30 cerita yang sagat menarik dan penuh insfiratif. Tidak hanya itu, penulis juga memberikan petunjuk-petunjuk khusus pada setiap cerita, untuk memngingatkan kita, apa yang harus kita lakukan atau peragakan berdasarkan cerita tersebut. Dan juga penulis menyarankan beberapa petunjuk yang bisa kita pilih bagaimana baiknya berdasarkan kondisi saaat kita hendak menyampaikan cerita. Didalam cerita itu sendiri terdapat muatan-muatan mendidik yang tidak tersirat juga tidak menggurui. Anak pun bisa mencerna sesuai perkembangan jiwanya dan membuatnya sangat peka terhadap cerita yang dibawakan. Dan penceritapun bisa memilih cerita yang pantas untuk anak usia tertentu. Akan tetapi setiap kelebihan tidak akan lepas dari kekurangan, adapun kekurangan yang ada dalam buku ini, pembaca akan mengalami beberapa kesulitan dalam memahami bacaan dalam buku ini, dimungkinkan karena buku ini terjemahan dari bahasa arab, jadi mungkin penerjemah agak sulit dalam mencarian kata-kata yang runtut yang mudah dipahami. Jadi diharapkan pembaca dapat membacanya berulang-ulang agar dapat memahami maksud dalam buku ini. Tetapi kita jangan hanya melihat dari kekurangan yang ada dalam buku ini, karena ternyata kelebihan buku ini lebih banyak manfaatnya. Pembaca tidak perlu khawatir akan menyesal apabila membaca buku ini, karena dalam buku ini kita bisa mengambil ilmu yang sangat besar manfaaatnya bukan hanya untuk kita tapi juga bisa berguna untuk orang lain jiga kita bermaksud mengamalkan apa yang kita peroleh dari buku ini. Karena sungguh amal yang tidak diamalkan tidak akan pernah bermanfaat.